10. Malam yang indah (END)

27 5 14
                                    

Frissila asyik bercanda dengan kawan-kawan Ardha.  Dan, Ardha merasa tidak dianggap kehadirannya saat ini. Ardha memutar bola matanya malas. Dia menarik tangan Silla tiba-tiba.

"Eh, eh, eh? Gue mau dibawa memana? Woy, lepasin!!" kata Silla yang tidak terima ditarik begitu saja oleh Ardha.

Ardha menghentikan langkahnya. Dia membalikan badannya dan menatap wajah Silla dengan tatapan datarnya.

"Kenapa? Ngak mau?" tanyanya dingin.

"Bukan gitu, tapi 'kan Silla lagi asyik bercanda sama temen Ard---" jawab Silla.

"Bercanda, sampai ngacangin gue berkali-kali? Iya?" potong Ardha.

"Kok, lo jadi sensitif gitu si?" tanya Frissila heran. Dia meneliti Ardha dari atas sampai bawah. Takut ada sesuatu yang menyebabkan Ardha jadi sensitif, katanya.

Ardha terus menatap Silla. Tak mengalihkan pandangannya kemanapun. Dan, Silla yang tadi meneliti Ardha terhenti karena tatapan Ardha membuat dirinya tak nyaman.

"Kenapa?" tanya Silla.

"Jangan senyum sama orang lain! Lo milik gue," ucap Ardah datar, namun pada akhir kalimat, Ardha menyunggingkan senyumnya. Membuat Silla menjadi salah tingkah seketika.

"Kenapa lo jadi salting kaya gitu?" kekeh Ardha.

Silla melotot ke arah Ardha. Pipinya sudah merah seperti kepitih rebus sekarang.

"Mata lo keluar, idih." Ardha terus saja membuat Silla kesal.

Dengan secepat kilat, Silla mengejar Ardha. Dan Ardha pun melarikan diri dengan cepat.

"ARDHA!! LO JADI COWOK NGESELIN BANGET SIH?" kesal Silla. Dia menundukan kepala, hendak melepaskan sepatunya sebelah. Namun, ketika dia hendak melemparkan sepatunya itu, sosok Ardha sudah tidak ada di depan mata. Ardha menghilang!

Dan sialnya, Silla berada di tempat yang sebelumnya belum dia kunjungi. Ya, tempat ini sangat asing baginya.

"Ardha," panggil Silla pelan. Dia kembali mengenakan sepatunya.

Silla melihat ke sekeliling. Tidak ada siapa-siapa.

Yang Silla ketahui sekarang hanyalah, dia sendiri berada di tengah lapangan luas saat ini.

Udara dingin malam menyeruak ke seluruh anggota tubuh Silla. Dia mulai takut sekarang.

"Ardha!!" panggil Silla.

Dia melangkahkan kakinya mundur. "ARDHA!! LO DI MANA?!" teriak Silla, berusaha memberanikan diri.

Sesosok makhluk beranggota tubuh seperti manusia menghampirinya. Silla tidak bisa melihat jelas siapa di sana, karena gelap.

Silla kembali melangkahkan kakinya mundur. Namun sialnya, jalan buntu. Dia berada di depan batang pohon yang sangat rindang. Dan tidak berfikir untuk pergi lebih jauh ke belakang dari tempat pijakannya saat ini, karena tempat itu lebih gelap.

Sosok makhluk itu semakin mendekat.

Silla semakin ketakutan saat ini. Deru nafasnya sudah tidak beraturan lagi. Oh tuhan! Ardha kemana?!

Derap langkah kaki sosok itu semakin terdengar keras di telinganya. Sosok itu, terus mendekat.

Dan, sosok itu berada tepat di hadapannya. Silla sama sekali tidak mengenali sosok itu, karena yang di lihatnya hanyalah warna hitam.

"Frissila," bisik sosok itu memanggil namanya, dengan mengarahkan pada telinga Frissila.

Degh ...

When You TalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang