Ego

15 0 0
                                    

"Gimana?"

"Gimana apanya?"

"Udah baikan sama Gilang?"

"Belum."

"Emang lu ga kangen sama dia?"

"Enggak."

Begitulah percakapan hari ini terjadi. Kamu sibuk dengan kegiataanmu yang sebenarnya adalah cara untuk mengalihkan permasalahan hidup. Kalau dibilang kangen, harus kamu akui kamu merindukan manusia aneh itu. Kamu juga terbiasa dengan hadirnya secara tiba-tiba.

Egois.

Begitu orang menyebutnya. Apa ya? Kamu sadar diri jika mengakui rindu artinya kamu kalah. Itu hanya pengertian salah yang tetap kamu pegang teguh. Kamu itu penganut wanita tidak pernah salah. Jadi, sekali pun masalah itu diciptakan seratus persen sama kamu, tapi untuk mengucapkan maaf adalah sebuah kemustahilan. Tidak akan diragukan lagi keadaan itu.

"Mau sampai kapan?"

"Sampai dia minta maaf."

"Emang dia salah apa?"

Kamu diam. Sebenarnya kamu tidak tahu dia salah apa.

"Berarti kamu yang membesar-besarkan masalah. Dewasa dong!"

Kamu terdiam lagi. Sedikit kesal dengan pembelaan temanmu. Rasanya seperti bukan temanmu.

"Kalau aku diam artinya aku sedang berpikir." Kamu itu manusia yang paling anti dibilang salah.

"Iya. Itu kata seorang pengecut yang sedang memikirkan cara untuk menyalahkan orang lain." Sergahan temanmu membuat kamu jelas menyerah.

Kamu menatapnya penuh arti. "Dia aja nggak peduli sama aku."

"Dia beneran nggak peduli atau kamu yang anggap dia nggak peduli? Egois itu sikap yang salah loh."

Lagi. Ceramah panjang darinya membuatmu lelah. Bukannya tidak suka, hanya saja dia seperti berpihak pada Gilang. Padahal, kalian yang berteman.

Kamu mengambil langkah menjauh. Sebenarnya percikan api jelas terlihat. Nyatanya, semarah apapun kamu, dia tetap sahabatmu. Orang yang akan selalu benar saat melontarkan kata demi kata. Orang yang tidak pernah membiarkan kamu jatuh ke lubang yang sama.

"Coba untuk belajar menjadi lebih mengakui kesalahan. Kalau kamu yang salah, ucapkan maaf. Kalau kamu yang buat masalah, perbaiki. Jangan apa-apa menyalahkan dia. Dia peduli pun akhirnya jadi terlihat tak peduli kan di matamu."

"Aku tahu."

Kamu mengakui. Itu benar. Namun, untuk berubah seperti apa yang ia sarankan, rasanya terlalu sulit. Kamu terbiasa menjadi si egois yang suka menyalahkan orang lain. Terlebih keadaan. Seolah keadaan tak pernah memihakmu.

"Lakukan. Jangan hanya mengakui."

Semoga. Semoga kamu dapat melakukannya. Melewan ego memang terlalu sulit, kan?

FIN~

Kumpulan ceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang