Saya ucapkan selamat untuk kamu yang tidak goyah oleh kata 'Hai' dari mantan. Karena sesungguhnya itu godaan yang paling susah untuk diabaikan.
Jujur, saya bukan tipe si bucin yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan atau bahkan memenangkan hati Doi. Namun, ketika sudah membahas perasaan, saya memang selalu lemah. Seperti kata kebanyak orang, para wanita lebih banyak menggunakan perasaan. Generalisasi yang cukup rumit tapi benar adanya. Saya buktinya.
Sudah ribuan hari tidak mendapatkan kabar, pun berusaha mencari kabar, tiba-tiba Doi muncul dengan sebuah kata berawal h dengan tengah-tengah a dan akhir i. Sungguh pesan singkat yang membuat saya bertanya-tanya ada maksud apa dibalik kata 'hai'.
Lalu pertanyaan basa-basi seperti, 'apa kabar?' tentunya jadi teman yang baik untuk memulai cerita baru. Eh, salah. Melanjutkan cerita lama yang sempat putus maksudnya. Saya lupa kalau Doi itu orang lama berkedok manusia baru. Padahal kalau diubek-ubek lagi, hati dan pikirannya masih sama. Ampas dan kebanyakan janji manis doang.
"Sa, sehat?"
Pertanyaan Hilaria membuyarkan lamunan saya. Gadis dengan lesung pipi terdalam itu menepuk pundak saya dan tersenyu.
"Bangsat! Memang anjing semua yang bernama mantan!"
Seketika saya lupa diri.
Sekian. Saya hanya mau bilang. 'Jangan goyah apalagi hancur hanya karena sebuah kalimat hei, apa kabar?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan cerita
De TodoHanya tentang segelintir kenangan yang tak dapat dihapus kemudian ditulis kembali dalam bentuk picisan.