09. Pilihan Ayah

606 68 5
                                    

Bismillah. Assaalamualaikum Ges,,

⚠ Tetaplah Al-Quran bacaan yang utama

Jangan lupa vote, saran, komen dan share yaaa 😊

Selamat membaca jeng ajenggg 🤗

........

"Cintailah berlebihan jika kau siap dengan dosa yang terlalu besar dan patah hati yang terlalu dalam."
~Ustadz Handy~
(Nurhumaira)

......


Aku deg degan menatap pintu di depan mataku. Setelah puas menangis, aku berjalan ke rumah, mandi dan bersiap kesini. Aku  mengambil kaca kecil di tas dan melihat pantulan wajah, "Terlalu tebal nggak, ya?" Kalimat retorisku.

Tidak seperti biasa yang cuma pakai bedak baby kodomo, hari ini aku pakai bedak padat yang sangat jarang tersentuh. Aku membuka pintu dan mengucap salam. Setelah tau siapa yang menjawab salam, aku hampir saja berteriak jika tidak melihat ayah yang menaruh jari telunjuk ke depan bibir dengan ekspresi seram. Ayah sudah siuman.

Aku masuk dan melihat ke arah dagu ayah tergerak. Terlihat bang Arkan sedang tertidur di kursi kamar rumah sakit dengan wajah yang sangat kelelahan. Aku terenyuh, semalam aku yang ingin tetap menemani ayah, tapi bude Ana dan oma tidak mengijinkan dan memang sedari awal bang Arkan yang menawarkan diri mau menunggu ayah.

Kenapa dia sebaik ini? Apa dia ingin membuktikan kata-katanya yang akan membantu merawat ayah? Tapi kami bahkan belum resmi, ayah belum menjadi ayahnya.

"Dia baik, ayah suka."

Aku mengangguk. "Kalau begitu, ayah saja yang nikah sama dia."

Ayah tersenyum lalu tangannya mengisyaratkan untuk mendekat. Aku sudah merasa tidak enak. Dan benar saja.

Pletak!

Satu jitakan tangan Ayah meluncur lancar di keningku. Huh, sabar ya kening.

"Ayah dan Oma yang paksa dia istirahat. Kelihatan lelah sekali. Sepertinya tidak tidur semalaman."

Aku mengangguk dan bertanya, "Oma mana?"

"Tadi buru-buru pulang, karena pihak WO datang ke rumah." Ah, pernikahanku sebentar lagi. Ya Allah, aku masih galau.

"Ayah, apa sebaiknya pernikahan diundur saja?"

Ayah menggelengkan kepala. "Ayah baik-baik saja dan undangan sudah tersebar."

"Aku yang tidak baik-baik saja, Yah. Aku masih butuh waktu menenangkan diri," batinku menangis.

Ayah meraih kedua tanganku. "Kamu tau hari yang paling membahagiakan bagi seorang ayah, bidadari kecilku?

"Saat anaknya menikah?"

"Iya. Seorang ayah bahagia bukan karena telah berhasil melepaskan anaknya, bukan karena lelah merawat anaknya. Tapi, karena telah berhasil menitipkan anaknya pada seseorang yang dia percaya bisa menggantikan tugasnya. Jadi, setibanya waktu untuk pergi, ia akan tenang."

"Ayah tidak akan kemana-mana," tegasku setelah memeluk erat ayah.

"Dan kamu tau Aish? Ayah sangat-sangat percaya, memberikanmu pada Arkan." Ayah menegaskan kata sangat dan percaya. Aku mengeratkan pelukan di badan Ayah.

Apa yang ingin kau tunjukkan Ya Allah? Bahwa aku harus menerima dan memilih bang Arkan? Apa menurutmu aku sanggup berpindah hati secepat itu? Atau bang Arkan adalah jawaban agar aku cepat move on?

Aku juga tidak sanggup membuat Ayah kecewa dengan mengatakan bukan bang Arkan yang selama ini aku harapkan untuk menjabat tangan Ayah. Apalagi melihat keadaan ayah sekarang, aku tidak sanggup menambah beban hidup ayah. Aku semakin mengeratkan pelukan, bahagia ayah adalah segalaku.

Aku dan Ayah yang sedari tadi memperhatikan bang Arkan yang tertidur sekarang saling pandang, karena bang Arkan sudah mulai bangun dan memegang kepalanya. Dia mengedipkan matanya berkali-kali.

"Arkan?" Panggil Ayah pelan, dia langsung tegak dan berjalan mendekat.

"Iya, Yah? Ayah lapar? Mau makan? Atau minum?" Sangat sopan. Bahkan pandangannya hanya pada ayah, mungkin tidak sadar aku ada di sini.

"Jaga Aisyah ya!" lanjut Ayah. Aku langsung memandang ayah dan beralih menatap bang Arkan. Dia menatapku lalu mengangguk dan berkata lirih, "Insyallah." Sangat pelan.

Aku melepas pelukan dan beralih ke meja untuk mengupas apel tapi setelah membalikkan badan aku mengeryit karena Ayah terlihat memperhatikanku.

"Kenapa, Yah?" tanyaku sambil membawa apel untuk ayah dan bang Arkan. Apa Ayah sadar ya mataku sembab? Aduh, kurang tebal ya bedaknya? Ayo otak, pikirkan alasan.

"Aish pakai bedak hari ini beda ya, mau terlihat cantik di depan calon suami?" Bang Arkan langsung tersedak apel dan terbatuk-batuk. Sang pelaku terkekeh sedangkan aku sebagai korban harus menanggung malu.

"AYAHHH!!!" geramku di hati dan melotot pada ayah.

......

Jangan lupa vote, komen, saran dan share yakkkk😆

Ini memang sengaja part yang tenang dan maap karena terlalu dikit 😂 gess

Karena selanjutnya kita akan pindah ke
.
.
.
Azzam

Kita akan menyaksikan bagaimana sweet-nya Azzam. Namun di taburi duri kenyataan yang tiba-tiba menusuknya.

Satu kata untuk ayah yang berhasil membuat suasana jadi canggung?
😂

"Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembahku"

Lalu untuk apa kita berlomba memperindah penampilan, menampilkan kemolekan tubuh. Apa yang mau di kejar? Kebanggaan dan kedudukan di dunia yang pasti akan kita tinggalkan? Atau pujian dan rayuan dari orang-orang yang yang setiap detiknya menambah dosa kita?😭

Dia, Aku & Adik Ipar (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang