"Banyak orang yang telah meninggal, tetapi nama baik mereka tetap kekal. Dan banyak orang yang masih hidup, tetapi mereka seakan orang mati yang tak berguna."
(Imam Asy-Syafi'i)
🖤🖤🖤
Barangkali, sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita, ada sebuah kalimat yang menyatakan bahwa, "Manusia mati meninggalkan nama". Nama yang kita tinggalkan, sangat berkaitan erat tentang bagaimana kita menghabiskan usia selama berada di dunia. Budi yang baik, akan meninggalkan jejak yang baik. Sebaliknya, budi yang buruk akan meninggalkan jejak yang buruk pula.
Sesal terhadap sesuatu masih bisa diperbaiki, ketika kita masih diberi kesempatan untuk bernapas lebih lama, ketika kita masih bisa merasakan detak jantung yang sama setiap harinya. Beda halnya ketika ajal tiba, semuanya terhenti. Meskipun ada tiga amal yang tak pernah putus saat manusia tiada, yakni amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh.
Kita juga seringkali mendengar tentang manusia yang sudah berpulang pada-Nya, berharap bisa kembali ke dunia untuk memperbaiki khilaf yang memberatkan timbangan amal buruknya. Hidup adalah tentang ujian yang tak pernah usai, perjuangan yang tak mengenal kata akhir. Sangat disayangkan jika dunia hanya dijadikan sebagai tempat bersuka-ria, melakukan hal-hal yang sia-sia.
Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman dalam Alquran yang bunyinya:
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ
Artinya:
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri." (QS. Al-Isra'/17:7)Apapun yang kita lakukan, apapun yang kita pilih, sejatinya hanya akan mempengaruhi diri kita sendiri. Seburuk apapun perangai kita di hadapan orang lain, hal itu akan berbalik pada diri kita sendiri. Dua hal yang pasti, jika balasan tersebut tak didapat di dunia, maka akan kita dapatkan di akhirat.
Ada begitu banyak cara untuk kita agar menjadi seseorang yang berguna selama masa hidupnya. Jika hal tersebut terasa asing, kita bisa memulainya dengan cara yang sederhana. Bahkan, kita bisa menjadi seseorang yang berguna untuk diri kita sendiri terlebih dahulu. Seperti menjaga keyakinan kita dengan sungguh-sungguh, meski harus mendapat tantangan dan ancaman dari pihak lain maupun keluarga. Karena keyakinan, adalah bagian dari hak kita. Dengan berkeyakinan, kita akan mempelajari hal-hal baik, baik itu tentang hak maupun kewajiban kita sebagai manusia. Dengan memiliki keyakinan yang kuat, ada banyak hal bermanfaat yang menyertai perjalanan kita.
Ada sebuah kisah dari sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang bernama Saad bin Abi Waqash. Beliau adalah sahabat Nabi yang ketiga memeluk Islam. Beliau juga dikenal sebagai orang pertama yang berhasil melesatkan anak panahnya ketika berada di jalan Allah. Beliau sangatlah berbakti kepada ibunya. Ibunya adalah seseorang yang sangat memegang kuat agama leluhurnya, yakni sebagai penyembah berhala.
Ketika Saad bin Abi Waqash memutuskan untuk memeluk agama Islam, tentu sang ibunda menentangnya. Beliau mengancam tidak akan makan dan minum sebelum Saad meninggalkan agama yang baru saja dipeluknya. Meskipun begitu, Saad bin Abi Waqash tetap pada pilihannya. Ia bersikukuh untuk tidak akan meninggalkan agama Islam. Sang ibunda pun memulai aksinya untuk mogok makan dan minum. Baginya, Saad adalah anak yang benar-benar taat. Tentu ia tak rela bila melihat ibunya merasa lemah dan menderita. Namun ibunda salah terka, anaknya sudah begitu mencintai agama Islam. Sang ibunda pun pasrah dan bimbang. Atas beberapa tekad yang dimiliki oleh Saad bin Abi Waqash, Nabi Saw. sendiri menjamin surga baginya.
Seiring berjalannya waktu, keadaan dunia mulai berubah. Teknologi dapat diakses dengan begitu mudah. Ada banyak hal-hal menarik di dunia maya yang semakin melalaikan kita.
Mari, kita beristirahat dan merenung sejenak. Menjadi seorang hamba yang dicintai oleh-Nya dan makhluk-Nya, apa yang lebih baik dari itu? Meski kita tiada, orang-orang masih saja tak pernah berhenti mendoakan serta mengingat pesan-pesan kita dan bahkan mengamalkannya, apa yang lebih baik dari itu? Kita hidup, demi meraih ridha serta surga-Nya, apa yang lebih baik dari itu?
Jadilah seseorang yang bermanfaat. Jika belum mampu melakukannya untuk orang lain, lakukanlah untuk diri kita sendiri. Kita boleh memilih, namun ingatlah bahwa yang berhak menetapkan yang terbaik adalah Allah Subahanu wa ta'ala. Semoga Allah, tak meninggalkan kita dalam kubangan hati yang ternoda, hitam, tak bercahaya. Semoga Allah, senantiasa menaungi kita dengan luas rahmat-Nya.
🖤🖤🖤
18 September 2020
Oleh: melfinadhriati11_Sejatinya, yang butuh nasihat adalah diri sendiri. Oleh karenanya, aku ingin menasihati diriku lebih banyak lagi. Menggerakkan hati yang lain, adalah bonus yang diberikan oleh Ilahi. Semangat🖤

KAMU SEDANG MEMBACA
Mari, Duduk Sejenak
SpiritualMari, Duduk Sejenak adalah project pertama kami. Bersama para gadis-gadis pejuang hijrah untuk surga Ilahi. Mencoba untuk menginspirasi para jomblo yang dikhianati. Juga membangkitkan kobaran api semangat untuk merubah diri. Semoga saja, dengan ini...