Chapter 4

268 15 10
                                    

Sanctuary tampak tenang malam itu. Jutaan bintang bertebaran di langit gelap, menemani lampion Artemis yang bersinar terang dalam rupa bulan purnama. Kunang-kunang berterbangan ke sana kemari sambil menyalakan lampu-lampu mereka seakan ingin menyaingi bulan di langit. Nyanyian jangkrik diselingi oleh bunyi burung hantu menambah kesan damai di malam itu. Namun sayangnya, semua ketenangan yang disuguhkan alam tidak dapat menenangkan seorang Aquarius Camus yang kini tengah menatap horor kedua muridnya. "Yang benar aja..." pekiknya.

Hyoga dan Isaac kompak menatap Camus gemas. "Kita serius, Sensei." Kata Isaac tegas.

"Tapi memang tidak ada cara lain lagi?" tanya Camus gelagapan.

"Camus Sensei mau minta maaf sama Milo kan?" tanya Hyoga.

"Iya, tapi..."

"Nah, kalau memang mau minta maaf ya begini caranya." Sahut Isaac cepat, memotong kata-kata gurunya.

Camus memutar matanya malas. "Ini terlalu berlebihan, Isaac." Katanya sambil berusaha menarik tangannya lepas dari genggaman muridnya itu. "Mana ada minta maaf sampai pegangan tangan kaya gini. Lebay ah!"

"Loh, justru ini cara yang paling ampuh buat nunjukin kalo Sensei benar-benar tulus minta maaf." Isaac mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah gurunya itu dengan lagak menggurui. "Ingat! Kalau memang Sensei gak benar-benar tulus, mending gak usah minta maaf."

Mendengar itu mata Camus langsung terbelalak lebar. "Tapi aku benaran mau minta maaf kok."

"Makanya itu tunjukin kalo Sensei benar-benar tulus." Timpal Hyoga.

"Lagian kalau pegangan tangan kan jadi tambah so sweet kan, Sensei." Sahut Isaac sambil menyeringai lebar.

Camus mencibir. "Kamu tahu apa soal so sweet? Punya pasangan aja ngga."

Mantan marina itu membelalakan matanya. "Wah... Sensei meremehkan nih."

"Loh benar kan?" Dengan sekali sentakan Camus melepas tangannya dari genggaman Isaac dan menunjuk satu per satu muridnya. "Kamu belum punya pasangan. Hyoga juga gak ada perkembangan apa-apa sama Shun padahal dengar-dengar kamu sudah naksir berat sama dia sejak kejadian di kuil Libra kan?" katanya pada Hyoga yang terdiam dengan wajah merah. Saint Aquarius itu menggelengkan kepalanya. "Sesama jomblo gak usah sok nasehati lah. Lucu..." katanya sambil terkekeh pelan.

Isaac melipat tangannya di depan dada dengan kesal dan membuang muka. "Ya udah! Terserah Sensei. Nanti kalau Milo jadian sama Kanon, Sensei gak usah protes." Katanya sambil mencibir. Kesal juga lama-lama menghadapi gurunya yang susah banget dibilangin.

Mendengar kata-kata Isaac, Camus tertegun ditempatnya. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sebenarnya mengakui kata-kata muridnya ada benarnya juga. Yah... meski memang caranya kelewat berlebihan sih. Ia menghela nafas panjang. "Ya sudah. Kali ini aku ngalah."

Seketika Isaac dan Hyoga kompak tersenyum lebar. "Nah gitu dong, Sensei." Kata Hyoga sambil menepuk punggung gurunya. "Dijamin kalau Sensei nurut skenarionya Isaac, Sensei gak cuman bisa baikan sama Milo tapi sekalian langsung jadian."

"Terserah kalian lah." Camus memutar matanya malas. "Sekarang aku harus apa?" tanyanya meski dalam hati ia berdoa agar ia sanggup menghadapi kerecehan murid-muridnya.

Satu-satunya mata Isaac berkilat penuh keyakinan. "Pertama," Ia mencondongkan tubuhnya ke saint Aquarius itu. "Sensei tatap mata Milo dalam-dalam." Katanya sambil menatap Camus lekat-lekat.

Camus melangkah mundur. "Tatap dalam-dalam gimana?" tanyanya gelagapan.

"Ya Sensei lihat matanya. Eye contact itu penting untuk menunjukan keseriusan Sensei meminta maaf." Kata Isaac.

Tembak Aja, Camus Sensei!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang