Epilog

554 14 16
                                    

Keriuhan penuh canda tawa serta argumen sesama gold saint menyambut Camus saat ia melangkah masuk ke ruang papacy bersama kedua muridnya. Sekilas matanya menyapu ruangan, mencari sosok saint berambut merah yang sangat ingin ditemuinya. Belum datang rupanya. Pikirnya sambil menghela nafas. Ia baru saja akan berlalu ke telur station ketika ia mendengar kedua muridnya terkikik geli.

"Pagi-pagi sudah ada yang kangen nih..." goda Isaac, seulas seringai lebar menghiasi wajahnya.

"Maklum, Saac... Baru jadian... masih nempel-nempelnya." Timpal Hyoga sambil tertawa.

Camus memelototi tingkah kedua muridnya. "Daripada cengegesan begini, lebih baik kalian cepat sarapan." Sentaknya galak. Namun, alih-alih membuat kedua muridnya menurut, tawa Isaac dan Hyoga malah semakin menjadi-jadi.

"Kita diusir buat sarapan duluan, Saac." Kata Hyoga.

"Iya nih... pasti Sensei mau sarapan berdua sama Milo." Sahut Isaac yang membuat Camus semakin kesal. "Ya sudah lah... kita turuti saja... Sebagai murid yang baik, kita kasi Sensei waktu buat berduaan sama pacar baru." Mantan marina itu sengaja menekanan kata 'pacar baru' yang membuat Camus semakin menatapnya tajam. Tapi sepertinya mau ditatap setajam apapun tidak akan mempan untuk membuat Isaac berhenti menggoda gurunya. Sambil menyeringai, ia melingkarkan lengannya pada bahu Hyoga. "Yuk, Ga. Kita pergi ambil makanan. Biarin Sensei sendiri." Katanya sebelum berlalu sambil tertawa lebar.

Camus menghela nafas melihat tingkah kedua muridnya. Jika ada tawaran untuk tukar tambah murid, ia pasti akan mengambil kesempatan itu dan meminta untuk mendapatkan murid yang jauh lebih tenang dan gak banyak tingkah seperti Hyoga dan Isaac. Pikirannya membawanya pada kejadian pagi tadi di mana ia harus bersiap-siap berangkat ke papacy sambil menghadapi kedua muridnya yang tidak henti-hentinya membombardir berbagai pertanyaan mengenai acara makan malamnya dengan Milo. Ia masih bisa sangat mentolerir jika pertanyaannya hanya seputar kejelasan hubungannya dengan saint Scorpio itu. Tapi rupanya kedua muridnya bisa terlalu penasaran hingga menanyakan detail-detail yang bukan urusan mereka. Ia ingat dengan jelas bagaimana kedua matanya terbelalak lebar saat kedua muridnya menanyakan pertanyaan seperti: "Sensei, Milo sudah dicium belum?" dilanjutkan dengan "Sensei... have you done 'it'? Kan kemarin mampir ke kuil Milo malam-malam kan.' Untuk pertanyaan kedua ini, saint Aquarius itu memukul kepala kedua muridnya dengan keras. Baru juga jadian. Sudah tanya yang aneh-aneh. Lagi pula, dari mana mereka bisa mengerti tentang itu? Gak beres memang. Dumelnya sambil berjalan ke telur station dengan wajah masam.

"Pagi-pagi sudah marahin murid aja, Cam." Kata Aldebaran yang tengah bertugas memasak telur di telur station.

"Kamu bakal ngerti pas punya murid, Alde." Balas Camus sambil menggelengkan kepalanya lelah.

"Nah, nah... apa yang mereka lakukan kali ini?" Saint Taurus itu memecahkan dua telur ke dalam satu mangkuk. "Omelette jamur kan?" tanyanya memastikan.

"Iya, terima kasih." Camus menggosok tengkuknya. "Yah... bisa dibilang... mereka terlalu penasaran." Matanya tidak lepas memperhatikan Aldebaran yang dengan terampil mengocok kedua telur tersebut hingga tercampur rata sebelum menuangnya ke dalam teflon.

"Bukannya bagus? Setidaknya mereka punya rasa ingin tahu dan ingin belajar kan." Tanya Aldebaran sambil sesekali mengaduk dan menggoyangkan teflon tersebut.

Saint Aquarius itu meringis. "Iya..."

Aldebaran tersenyum. Ia menuangkan beberapa sendok makan penuh jamur yang langsung digulungnya dengan telur. "Sabar aja sama mereka. Setidaknya kamu beruntung punya murid. Aku belum pernah punya murid sama sekali." Katanya singkat. Tidak lama kemudian ia menyodorkan sepiring omelette ke hadapan Camus. "Silakan."

Tembak Aja, Camus Sensei!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang