Chapter 3

270 15 2
                                    

Keheningan di kuil Aquarius pecah oleh suara tawa Camus. "Tembak aja?" tanyanya disela-sela tawanya. "Kalian ini ada-ada saja." Ia menggelengkan kepalanya menatap kedua anak didiknya yang masih bersimpuh di lantai.

Hyoga menatap masam gurunya. "Ini bukan bercandaan, Sensei."

"Iya kah?" tanya Camus lagi, nada sarkas terdengar di suaranya. "Padahal kalian berdua biasanya suka melawak."

Isaac memanyunkan bibirnya. "Kita serius, Sensei."

"Iya, lagi pula yang Isaac bilang benar kan. Kalau memang Sensei suka sama Milo, ya tembak aja." Sahut Hyoga. "Toh dengan begitu Sensei tidak perlu cemburu-cemburu tidak jelas pas Milo didekati Kanon atau siapapun."

"Benar banget, Ga." Timpal Isaac membenarkan kata-kata sahabatnya.

"Tapi kalian pikir nembak Milo semudah itu?" Camus terkekeh geli sambil menggelengkan kepalanya.

"Loh, gampang kok." Sahut Isaac. "Sensei cuma perlu datang ke Milo terus bilang 'Milo, aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacarku?' Udah gitu aja."

Hyoga mengangguk setuju. "Cuma perlu 10 kata aja, Sensei. Bukan satu paragraf. Apa susahnya."

"Setelah itu Sensei cuma perlu nunggu jawaban Milo aja. Selesai kan."

"Justru itu..." Wajah Camus berubah masam selagi ia menggosok tengguknya.

"Apa? Takut?" tanya Hyoga.

"Ciah... Seorang Aquarius Camus bisa takut ditolak cewek juga ya." Sahut Isaac diikuti dengan tawa renyahnya. Ia langsung terdiam begitu Camus menatapnya garang. "Ampun, Sensei. Tapi apa salahnya dicoba kan."

"Dari pada Sensei senewen sendiri begini." Timpal Hyoga lagi. "Toh kalau Milo jawab 'iya' kan Sensei yang untung bisa jadian sama pujaan hati."

Camus mendesah menatap kedua anak didiknya yang kelewat kompak menyuruhnya menembak Milo. "Gak semudah itu..." katanya pelan. Tanpa ijin apa-apa otaknya langsung membawanya ke sebuah memori yang terjadi beberapa bulan lalu. "Saat perang di Asgard selesai..."

Flashback

Perang dengan Loki di Asgard sudah selesai, dan keduabelas gold saint yang seharusnya kembali ke Underworld dibangkitkan lagi oleh Athena untuk kembali menjaga dua belas kuil di Sanctuary. Camus menoleh pada saint Scorpio di sebelahnya. Perasaan senang memenuhi setiap jengkal hatinya begitu tahu mereka berdua dibangkitkan bersama dengan keadaan sehat walafiat tanpa kekurangan satu apapun. "Milo," Baru saja ia mengulurkan tangannya, saint Scorpio itu sudah menepisnya.

"Gak usah pegang-pegang." Sentak Milo sinis. Mata merahnya melirik Camus tajam.

Camus mengerutkan keningnya bingung. "Milo, kamu kenapa?"

Milo mencibir. Raut wajahnya penuh dengan kekesalan. "Pikir aja sendiri." Ucapnya singkat sebelum mengeloyor pergi.

Cepat-cepat saint Aquarius itu meraih lengan Milo. "Beri tahu aku kenapa." Tanyanya menuntut. "Tidak biasanya kamu marah begini."

"Ya suka-suka aku kan." Sentak Milo lagi sambil menarik lengannya lepas dari genggaman Camus. "Kenapa? Gak suka?"

"This is so not you."

"Oh ya? Memang yang benar-benar aku itu kaya apa?" Seakan mengerti maksud Camus, Milo mengedikan kepalanya dan menatap saint Aquarius itu dengan lagak menantang. "Oh! Aku tahu. Yang benar-benar aku itu adalah seorang Scorpio Milo yang selalu baik sama kamu. Yang selalu mau nempel sama seorang Aquarius Camus meski dia lebih pilih teman masa kecilnya yang memihak lawan. Aku yang selalu mau maafin perbuatan seorang Aquarius Camus yang otaknya entah ada di mana. Gitu kan?" tanyanya galak. Amarah terpancar dari kedua mata merahnya. "Well guess what? She's not here." Ia menyenggol bahu Camus dan melangkah pergi.

Tembak Aja, Camus Sensei!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang