Chapter 1

479 25 2
                                    

Allo, Allo... Cerita baru up nih. Monggo dibaca. Berhubung ini fanfict, Saint Seiya punya Masami Kurumada. Saya cuma pinjem tokoh-tokohnya. Warning! Dilarang keras memplagiat atau mengcopy cerita ini tanpa izin author ya. Budayakan berpikir kreatif dan menghargai usaha orang lain. Anyway, enjoy.

Entah sejak kapan mata Camus tidak bisa berpaling darinya. Begitu matanya mendarat pada sosok itu, kedua organ penglihatan itu akan diam di sana untuk waktu yang lama sembari menghafal setiap ciri khasnya. Kulit putihnya, rambut merah... tanpa sadar jari Camus bergerak, seluruh sarafnya membayangkan kehalusan yang akan dirasakannya begitu ia mendaratkan tangannya pada kulit dan rambut sosok tersebut. Mata hijau Camus berpaling pada sederet gigi putih yang dibingkai oleh bibir merah merona. Ia tersenyum. Pikirnya terpana. Lihat aku dan senyumlah... katanya penuh harap sambil mengarahkan tatapannya ke kedua mata merah sosok itu. Ia baru saja berharap kedua mata merah tersebut akan berpaling padanya saat ia mendengar sebuah suara keluar dari bibir sosok itu. Namun bukan namanya yang terucap, melainkan...

"Aiolia..."

Saat itu juga kedua mata Camus terbelalak lebar. Hatinya seakan-akan jatuh ke jurang cocytos paling dalam begitu melihat saint Leo itu mendekati sosok yang dari tadi ditatapnya.

"Hai, Milo," ujar Aiolia sembari berjalan mendekati Milo. "Udah makan?" tanyanya sambil menarik bibirnya yang dipasangi anting emas menjadi seulas senyum menawan.

Haduuuuh.... Mau apa singa itu... jerit Camus dalam hati. Matanya menatap Aiolia dengan gemas saat saint Leo itu semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Milo. Tanpa sadar Camus mempererat genggamannya pada iPad di tangannya begitu matanya mendapati dada bidang Aiolia hampir menempel pada lengan Milo. Segenap otot dalam dirinya menunggu momen yang pas untuk melempar iPad itu ke kepala Aiolia. Namun begitu ia melihat Aiolia menjauh setelah menyambar apel yang ada di dekat Milo, cepat-cepat Camus mengurungkan niatnya. Ia menghembuskan nafas lega. Setidaknya Milo tidak diapa-apain oleh Aiolia. Hiiiih! Harus ya ambil apel sampai sedekat itu! Sindir Camus gemas sambil menyesap kopinya. Ia menunduk menatap iPad di tangannya, bermaksud untuk membaca ebook di situ. Tapi tetap saja ia tidak bisa fokus. Gimana tidak saat matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah Milo yang masih asyik sendiri dengan Aiolia.

"Kamu lucu deh, Lia." Kata Milo sambil tertawa entah untuk candaan apa yang Aiolia katakan. Ia meletakan tangannya di bahu Aiolia, membuat Camus semakin membelalakan matanya gemas. "Ya sudah, aku ambil minum dulu ya. Haus." Ucapnya sambil berbalik, tapi masih sempat-sempatnya mengedipkan mata pada Aiolia.

BUSEEETTT!!!! Teriak Camus keras-keras dalam hati.

"Sampai nanti, Milo." Balas Aiolia sambil menyeringai lebar, anting emas di bibirnya berkilat memantulkan cahaya yang membuat Camus gemas. Ingin sekali ia berdiri menghampiri Aiolia dan mencabut anting tersebut dari bibirnya. Itung-itung sebagai pembelajaran sudah berani-beraninya dekati Milo. Ujar Camus kesal. Namun, lagi-lagi ia mengurungkan niatnya itu saat telinganya menangkap sebuah suara memanggil nama Milo.

Siapa lagi sekarang? Camus mengikuti sumber suara dan membelalakan mata melihat Milo berdiri bersama Kanon di dekat meja minuman. Adik kembar gemini itu tampak menuangkan teh panas ke cangkir Milo.

"Makasih ya." Kata Milo pada Kanon sambil menyunggingkan senyumnya yang paling manis.

"Sama-sama. Toh sekalian aja aku ambil teh." Balas Kanon. Ia menyendok gula. "Mau juga?"

Milo menggeleng pelan. "Aku kalau minum teh gak pakai gula."

Kanon menyeringai. "Takut gendut?" tanyanya iseng.

Alih-alih tersinggung, Milo terkikik pelan. "Hari gini masih takut gendut." Ia mengulurkan tangannya dan meraih teko berisi susu di dekatnya. "Teh itu enaknya diminum pakai susu." Katanya sambil menuang susu tersebut ke gelasnya.

Kembar gemini itu terkekeh. "Gitu ya? Baru tahu aku."

"Coba loh." Kata Milo sembari menatap Kanon dari balik bulu mata merahnya. "Lebih enak tahu."

"Kalau gitu boleh deh." Kanon menyodorkan gelasnya ke Milo.

"Sini." Milo baru saja akan menuangkan susu ke gelas Kanon saat sebuah suara menggelegar memanggil Kanon.

"Kanon.... Ambil kopi kok lama amat." Panggil Saga dari meja di sudut ruangan.

Si adik kembar gemini meringis. "Aduh! Besok aja deh, Mi."

Milo mengedikan bahunya. "Ya sudah. Kakak tercinta panggil tuh." Katanya sambil terkikik geli, terlebih saat Kanon mencibir.

"Kakak tercinta dari Hong Kong." Decak Kanon kesal. "Besok deh aku coba." Cepat-cepat si adik kembar gemini itu meraih gelas-gelasnya. Camus baru saja akan menarik nafas untuk menenangkan dirinya saat ia melihat saint Gemini itu sempat-sempatnya mengedipkan matanya pada Milo yang membalasnya dengan seulas senyum manis. Mata Camus terbelalak lebar saat Milo mengigit bibir bawahnya.

AMPUUUNN!!!! Pekik Camus gemas. Tangannya tanpa sadar meremas keras-keras iPad yang sedari tadi dipegangnya. Ingin sekali rasanya ia menghajar Kanon habis-habisan. Hatinya panas melihat kedekatan mereka yang baru saja terjadi di depan matanya. Kalau perlu aku freezing coffin aja sekalian! Enak aja dekati Milo. Milo itu...

"Aduh!" Umpatan Camus terputus begitu rasa sakit menusuk jempolnya. Ia menunduk dan langsung terbelalak kaget melihat apa yang digenggam tangannya. Layar iPad yang sedari tadi dipegangnya dengan erat kini retak dan berselimutkan es tipis. Pecahan-pecahan kaca mencuat dari layar tersebut dan salah satunya tidak sengaja menusuk jempol Camus hingga berdarah. Cepat-cepat ia menjatuhkan iPad tersebut di atas meja.

"Alamak, Camus Sensei!" seru Isaac di sampingnya begitu darah Camus menetes di layar iPad.

"Aku gak apa-apa, Isaac." Kata Camus sambil mengisap darah yang mengalir dari jempolnya yang terluka. "Diplester saja beres."

"Eman-eman iPadnya." Cepat-cepat Isaac meraih iPad beku Camus dan menunjukannya pada Hyoga. "Duh! Tau gini iPadnya buat kita aja ya, Ga, daripada dirusak Camus Sensei."

Mata Camus terbelalak lebar melihat tingkah kedua muridnya. Wajahnya memerah, baik karena kesal juga malu karena telah salah menangkap perhatian muridnya. "Kamu nih..." ucapnya gemas sebelum memukul kepala Isaac keras-keras.

"Aduh! Sensei!" suara Isaac menggelegar di seluruh ruang makan papacy.

So far kaya gitu dulu, guys. Jangan lupa vote and comment-nya ya. Adios ^^ 

Tembak Aja, Camus Sensei!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang