Camus menatap garang murid-muridnya yang tengah bergelantungan di palang kuil Aquarius. Saat ini ia tengah melatih fisik kedua muridnya dengan menyuruh mereka melakukan pull up di palang tersebut. "Masa gitu aja sudah capek." Sentaknya galak pada kedua muridnya yang terengah lelah. Di tangannya terdapat iPadnya yang beku. Berkali-kali ia mencoba menyalakan gadget tersebut tapi tidak bisa. Yah... rusak beneran nih.
"Ya capek lah, Sensei..." protes Hyoga. "Siapa yang tahan disuruh pull up 1.000 kali." Ia meringis menahan sakit di kedua lengannya yang sudah tidak kuat mengangkat berat tubuhnya sendiri.
"Gak manusiawi banget sih." Timpal Isaac. Meski ia dibangkitkan dari kematian setelah semua perang selesai, tapi nasibnya kini juga tidak lebih baik dari Hyoga. Dengan sekali erangan ia menarik tubuhnya ke atas palang tersebut. "Mana baru selesai 200 pull up lagi." Mata kanannya mendarat pada gurunya yang masih memencet tombol on/off iPadnya. "Itu iPad mau coba dinyalain berkali-kali juga percuma, Sensei. Sudah beku total begitu."
"Gak usah banyak omong." Sentak Camus lagi sebelum meletakan iPadnya di meja. "Kalian pikir musuh-musuh di medan perang akan peduli dengan kondisi kalian. Begitu kalian capek, mereka akan menyerang kalian dengan mudah dan seketika habislah kalian."
"Iya, ngerti Sensei. Kita berdua juga sudah pernah perang." Cibir Hyoga, masih melanjutkan pull-upnya. "Tapi musuh mana yang tarung pakai pull-up. Segila-gilanya Hades aja masih tarung di atas tanah kok. Bukan gelantungan begini."
Camus mematung mendengar kata-kata Hyoga. Iya, juga sih. "Ya kali aja suatu hari kalian perang melawan Dracula." Katanya asal untuk menutupi kekonyolan yang baru ia sadari.
"Diih! Dracula dari Hong Kong..." cibir Isaac. "Bilang aja Camus Sensei cuma jadikan kita pelampiasan." Balas Isaac kesal.
"Pelampiasan apalagi, Isaac?" tanya Camus, matanya tidak lepas dari kedua anak didiknya. "Kamu berani meragukan caraku melatih kalian?"
"Sekeras-kerasnya Crystal Saint melatih kita di Siberia dulu, ia tidak mungkin menyuruh kita pull up 1.000 kali." Merasa kedua lengannya sudah tidak mampu mengangkat berat tubuhnya, Isaac menggantungkan kedua kakinya di palang tersebut dan berbaring terbalik.
Mata Camus melotot menatap anak didiknya itu. "Isaac, kamu ngapain? Turun."
"Berarti aku sudah boleh selesai latihan dong." Ujar Isaac sambil menyeringai lebar.
Kali ini giliran mata Hyoga yang terbelalak lebar menatap sahabatnya yang tergantung terbalik. "Sensei... kok curang..." adunya manja.
"Aku tidak bilang kamu boleh selesai latihan, Kraken Isaac. Sekarang turun dan lanjutkan pull up." Kata Camus tegas, kesal karena tingkah anak didiknya yang semaunya sendiri. "Toh aku suruh kalian pull up juga untuk kebaikan kalian."
Isaac perlahan membenahi posisi tubuhnya. Kedua tangannya yang mati rasa kembali mencengkram palang di atasnya. "Untuk kebaikan kita atau pelampiasan Sensei." Sindirnya sambil melanjutkan pull up-nya. Ia meringis saat otot-otot lengannya berusaha semampu mereka untuk mengangkat berat tubuhnya. "Kalau cemburu gak usah lampiaskan ke kita juga lah."
"Siapa juga yang cemburu." Kata Camus acuh tak acuh.
"Idiiih... Sensei gak mau ngaku, Ga." Kata Isaac pada Hyoga di sebelahnya. "Sudah jelas-jelas tadi pas sarapan Sensei cemburu. Iya kan?"
"Aku tidak cemburu, Kraken Isaac." Camus melipat kedua lengannya di depan dada. "Lebih baik kamu diam dan lanjutkan pull up-nya. Lagi pula aku mau cemburu sama siapa."
"Ya sama Milo lah, siapa lagi." Sahut Hyoga cepat. "Iya kan?" timpalnya lagi saat mata biru Camus terbelalak lebar.
Camus mendengus. "Ada-ada saja kalian." Katanya berusaha mengelak pernyataan muridnya yang memang benar adanya. Dari tadi ia memang uring-uringan karena tidak bisa melupakan kejadian saat sarapan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tembak Aja, Camus Sensei!
FanfictionWARNING! Female Scorpio Milo. Female Pisces Aphrodite. Camus gak suka lihat Milo dekat dengan gold saint lainnya. Doi pingin nembak, tapi kok ya takut. Jadi, sebagai murid-murid yang baik, Hyoga dan Isaac berusaha membantu Camus jadian dengan Milo...