Round 5: Just For You

1.3K 200 46
                                    

siders, keluar yuk! luangin waktunya sebentar buat sekedar ngasih vote:)

aku seneng banget kalo liat kalian comment!

Sojung membangunkan Seokjin pada pukul lima subuh tadi. Ibunya itu meminta Seokjin untuk membuat sarapan untuk Seokmin karena dirinya dan Jinyoung akan berangkat lebih awal.

Dan tentu saja, Seokjin menurutinya.

Pagi ini, tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Di meja makan, hanya ada si kembar yang sedang asik mengobrol. Berbeda dengan Seokmin yang makanannya sudah hampir setengahnya ludes, Seokjin bahkan belum menyentuhnya sama sekali.

"Kenapa hanya di lihat seperti itu? Makananmu tidak akan langsung pindah ke dalam mulutmu" cibir Seokmin.

Seokjin mengangguk mengiyakan. Lalu mulai memasukan sedikit demi sedikit makanan itu ke dalam mulutnya.

Baru saja beberapa suap, Seokjin mengusap-ngusap perutnya yang sedari tadi tidak nyaman. Padahal ia baru memakannya sedikit, kenapa perutnya memberontak?

"Hyung, aku ingin buang air kecil sebentar" ucapnya pada Seokmin.

Dan Seokmin mengangguk.

Seokjin dengan cepat berlari menuju kamar mandi di dekat dapur, tangan kanannya membekap mulutnya guna menahan sesuatu yang akan keluar.

Anak itu mengeluarkan kembali makanan yang baru saja masuk. Lagi-lagi, rasa sakit yang berasal dari perutnya kini menjalar hingga ke punggung.

Seokjin kembali muntah, hingga hal itu terjadi selama 2 menit lebih. Seokjin sering seperti ini jika maagnya kambuh, tapi untuk rasa sakit yang menjalar hingga ke punggungnya, ia baru merasakannya akhir-akhir ini.

"Seokjin! Ritual buang air kecilmu berapa abad sih?!" gerutu Seokmin berteriak dari meja makan. Membuat lamunannya seketika buyar.

"Kau tidak sabaran sekali Hyung!" balas Seokjin.

Lalu anak itu memutuskan untuk menyudahi acara muntahnya dan menghampiri Seokmin yang masih misuh-misuh.

"Kau lambat! Seperti keong" decaknya malas.

Seokjin menyentil dahi Seokmin pelan. "Jangan marah-marah seperti itu, kau tidak mau kan tua sebelum waktunya?" goda si bungsu.

Seokmin makin mengerucutkan bibirnya kedepan dan sukses membuat Seokjin tertawa karena gemas.

"Kau pucat sekali, Seokjin-ah"

Anak itu menggeleng cepat dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Gwaenchana. Lebih baik kita berangkat ke sekolah, nanti terlambat" jawab Seokjin mengalihkan pembicaraan.

"Kau yakin baik-baik saja?"

"1000,00% sangat yakin"

Seokmin mengangguk, lalu Seokjin berjalan mendahului Seokmin namun tiba-tiba saja tubuhnya oleng dan untungnya Seokmin dengan cepat menangkap tubuh itu sebelum bertubrukan dengan lantai.

"Seokjin? Wae?!" pekik Seokmin kaget.

Tubuhnya benar-benar lemas. Kepalanya berputar hingga membuat Seokjin mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali agar pandangannya kembali jelas dan tidak berbayang

Namun yang anak itu perlihatkan hanyalah senyuman andalannya.

"Aku hanya mengetes kemampuan aktingku. Bagaimana? Terlihat alami kan?" ucapnya girang sambil berdiri.

Seokmin menjitak kepala Seokjin kesal. Kenapa masih sempat-sempatnya menguji kemampuan akting sih?

Si sulung yang terlampau kesal menghentak-hentakan kakinya ke lantai dan berjalan begitu saja mendahului Seokjin yang masih cekikikan.

Breathe - Kim SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang