Y4 - Chap 1

5.1K 383 82
                                    

Aku memijit keningku sebentar sebelum akhirnya melihat Hermione dengan tatapan menyerah. Tugas essay ini benar-benar membuatku gila bahkan sebelum aku sempat menuliskannya. "Apa kita bisa mengerjakannya lain waktu, Hermione? Kurasa kepalaku mau pecah sekarang."

Hermione menatap kearahku. "Jangan melebih-lebihkan, Yona. Kau tahu ini tidak seburuk itu." tanggapnya kemudian kembali sibuk menorehkan pena bulu-nya ke perkamen sialan itu.

"Ok, fine, kau tidak mau pergi, aku akan pergi sendiri." ucapku kemudian sambil membereskan barang-barangku. "Well, tak masalah. Selama kau kuat diganggu Malfoy, terang-terangan dilihati Cedric, dan dijaga secara berlebihan oleh Harry." Perkataan Hermione langsung membuatku duduk kembali ditempatku. Benar, perpustakaan dan Hermione adalah pelindung yang tepat. Aku tak mau ada lagi perhatian berlebihan, jadi lebih baik aku bersama Hermione.

Akhir-akhir ini, keadaan disekitarku terasa kacau. Ron semakin malas dan makin rakus ketika makan, Hermione makin mencintai buku, Harry menjadi benar-benar protektif terhadapku, Malfoy makin rajin mengganggu, dan Cedric ikut-ikutan menambah penderitaanku.

Aku seorang muggleborn, begitupun Hermione. Karena kami berteman dekat, jadilah kami dijuluki si duo mudblood oleh Malfoy. Konyolnya aku malah merasa itu nama yang bagus untuk memulai menjadi duo penyanyi di dunia muggle. Ok, lupakan.

Rambutku hitam mirip milik Harry, kulitku putih sedikit pucat, badanku kurus dan sedikit lebih pendek daripada Hermione, dan aku mirip kurcaci. Bercanda, aku tidak seburuk itu. Tapi serius, aku kurus dan sedikit pendek, rasa-rasanya mungkin kalau ada badai, aku bisa ikut diterbangkan angin.

"Dibanding kau mirip orang idiot dengan duduk sambil melihatiku terus, kenapa kau tidak mencari buku dan membacanya sebagai referensi-mu? Karena aku sedang dalam mood yang bagus, kau boleh melihat sedikit essay-ku. Tapi, jangan bilang ke Harry atau Ron." Aku tersenyum lantas mengangguk, disusul dengan senyum dari Hermione.

Sejujurnya aku tidak sebegitu semangatnya, aku benci kalau tiap hari harus mencium bau buku, bau perkamen, dan duduk sepanjang hari sambil belajar. "Aku juga tak mau duduk seharian disini mirip nenek-nenek tua yang hobi membaca buku. Tempatku adalah diluar, dimana aku bisa main, makan, tidur, dan terkadang membolos pelajaran." gumamku sebal. Aku membelok kearah lorong ketiga, kemudian mulai mencari buku. "Apa lebih baik aku keluar dari sekolah ini? Tidak, tidak, aku akan belajar sihir sampai lulus disini supaya aku bisa mengubah semua orang menjadi agar-agar. Hmm, jangan, jangan, lebih baik kuubah jadi ayam kemudian kujadikan ayam goreng. Atau, kuubah jadi apa, ya?" gumamku lagi berandai-andai.

Aku mengambil buku tebal yang tak kulihat judulnya, yah, sekedar kuambil supaya Hermione berpikir kalau aku memang niat belajar.

Tapi tiba-tiba kegiatanku terinterupsi oleh hadirnya suara kekehan kecil. Aku menoleh ke bagian kiriku dan mendapati Cedric sedang menertawakan kebodohanku yang hendak mengubah semua orang menjadi ayam atau agar-agar. Pipiku bersemu merah, rasanya pipiku panas dan aku malu sekali.

"Maaf, maaf, aku mengganggumu sepertinya." ucapku kemudian lekas berbalik, ingin cepat-cepat kembali ke Hermione. "Oh, tidak! Aku serius, kau tidak menggangguku." Lenganku tergamit oleh tangan putih Cedric, senyumnya sedikit memudar karena aku tadi hendak pergi.

"O-oh, be-begitukah?" kataku tergagap, karena rasanya canggung berdiri didekatnya sementara dua minggu ini aku benar-benar menghindarinya. "Apa aku mengganggumu?" tanyanya dengan pelan. Pikiranku berdebat seketika. Di satu sisi, aku mau menjawab iya, sementara disisi lain, aku mau menjawab tidak. Ok, kuatkan dirimu, Yona, kuatkan! Jawab iya!

"Tidak, kau tidak menggangguku sama sekali." ARGH!! Yona bodoh! Harusnya kau jawab kalau dia mengganggumu! Senyum Cedric mengembang kembali. "Baguslah, aku sudah takut kalau aku membuatmu tidak nyaman." Aku membalas tersenyum.

Tanpa kami berdua sadari, Cedric masih menggamit lenganku, dan kami masih saling senyum terhadap satu sama lain. "Kukira perpustakaan bukan tempat untuk berpacaran."

Kami berdua menoleh. Tangan Cedric sudah terlepas dari lenganku dan aku memudarkan senyumku. Kami menatap kearah orang yang sedang menatap kami remeh. Rambut pirang, kulit putih, mata abu-abu, dan dagu runcing yang selalu terangkat itu, aih! Si sialan Draco Malfoy.

***

Vomment yaa guyss, biar aku makin semangat gitulohh *ehem* Heheheee

I'm a Disaster (HOGWARTS BOYS X READERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang