Y4 - Chap 2

2.7K 340 90
                                    

"Kau serius? Malfoy, Draco Malfoy bilang begitu?"

Aku mengangguk sambil mengingat kembali kejadian di perpustakaan.

Flashback..

"Kukira perpustakaan bukan tempat untuk berpacaran." Malfoy memandangku dan Cedric dengan tatapan merendahkan. "Maaf, kupikir aku kurang memperhatikan, tapi kau siapa?" tanya Cedric bingung.

"Draco. Draco Malfoy," jawab Malfoy dengan sombong. "Oh, anak pengadu dan manja itu?" ucap Cedric memastikan sementara aku menahan tawa dibelakang.

Draco maju mendekati kami. "Mudblood ini yang bicara begitu?" tanyanya dengan wajah kesal. "Yona tak perlu mengatakan seperti itu. Semua orang, kecuali teman-temanmu tentunya, pasti berpikiran sama."

Dengan tatapan kesal dan marahnya ia berkata. "Kau tahu? Kau ini menjijikkan sekali. Selain darah yang mengalir ditubuhmu, rupanya sifatmu juga menjijikkkan. Laki-laki ke berapa yang kau kencani ini?" Aku menatapnya tak percaya. "Excuse me? Kau bilang aku apa?" sentakku. Beberapa perhatian teralih kearah kami. "Yona, kurasa sebaiknya kita pergi." ucap Cedric menenangkan. "Berarti benar kata Pansy. Kau tak lebih dari seorang mudblood yang mengencani hampir seluruh laki-laki disekolah. Apa kau pernah tidur dengannya, Diggory? Pernah? Bagaimana rasanya menyatu dengan seorang darah lumpur sepertinya?"

Cedric menggeram keras dan sudah mengepalkan tinjunya tapi tinjuku melayang lebih dulu kewajahnya. "Asal kau tahu, bahkan aku tak pernah berkencan dengan siapapun sialan! Aku dekat dengan Harry, Ron, dan Cedric lalu kau dan teman-teman ularmu itu berpikir aku mengencani seluruh laki-laki disekolah?! Aku baru pertama kalinya bicara dengan Cedric lantas menandakan kalau aku pernah tidur dengannya?" Tinjuku melayang sekali lagi ke wajahnya, dan ketika aku hendak melayangkan tinjuku yang ketiga, Cedric menarikku.

Penjaga perpustakaan lekas mencari sumber keributan, tapi aku sudah pergi dari sana. Cedric melepasku dan menitipkanku pada Hermione, yang mana langsung membawaku ke ruang rekreasi Gryffindor.

Flashback off.

Rasanya aku benar-benar marah, sampai aku tak bisa mengeluarkan air mata yang sedaritadi menggenang dimataku.

Terdengar suara lukisan terbuka dan suara tergesa-gesa terdengar sampai Harry muncul dengan wajah kesalnya. "Kau serius, Yona? Dia bicara seperti itu padamu?" Aku menatapnya. "Apa, sih? Siapa yang bicara apa?" balasku pura-pura tak mengerti.

"Aku sudah dengar dari Ron, kalau si bajingan pirang itu bicara hal buruk tentangmu diperpustakaan. Ayo, ikut denganku. Seharusnya crucio bisa memberinya sedikit pelajaran." ucap Harry sambil mengambil tanganku. "Harry!" teriak Hermione. Harry menoleh kearah kami berdua tak sabar. "Aku tahu ucapannya benar-benar jahat, bahkan lebih jahat daripada ucapannya padaku, tapi jangan sampai kau dikeluarkan atau didetensi karena menggunakan mantra itu. Itu konyol." ucap Hermione yang kusetujui dengan anggukan.

Harry memegang tanganku lembut, kemudian menatap kesal kearah Hermione yang dianggapnya tak becus dalam menjagaku. "Jangan marah pada Hermione!" omelku sebelum Harry sempat mengeluarkan kata-kata. "Kau menahan tangismu? Oh yaampun," Hermione berkata kemudian memelukku. "Aku bukan menahan tangisku, aku menahan marahku." balasku dalam pelukan Hermione.

"Aku tahu ini seharusnya merupakan saat yang menyakitkan, menyedihkan, atau mengesalkan, tapi menurutku Malfoy melakukan itu karena suka padamu."

Hermione melotot kearah Ron yang sedang berbaring di sofa sambil makan. "Seriously? Itukah isi otak bodohmu sekarang?" ucapnya keras. "Well, coba dipikir. Malfoy adalah orang yang gengsi-nya tinggi, sombong, kasar, dan sulit untuk mengakui. Berbeda dengan, ehm, Dean yang waktu itu terang-terangan bilang dia cemburu ketika melihat Yona dengan Harry, Malfoy pasti mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati Yona sebesar rasa sakit hati yang ia rasakan."

Ron melanjutkan melahap kue-nya. "Jadi, menurutku, Malfoy suka padamu." lanjutnya. "Ok, kau lebih baik diam atau mulutmu kupaksa diam." ucap Harry kemudian.

Tak lama suara pintu asrama terbuka kembali terdengar dan rasanya banyak orang yang berhamburan masuk.

Dari sudut mataku, kulihat dengan samar Fred, George, dan anak-anak lain melihat kearah kami. "Jadi, kalian bolos kelas tadi karena Yona?" tanya Neville. "Harry suruh aku diam, jadi aku akan diam." jawab Ron. "Kenapa dia?" tanya Fred pelan kepada Hermione. "Malfoy." tanggap Hermione pelan. "Malfoy lagi? Seriously?" George memandang dengan tidak terima.

"Ok, cukup. Kurasa sudah waktunya kita terang-terangan menunjukkan kepada asrama ular itu kalau kita akan perang." ucap Seamus. "Jangan." Aku menarik kepalaku dari pelukan Hermione. "Jangan cari masalah." ucapku. "Apalagi gara-gara aku." lanjutku kemudian memalingkan muka.

Mereka semua menatapku dan Hermione bergantian, kemudian beralih ke Harry. Entah mereka merencanakan apa, tapi mereka semua mengangguk secara hampir bersamaan. "Baiklah, tak ada cari masalah. Kau tahu, api takkan membesar kalau tak disiram minyak, tapi mari kita buat kau lupakan. Ayo istirahat, aku akan bilang kalau kau izin sakit." ucap Hermione kemudian membawaku menuju kamar.

"Apa aku satu-satunya disini yang tidak mengerti kita akan melakukan apa setelah Yona tidur?"

***

Ok, itu kalimat yang terakhir, ada yang tahu/bisa tebak gak siapa yang ngomong begitu??

Btw aku update tiap hari sabtu yaa, inget lohh

I'm a Disaster (HOGWARTS BOYS X READERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang