Y4 - Chap 16

552 45 8
                                    

Aku mengerjapkan mata sebentar kemudian melihat serius kearah Dumbledore. "Jadi, maksud anda, saat ini ada yang sedang ada yang berusaha menjadikan saya sekutu mereka?" simpulku. "Bagaimana kedengarannya untukmu?" tanya Dumbledore dengan tenang. "Ya, terdengar seperti itu bagi saya." kataku. "Kalau begitu, itulah maksudku. Dan, aku hari ini dikunjungi oleh seseorang yang sangat ingin bertemu denganmu." ucapnya. Dia mengetuk meja tiga kali, seolah memberi aba-aba, dan dari balik rak buku muncullah Laura Madley yang bergerak setengah gugup.

Aku sedikit kaget dan prihatin melihat keadaannya dengan mata cekung dan pipi gembulnya yang sering kucubit dulu digantikan dengan tulang pipi yang mulai kelihatan. Dia kelihatan seperti seseorang yang hidup dibawah tekanan, padahal seminggu yang lalu dia masih kelihatan baik-baik saja.

"Laura Madley?" gumamku dengan sedikit merasa aneh karena penampilannya. "Ya, dia ingin bertemu denganmu." kata Dumbledore. Laura berjalan mendekat dengan pelan kemudian berdiri di sisi meja sambil menunduk. "Kalian bisa menggunakan kantorku untuk bicara dan aku akan meninggalkan kalian berdua disini." ucap Dumbledore dengan senyuman kemudian berjalan keluar dari ruangan ini, menyisakan kami berdua dengan suasana hening yang tercipta secara tiba-tiba.

"Ehm, duduk?" tawarku kemudian berdiri dan bergeser ke kursi disebelahku untuk memberi Laura tempat. Dengan pelan dan masih menunduk, Laura duduk disebelahku. "Jadi, kenapa kau mau bertemu denganku?" tanyaku pelan.

Laura memainkan jari-jarinya kemudian menoleh kearahku, "T-tapi kau be-berjanji akan melindungi aku?" ucapnya dengan gagap. Aku tersenyum, "Tentu saja." balasku kemudian mengambil tangan mungilnya yang dingin. "Kenapa kau mau bertemu denganku? Apa ada sekumpulan anak Slytherin tahun pertama yang membully-mu lagi karena kau dekat denganku?" Laura menggeleng. Jelas, seharusnya mereka sudah jera semenjak ku ubah kepala mereka semua jadi kodok.

"Lalu kenapa?" tanyaku. "Apa kau t-tahu soal a-anak b-baru di a-angkatanmu?" katanya pelan. Aku melebarkan mataku. "Oh, Chloe Williams. Ya, jelas aku tahu. Ehm, kami baru mulai berteman." balasku setengah mengingat kejadian canggung pagi tadi. Aku langsung mengubah senyumku menjadi senyum usil, "Kau juga mengidolakannya? Mau kukenalkan?" tanyaku.

Laura menggelengkan kepala dengan cepat dan memberiku tatapan horor. Rasa-rasanya dia hampir terkena serangan panik tapi dengan cepat dia kembali seperti semula. "Ok, jelaskan ada apa dengannya." ucapku. "D-dia mem-membuat sesuatu yang jahat. Pe-perlu korban dan semacamnya." desis Laura.

Dengan perlahan aku mengerutkan kening, "Laura, darling, aku tahu Chloe kelihatan jahat awalnya, teman-temanku sendiri berpikir begitu, tapi-"

"A-aku tidak mengarang!" seru Laura yang membuatku tersentak. "A-aku mendengarnya b-bicara dengan Professor Snape." kata Laura. "Na-namanya b-bukan Chloe Williams." lanjut Laura. "Lalu siapa namanya?" tanyaku. "C-chloe Riddle." jawab Laura. "Oh, aku pernah dengar nama itu. Kapan kira-kira?" gumamku. "Dia me-menipu, tapi aku ti-tidak mengerti. D-dia mau me-membuat sesuatu, ta-tapi dia perlu korban." lanjut Laura.

Aku menghela napas, "Laura, mungkin dia cuma mau mengerjai seseorang. Ketika aku mengerjai seseorang, aku juga perlu korban." kataku. "Ini berbeda, Yona. Please, you have to believe me! Kau harus b-bawa dia pergi jauh-jauh dari h-hogwarts!" mohonnya. "Kita tidak bisa mengusir seseorang hanya karena hal yang belum pasti, Laura." kataku. "K-kalau begitu, jauhi dia! J-jangan dekat-dekat dengannya!" Wajah Laura mulai memerah dan matanya berkaca-kaca.

"Hey, hey! Jangan menangis!" sergahku panik. "Ok, ok, aku akan turuti ucapanmu." kataku cepat akhirnya. Wajah Laura mulai kembali normal dan dia menatapku penuh harap. "But," ucapku, "But, only if she starts to act suspicious." lanjutku.

Wajah penuh harap Laura sedikit padam tapi dia mengangguk. "Brilliant. Sekarang aku mau kau kembali ke asrama-mu, ok?"

//-.-\\

Author's POV

Yona mengantarkan Laura kembali ruang rekreasi Hufflepuff di samping dapur dan kembali menaiki tangga menuju ke Aula Besar. Pikirannya bertaut dan karena dia tidak biasa mengasah otaknya, itu membuatnya pusing. Dia baru saja berteman dengan Chloe dan tiba-tiba dia disuruh menjauhinya. Memangnya seberbahaya apa benda yang hendak dibuat Chloe sampai dia perlu menjauhinya? Toh, Yona sendiri sering meledakkan barang dan kelas, tapi dia aman-aman saja.

Dia mengeratkan syalnya dan berhenti tiba-tiba ketika Draco menghadangnya. "Ya Tuhan, aku sedang pusing dan muncul pembuat masalah baru. Cepat katakan apa maumu dan biarkan aku pergi." kata Yona sebal. Draco mengedarkan pandangannya kemudian menatap Yona. Dia menggamit pergelangan tangan Yona dan menyeretnya untuk pergi ke lorong yang lebih sepi. Dia berdecih sebentar sebelum akhirnya bicara, "Jadi yang mana?" tanya Draco. "Apa maksudmu 'yang mana'?" balas Yona tak paham. "Wood atau Diggory? Atau Potter? Atau salah satu dari si kembar Weasel? Atau Weaselbee? Ataukah Pucey? Atau si Higgs? Yang mana? Kenapa banyak sekali, sih, laki-laki di sekitarmu?!" tanya Draco keras. "Seminggu yang lalu kau dekat-dekat dengan Diggory, lalu kembali membuat seluruh asrama di Hogwarts berperang, dan setelahnya kau malah dekat-dekat dengan Wood dan mencium Wood di pesta dansa semalam. Jadi, yang mana yang kau kencani?" ujarnya.

"Memang itu urusanmu?" ucap Yona kemudian menepis tangan Draco dari pergelangan tangannya. "Itu urusanku. Kau mau kulaporkan ke kakak-kakakmu kalau kau ini playgirl di Hogwarts?" ancam Draco. "Kau mau kulaporkan ke kakak-kakakku kalau kau memanggilku jalang? Kau salah kalau berani mengancamku." balas Yona. "Dan, ya, aku berkencan dengan Oliver Wood."

***

Makasih buat yang udah baca.. Jangan lupa vomment, ya, dan kalau kalian punya kritikan dan saran, kalian bisa kasih tau aku, pasti kuterima.. <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm a Disaster (HOGWARTS BOYS X READERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang