Y4 - Chap 11

1.6K 273 146
                                    

"Kupikir begitu." katanya kemudian tersenyum samar. "Aku hanya mengakui perasaanku, bukan memintamu untuk menjadi pacarku. Sebenarnya aku mau mengatakan ini dimalam ketika Professor McGonagall memintamu untuk mencoba gaun yang kau kenakan saat ini. Tapi keberanianku hilang ketika ada anak yang kau kenal menabrakmu," lanjutnya. Aku memutar badanku, kemudian kembali mendekat kearahnya. "I know this sounds crazy. But, may I kiss you?" katanya tiba-tiba.

Aku membelalakkan mata. "What?"

Dan sebuah kecupan mendarat di bibirku.

***

Kecupan yang benar-benar sangat amat sebentar. Bibirnya hanya menempel dibibirku dan seperkian detik kemudian dia hanya memandangku dan kami melanjutkan berdansa.

"Maaf," katanya pelan. Beberapa perempuan memekik dan suara pukulan meja terdengar serentak memenuhi ruangan. Aku menatap kearah Ginny, meminta bantuan, dan seolah mengerti, ia mulai menarik Blaise untuk maju dan mulai berdansa bersamanya.

"Itu sangat sebentar," komentarku dengan nada canggung. Oliver menarik senyum, "Kau mau yang lama, rupanya?" balasnya. Pipiku makin memanas dan jantungku rasanya hampir keluar dari rongga dadaku. "Ya, eh, maksudku, itu benar-benar sebentar. Kau tahu, biasanya ciuman itu terjadi lebih lama dan kau tadi cuma seperti menempelkan bibirmu kemudian dua detik kemudian melepasnya. Bukan berarti aku mengharapkan yang lebih lama, tapi kau tahu, ah, intinya adalah itu." kataku gugup.

Oliver terkekeh pelan kemudian berkata, "Well, bisa lebih lama kalau kau mau."

"Tapi tidak disini," lanjutnya setengah berbisik di samping telingaku kemudian menghembuskan nafas dileherku.

Bulu kudukku meremang seketika dan segerombolan kupu-kupu dengan sukses terbang diperutku. Pasangan-pasangan lain mulai maju dan tanpa kami sadari, sekeliling tempat kami sudah ramai oleh sekumpulan wajah berbinar para perempuan yang tengah berdansa.

Setelah sepuluh menit berlalu, musik berhenti dan semua orang berhenti berdansa. Para guru bangkit dari duduknya dan bertepuk tangan begitupun orang-orang lain dan mereka bersorak senang.

Dan ketika musik selanjutnya dilantunkan Oliver mulai menarikku dari kerumunan. Ia mengelus tanganku dan berkata, "Aku akan mengambil minum, tunggulah disini."

Aku mengulum senyum dan mengangguk. Ia menyium tanganku dan dengan cepat melesat diantara kerumunan orang-orang sementara kutatapi Ron dan Harry yang tengah duduk berdua mirip orang idiot dan menganggurkan Parvati dan Padma. Kuangkat sedikit gaunku dan segera berlari kearah mereka sambil tersenyum.

"Harry! Ron!" sapaku kemudian duduk diantara mereka. Ron hanya tersenyum singkat untuk membalas sapaanku sementara Harry memandangku sengit. "Hi Parvati, Padma." sapaku. Parvati dan Padma hanya tersenyum kemudian membuang muka dan pergi. "Wow, kalian hebat. Kalian beruntung sekali karena bisa mendapatkan gadis paling cantik diangkatan kita," ucapku memuji.

"Tapi, gadis paling cantik di 'Hogwarts' adalah kau, kalau kau mau tahu." balas Harry tak senang. "Ada apa denganmu?" tanyaku. "Apa kau tidak enak badan? Karena kau agak menyebalkan tiap kali kau tidak enak badan," kataku. "Aku sehat," balas Harry, "Hanya tidak senang." tambahnya.

Aku memandang kearah Ron, meminta penjelasan atas perkataan Harry, tapi Ron hanya mengedikkan bahu. "Jadi, kalian tahu, Oliver ternyata benar-benar baik! Dia bahkan tidak membicarakan Quidditch sama sekali!" ucapku kelewat antusias. "Oh, yeah, keren sekali." tanggap Harry. "Benarkah? Fred dan George bilang dia terlalu maniak Quidditch dan dia benar-benar payah," kata Ron.

"Kenyataannya tidak seperti itu, kan? Buktinya dia mencium seorang gadis padahal mereka belum berkencan sebelumnya," sindir Harry.

"Maaf, apa kau baru saja menyindirku?" tanyaku.

I'm a Disaster (HOGWARTS BOYS X READERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang