Y4 - Chap 4

2K 320 45
                                    

Draco's POV

"Aku menyuruhmu meminta maaf! Demi nama Morgana, kau bodoh sekali!" seru Blaise kemudian menendang salah satu kursi dan menjatuhkannya dengan suara keras. "Memangnya salahku? Aku cuma membicarakan fakta!" sahutku membela diri.

"Fakta macam apa yang kau bicarakan itu?! Jelas dia bukan jalang dan dia tidak menjijikkan! Apa kau percaya pada ucapan Pansy?" Aku mendengus. "Siapa suruh dia berduaan dengan si Diggory itu? Apa salahku kalau aku menjadi tersulut emosi?" ucapku masih membela diri.

Blaise mendengus keras kemudian mengepalkan tangannya. "Dia sudah sangat amat membencimu, kau tahu? Bahkan kudengar dari Granger dia sakit sekarang." ujar Blaise dengan kesal. "Aku benci padamu, Draco. Kau bersikap seperti bajingan dan aku akan berhenti membantumu mulai sekarang." Blaise mulai kembali menenangkan suaranya kemudian mengangkat tangannya ke udara dan mulai menurunkannya kembali ketika ia berjalan keluar.

Aku mengacak rambutku asal kemudian menyandarkan punggungku di sofa. Kudengar langkah kaki menuruni tapak tangga dan kubuka sedikit mataku untuk melihat siapa yang datang. "Drakie, apa kau tidak apa-apa?" Aku kembali menutup mataku. Pansy duduk disebelahku dengan wajah khawatirnya kemudian mengelus rambutku. "Aku mendengar kau dan Blaise bertengkar tadi. Ada apa?"

"Kau tidak perlu tahu." jawabku kemudian bangkit dari dudukku dan segera pergi. "Kau mau kemana?" tanyanya dengan memanyunkan bibir sementara aku berdecih. "Makan malam." jawabku sekenanya.

//-.-\\

"Aku janji cuma kali ini!" pintaku kesal. Nyonya Gemuk jelek ini masih juga ngotot tidak mau membiarkanku masuk padahal aku sudah berdebat padanya selama hampir 15 menit! Blaise bilang tadi Yona sakit, dan jujur saja aku merasa bersalah. Lagipula, aku harus minta maaf, kan?

"Berikan kata kuncinya!" ujarnya. "Bagaimana aku bisa tahu kata kuncinya kalau aku sendiri bukan dari asrama ini?" gerutuku. "Kalau begitu jangan masuk!" serunya. Apa-apaan lukisan ini! "Kalau aku bisa menebak kata kuncinya, apa aku boleh masuk?" tanyaku kemudian. "Diamlah! Kau menggangguku! Lebih baik kau ke aula dan mulai makan malam!" suruhnya.

Aku mendengus kasar. "Aku akan laporkan ini pada ayahku!" ancamku. "Lalu apa yang bisa dilakukan oleh ayahmu? Aku cuma lukisan." tanggapnya acuh. "Tolonglah. Kumohon, baru kali ini aku memohon pada seseorang." mohonku. "Maaf, nak. Tidak bisa." balasnya. "Aku cuma mau masuk sebentar!" ocehku. "Kalau begitu sebutkan kata kuncinya!" balas Nyonya Gemuk. "Huh, begini ya, wanita jelek yang gendut. Pacarku ada didalam dan katanya dia sedang sakit. Bagaimana kalau dia ternyata sakit parah dan perlu dibawa ke Hospital Wing atau St. Mungo? Kalau terjadi sesuatu padanya, apa kau mau bertanggung jawab?"

"Geez, Malfoy! Apa otakmu terbentur? Kau baru saja berdebat dengan sosok dalam lukisan!" Aku menoleh kearah Weasel dengan tatapan kaget lalu aku buru-buru mengubah pandanganku menjadi pandangan sombong seperti biasanya. "Huh, Weasel." ucapku kemudian lekas-lekas pergi dari pandangannya.

Jujur aku tidak mendengar langkah kakinya sama sekali. Apa tadi dia melayang? Atau mungkin aku yang bodoh. Kuharap dia tidak mendengar apapun yang memalukan.

Kulangkahkan kakiku menuju ke Aula Besar dan segera duduk ditempat yang sudah disediakan Blaise dan Theo. "Darimana saja kau?" tanya Theo. "Ada urusan." jawabku sekenanya sementara Blaise cuma memandangku tajam kemudian mendengus yang berarti dia tahu apa yang kumaksud urusan. "Aku merasa ada beberapa anak yang hilang." ucapku pelan ketika Dumbledore mulai bicara. "Tidak ada yang hilang. Diamlah." tegur Blaise.

Setelah Dumbledore bicara, suasana Aula kembali sedikit ramai dan kebanyakan orang mulai makan. Aku melihat kearah Pansy yang mulai melahap ayam dihadapannya, begitupun dengan Theo dan Blaise, sedangkan nafsu makanku benar-benar hilang sekarang.

"Makan, dude. Kau mau mati kelaparan?" ucap Theo kemudian menyodorkan ayam panggang utuh kepadaku. Aku melirik kearah yang lain, yang makan dengan lahap. Astoria sedang minum, Pansy sedang lanjut makan, ok, baiklah semua normal-normal saja. Kemudian kupegang ayam didepanku.

BOOM!

Teriakan para perempuan disekitarku juga ikut membuat telingaku terasa berdengung. Blaise mengguncang tubuhku sementara aku masih shock ketika ayam didepanku menghilang dan menebarkan daging serta tulangnya kemana-mana. Astoria berubah menjadi kucing berwarna abu-abu dan Pansy tersedak ayamnya ketika melihat wujud Astoria. Tak lama, Pansy juga berubah menjadi kucing yang menyebabkan pekikan kencang terdengar dari semua orang. Lalu sepotong kue dilempar mengenai kepalaku. "Makanlah itu, dasar bodoh!"

Dan Theo bangkit dari duduknya dengan marah. "Kau juga makanlah ini, dasar darah pengkhianat!" Dan perang makanan pun mulai terjadi.

Guru-guru berteriak dan kepala asrama berusaha untuk menjinakkan kembali murid mereka. Tentu saja sebagai Slytherin kami tidak terima diperlakukan seperti itu tapi kami kalah jumlah. Bahkan Hufflepuff juga membantu mereka. Perang berhenti ketika Dumbledore menghentikan seluruh makanan yang terlempar dan dia berteriak untuk menyuruh kami kembali ke asrama masing-masing.

Aku masih sedikit shock jujur saja dan sekarang kami dikawal oleh prefek masing-masing untuk kembali ke asrama sampai bunyi letupan terdengar dan bom kotoran menyebar dengan menjijikkan. Ugh, bau busuk biadab ini.

"Now you see it, bro? You really messed up this time!"

***

Sorry ya guys kalo part ini agak aneh ato gimana gitu, awalnya aku udah bikin terus ilang donggggg.. padahal aku udah selesai ketik dari part 1-22, tapi part 3-22 ilang, jadi aku ketik ulang.. Gak sama persis, sih, tapi aku berharap kalian tetep suka lahh..

Makasih udah baca dan jangan lupa buat vomment yaa.. <3

I'm a Disaster (HOGWARTS BOYS X READERS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang