Hiroomi tersentak kaget saat sekantung plastik bening berisi penuh es krim berbagai macam rasa dan varian jatuh tepat di pangkuannya. Dia kira berkah turun dari langit, ternyata Obanai datang dengan wajahnya yang datar itu.
"Kan gue udah bilang, Mc—"
"Brisik. Masih mending gue beliin, iblis. Awas aja lo abisin semuanya, itu buat anak-anak yang lain juga." ujar Obanai dingin. Ia duduk di samping Hiroomi dan merunduk mengeluarkan ponsel, sibuk sendiri.
Sementara Hiroomi terpaku kagum melihatnya. Wah, orang yang punya wajah dingin begini ternyata hatinya lembut, ya. Hiroomi kira julukan ice prince itu cuma ada di cerita dongeng.
Hiroomi mengambil es krim cokelat dengan senang hati. Sementara itu teman-temannya yang lain sibuk bermain basket di lapangan. Obanai tidak terlalu peduli, dia terus sibuk dengan game sampai pada akhirnya ia merasa familiar dengan satu dari sekian suara yang dia dengar.
Suara perempuan. Dengan tone lembut di pinggir lapangan.
Obanai mendongak dan menyipitkan mata, mencari sumber suara dan memastikan kalau dia tidak salah dengar. Ternyata, Obanai memang tak salah dengar. Di salah satu sudut lapangan, Uzui asyik mengajari Mitsuri bermain basket dengan akrab. Sambil sesekali nampak menganggu gadis itu.
"He. Lo kenapa gak bilang Tengen ke sini juga?"
"Hm?" Hiroomi yang merasa diajak bicara itu menoleh. "Lah, tadi pas di telepon emang tuh tukang gendang emang belom dateng. Kalo udah dateng mah, gue juga gak bakal nyuruh lo cepetan."
Obanai mengumpat kasar. Tatapannya masih tajam mengincar ke Uzui, tak mau beralih. Cowok itu benar-benar minta dibanting.
"Kak, ini kameranya."
Obanai tersentak kecil mendengar suara perempuan tepat di samping dirinya. Cowok itu perlahan menoleh, matanya melebar pun mendapati sosok gadis berambut pirang dengan bermata biru memberikan kamera Fuji pada Hiroomi. Ah, kenapa harus di depan mata.
Obanai pun terpaku diam saat pandangan mereka bertemu.
Gadis itu, Chitoge Kirisaki, dia sama diam membeku melihat kehadiran Obanai di sana.
"Oh, iya. Makasih ya, Chi."
"He," Obanai berdiri dan mencengkeram lengan Chitoge untuk mundur dari Hiroomi. "Lo ngapain di sini?"
"Eh, eh. Nai," Hiroomi langsung bangkit memisahkan. Ia menarik pelan pundak Obanai supaya mundur, tapi Obanai tak melepas cengkeraman di lengan Chitoge. "Gue nitip servis kamera ke adek ini soalnya gue gak tau di mana tempat servis yang oke."
Mendengar penjelasan itu, Obanai hanya melirik. "Elo, ya. Masih aja lo ganjen deketin temen-temen gue?"
"Ganjen apanya sih, ah!" sahut Chitoge memberontak. "Lo yang kenapa selalu ada di circle yang gue buat—"
"Lo yang selalu nembus ruang lingkup gue! Buat apa? Apa yang lo kejar lagi, ha!?"
Kalimat potongan Obanai membuat semuanya menoleh. Jelas karena suara cowok itu mulai meninggi. Obanai yang biasanya diam, Obanai yang biasanya tak bersuara, kini mendadak marah.
Mitsuri yang tadinya sedang asyik mendribble bola basket pun berhenti dan ikut menoleh.
Mantan Obanai. Si bule cantik itu.
Kenapa mereka di sini? Obanai datang pun, Mitsuri terkejut.
"Nai, udah, Nai." Hiroomi kembali menarik Obanai mundur.
Namun Obanai nampak masih dibakar dengan emosinya. Bahkan kedua kalinya ini, Hiroomi masih tidak sanggup melerai. Sampai Kaneki harus turun tangan mendekati mereka.
"Udah, bro. Cewek ini," kata Kaneki tenang.
Barulah Obanai mau menurut dengan ketua tongkrongan.
Obanai mundur dan berbalik, ia mengambil ponsel. Lalu pergi beranjak dari sana tanpa banyak kata. Menyisakan hening dan canggung yang pada akhirnya harus diselesaikan oleh Kaneki.
Serta, hati Mitsuri yang patah.
- ⚘ -
"Mit, ayo ke lab komputer. Pak Genos udah nunggu."
Mitsuri tersadar dari lamunannya, kemudian mengerjap beberapa kali. Gadis itu mengangguk, lalu mengeluarkan buku tulis tipis dari tas dan mengantongi sebuah flashdisk kecil.
"Ayo." ujar Mitsuri pada Bishamon.
Gadis jangkung itu mengangguk, ia mengajak Nagisa bersamanya juga. Tiga gadis itu pun beranjak meninggalkan kelas ke ruang komputer di dekat ruang ekskul.
Mitsuri yang tadinya berjalan di pinggir kanan, perlahan berpindah ke belakang. Pikirannya kosong, seharian penuh sering melamun. Gadis itu teringat kejadian malam kemarin, ah tidak, sudah berlalu dua hari lalu.
Tunggu, sial. Ternyata sudah berlalu dua hari.
Mitsuri tidak pernah melihat Obanai lagi.
Mereka sudah tidak berangkat bersama sejak malam itu. Bunda sudah pulang dari Sulawesi, Shinobu pun sudah berhasil lolos tes mengemudi dan resmi mendapat SIM. Jadi kesehariannya cuma berangkat diantar Bunda, dan pulang nebeng Shinobu.
Di rumah? Mereka memang bertetangga, tapi Obanai nampak tak keluar rumah sama sekali. Padahal Mitsuri sering mengintip dari jendela. Jelas itu aneh, karena Obanai tipikal cowok tongkrongan. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Tapi Mitsuri tak pernah tahu.
Sebentar lagi piknik dengan Blok H. Nomor Obanai mendadak tak aktif, bagaimana Mitsuri bisa menghubunginya? Datang ke kelas Obanai? Ah gila, memang Mitsuri siapanya.
"Eh, cowok lu tuh." Bishamon menyikut Mitsuri dari depan.
Mitsuri mendongak perlahan dengan tatapan kosong. Lalu matanya pun mulai melebar. Obanai. Wajahnya pucat berjalan dari arah lab biologi ke gedung sekolah bagian dalam.
Pandangan mereka bertemu. Tapi tidak ada tegur sapa.
Obanai berjalan pergi begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Boy | Obamitsu✔️
Fiksi PenggemarKalau ditanya siapa pasangan paling couple goals di sekolah, para siswa SMAN 1 Isekai kompak menjawab Obanai dan Mitsuri. Semua orang tahu, hubungan keduanya memang kadang bikin orang lain iri. Wajah tampan dan sorot mata dingin Obanai itu telah dim...