Tanpa terasa, sudah dua hari aku ada di sini. Apa yang harus kulakukan agar bisa kembali?
Selama dua hari ini, aku terus memikirkannya. Namun aku belum mendapatkan petunjuk apapun.
"Lawrence?"
Aku tersentak kaget.
"Maaf, aku mengagetkanmu. Terima kasih sudah mau bermain dengan Wolfram kemarin. Anak itu akhirnya tampak senang. Sudah beberapa minggu dia tampak sedih. Apalagi kakaknya sedang pergi" Hahaue berdiri di depanku, terlihat anggun, meski wajahnya sedikit muram.
"Tidak masalah. Justru saya yang harus berterima kasih" aku menunduk.
"Boleh kita bicara sebentar?" Hahaue menatapku penuh harap. Meski cukup heran, aku mengangguk.
Samar samar tercium aroma berbagai bunga. Rupanya angin berhembus cukup kencang, menerbangkan aroma bunga serta serpihan bunganya sampai kemari.
Aku duduk di taman bersama hahaue. Di depan kami tersaji teh yang masih mengepul, yang belum kami sentuh sama sekali.
Sudah tiga menit penuh sejak kami duduk, dan hahaue belum mengatakan apapun lagi. Wajahnya masih mengisyaratkan kesenduan, yang semakin lama semakin kentara. Karena tidak tahan dengan atmosfer begini, aku pun berinisiatif membuka percakapan.
"Maaf sebelumnya, tapi apa yang ingin Anda bicarakan?" Tanyaku hati hati.
Hahaue tampak menatap mataku lekat. "Conrad...?" gumamnya pelan.
Aku terkesiap.
"Con... rad? Si-siapa itu?" tanyaku, berusaha sebisa mungkin tidak terlihat kaget.
"Ah, ya. Maaf. Kau mirip sekali dengan anak itu, terutama tatapan matanya. Untuk sesaat, aku sempat berpikir kalau kau adalah dia. Maafkan aku" Hahaue tampak gelagapan.
Aku diam.
"Conrad itu putra keduaku. Dia benar benar anak yang baik. Sejak aku diangkat menjadi ratu, aku hampir tidak punya waktu lagi untuk anak anak. Terutama untuk Wolfram. Tapi Conrad selalu menemaninya, jadi aku cukup tenang. Kadang aku merasa bersalah melimpahkan segala sesuatu padanya. Gwendal sudah mulai sibuk, jadi aku agak kurang enak minta tolong padanya, meski aku tahu dia sangat menyayangi adik adiknya"
"Saat Conrad sedang tidak ada, Wolfram selalu kelihatan sedih. Wolfram hampir selalu mengikutinya kemanapun dia pergi. Saat kau datang, aku dengan seenaknya langsung meminta kau menemaninya bermain. Maafkan aku" hahaue menunduk dalam.
"Tidak apa. Sungguh. Saya sangat senang bermain dengannya, Anda tidak perlu minta maaf" Aku langsung merasa tidak enak melihat ibuku menundukkan kepala begitu. Harusnya aku yang minta maaf karena sudah seenaknya masuk ke istananya dan berbohong padanya.
"Terima kasih. Lalu... Apa kau ingin pulang? Sebenarnya aku senang sekali karena Wolfram sudah dapat teman, tapi kalau kau ingin pulang, aku tidak bisa menahanmu" Hahaue tersenyum.
"Saya... "
Kalimatku terputus ketika tiba tiba datang seorang pengawal istana. Dia terengah sebentar ketika sampai di depan kami. Kemudian berseru panik.
"Wolfram jatuh dari pohon dan tidak sadarkan diri!"
Hahaue dan aku terkesiap mendengarnya. Hahaue segera berlari panik. Aku menyusul dibelakangnya.
-----------------
"Wolfram!" hahaue langsung berjalan menuju sebelah tempat tidur sesaat setelah membuka pintu kamar itu. Wajahnya muram. Ditatapnya lekat adikku yang masih belum bangun itu.
Aku berdiri di sebelah Gwendal. Dia tampak berbicara dengan salah satu pengawal.
"Kenapa kalian tidak mengawasinya saat hendak naik ke pohon?!" suaranya agak meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suatu Hari, di Masa Lalu
FanfictionConrad tidak sengaja pergi ke masa lalu karena Demon Mirror. Di sana, dia bertemu dan mulai berteman dengan Wolfram yang masih anak anak. Conrad mulai teringat waktu masa kecilnya yang dia habiskan bersama Wolfram. Ini cuma fanfiction yang kejadiann...