Kutatap telapak tanganku yang kemarin memudar. Tampak biasa saja. Apa tadi malam hanya mimpi?
Tidak. Aku yakin, aku bahkan belum terlelap waktu itu. Tapi kenapa?Aku masih duduk di atas tempat tidur, bersandarkan bantal. Kulirik Gwendal dan Wolfram yang masih pulas.
Bagaimana caranya agar aku bisa kembali?
Aku akhirnya pergi keluar kamar, menyusuri lorong istana. Pagi menjelang. Langit masih biru gelap, hawa udara pagi terasa menusuk kulit. Sepi.
Tiba tiba suara ringkikan pelan kuda memecah keheningan. Aku pun berjalan ke arah sumber suara. Nampak istal dengan kuda kuda di dalamnya. Suasana masih sepi. Suasana ini mengingatkanku satu hal. Perlahan ingatanku pun menyelami kejadian bertahun tahun lalu...
-----------------
Pagi menjelang. Aku sedang mempersiapkan barang barang yang akan aku bawa nanti malam untuk pergi berkelana bersama ayah selama dua minggu. Aku menghela napas, teringat pesan hahaue tadi malam.
"Jangan lupa pamit pada Wolfram sebelum pergi, ya. Dia akan sangat sedih kalau kau pergi diam diam lagi seperti sebelumnya" suaranya lembut, tapi wajahnya sungguh sungguh. Aku mengangguk perlahan.
Hahaue bercerita padaku bahwa Wolfram langsung menangis saat tahu aku pergi bersama ayahku dua bulan yang lalu. Aku memang tidak bilang apa apa padanya. Pamit pun tidak. Aku takut dia akan menangis. Dan benar saja.
Aku berpikir keras. Kali ini aku harus pamit dulu. Tapi rasanya kalau hanya bilang aku akan pergi jauh lagi selama dua minggu, Wolfram pasti akan langsung menangis.
Kutatap jendela di depanku. Masih subuh. Sebentar lagi matahari akan naik. Suara kuda sayup sayup terdengar dari istal. Mungkin mereka sedang diberi makan. Entahlah.
Tapi kemudian aku mendapat ide. Segera aku berjalan ke kamar Wolfram, membangunkannya.
"Chisai aniue...? Ada apa...?" tanyanya dengan suara lirih dan mata yang masih mengantuk.
"Wolf, ayo naik kuda bersamaku. Kau belum pernah naik kuda, kan?" Suaraku pelan namun antusias.
Wolfram mengedipkan mata beberapa kali. Wajahnya langsung cerah.
Akhirnya disinilah kami. Duduk di atas kuda coklat yang berjalan perlahan. Aku duduk di pelana, sementara Wolfram duduk persis di depanku di pelana yang sama. Wolfram terlihat senang sekali. Inilah pertama kalinya dia naik kuda. Dia memang belum bisa naik kuda sendiri. Kakinya belum sampai.
Kutatap Wolfram yang berada persis di bawah daguku. Aku tersenyum kecil melihat keceriaan adikku itu. Namun perasaanku langsung gamang saat ingat kalau aku harus pamit padanya, sebelum pergi lagi malam nanti. Dan baru akan pulang dua minggu lagi.
"Wolf... Sebenarnya... "
"Naik kuda itu ternyata menyenangkan. Aku jadi ingin cepat bisa berlari bersama kuda" Wolfram berbicara sendiri.
Aku mengurungkan niatku. Tak tega rasanya membuatnya sedih, setelah melihat dia tersenyum seperti ini.
Akhirnya sampai menjelang kepergianku, aku tidak mengatakan apa apa padanya. Aku pergi tanpa pamit padanya. Aku hanya berharap dia cukup terhibur, sebelum aku pergi meninggalkannya cukup lama.
----------------------
Aku tersentak kaget. Tanganku tampak memudar lagi. Kali ini seluruh tubuhku pun ikut memudar.
Lagi lagi aku melakukan hal serupa padanya. Namun kali ini bukan untuk pergi, tapi untuk pulang.
Pulang kembali.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Suatu Hari, di Masa Lalu
FanfictionConrad tidak sengaja pergi ke masa lalu karena Demon Mirror. Di sana, dia bertemu dan mulai berteman dengan Wolfram yang masih anak anak. Conrad mulai teringat waktu masa kecilnya yang dia habiskan bersama Wolfram. Ini cuma fanfiction yang kejadiann...