#01
"Aku nggak mau, Ma!" Arvan melempar tubuhnya ke atas kasur cepat. Baru saja Arvan pulang ke rumah, tapi mamanya sudah meminta hal yang tidak masuk akal bagi Arvan.
Mama Arvan, Tessa, melepas napas panjang. Ia menyusul masuk ke dalam kamar anaknya yang tak mau melihatnya
"Apa salahnya kalau kamu ikut jadi panitian acara 17-an RT kita? Nanti temen-temen kamu juga pada ikut lho Van." Tessa masih tidak menyerah membujuk putra semata wayangnya ini untuk ikut mengonsep acara 17-an.
Arvan terduduk, menatap mamanya sambil menunjukkan raut kesal. Sejenak kemudian ia malah sembunyi di balik selimut. Tessa yang mulai kesal akhirnya menggoyang-goyangkan tubuh Arvan. Arvan hanya mengerang sambil masih terus berada di balik selimut.
Berada di puncak kekesalan, akhirnya Tessa tidak tahan lagi. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan membuka kamera. "Yaudah ya Van, kalau masih ngambek begini biar aja. Mama videoin, terus posting di status Whatsapp. Biar sekalian orang se-RT tau kalo seorang Arvan masih suka ngambek. Biar Vera tahu juga kelakuan pacarnya yang kayak anak kecil!" omel Tessa membuat Arvan langsung keluar dari persembunyiannya.
"Mama curang pake ngancem segala! Iya nggak, aku udah nggak ngambek nih."
Tessa tersenyum puas. "Lagian kamu, kamar doang yang kayak rocker tapi masih suka ngambek. Udah pokoknya kamu harus jadi panitia. Mama ini udah janji sama Bu RT buat ngajakin kamu ikutan acaranya."
Arvan menepuk jidatnya berkali-kali. "Ma, aku nggak bisa ikut itu karena ada alasannya. Aku mau fokus sama band soalnya bakal tampil di OKK tahun ini."
"Mama nggak mau tahu." Tanpa peduli Tessa keluar dari kamar anaknya. Membiarkan Arvan terbengong-bengong karena tak bisa lagi membela diri kalau sudah di hadapan mamanya.
Alasan Arvan memang benar soal band-nya yang akan tampil di OKK UI. Tapi, bukan itu alasan utamanya. Arvan sudah terlanjur janji dengan Vera akan menghabiskan waktu liburan semesternya bersama. Mereka sudah mendaftar banyak sekali rencana kegiatan selama tiga bulan ini. Mumpung Vera yang tidak pulang ke Surabaya. Vera, pacar Arvan memang orang Surabaya yang kebetulan kuliah di UI satu jurusan dengan Arvan.
Namun, sepertinya rencananya akan pupus karena acara 17-an tidak penting ini. Arvan tidak keluar kamar hingga makan malam tiba. Sepertinya ia melanjutkan aksi ngambeknya kepada mamanya. Arvan sudah cukup besar untuk bertingkah seperti anak kecil seperti ini. Meskipun di depan teman-temannya ia adalah sosok cowok keren pengagum band rock internasional Nirvana, nyatanya kalau sudah di depan Tessa, ia hanya akan menjadi anak kecil yang manja.
Ketika waktu makan malam tiba, Tessa mengunjungi anaknya kembali. Khawatir karena tidak keluar kamar sedari tadi. "Arvan! Ayo makan dulu, keburu makanannya dingin." Tessa mengetuk pintu kamar Arvan berkali-kali.
Bukannya membuka pintu, Arvan malah memutar musik keras-keras dari dalam kamarnya. Hal ini tidak hanya membuat mamanya kesal, tapi juga papanya murka. Papa Arvan, Sena Bagaskara, adalah seorang pengacara terkemuka. Sekarang ini Sena sedang menangani kasus yang cukup rumit. Bahkan setelah makan malam, yang biasanya ada agenda mengobrol bersama, Sena malah menutup ruang kerjanya rapat-rapat. Ia sangat marah mengetahui kelakuan anak laki-lakinya yang kini membuat kepalanya pening.
Sena datang ke kamar Arvan, tanpa mengetuk ia langsung masuk tanpa permisi. "ARVAN!" bentaknya mengagetkan Arvan. Ia kini hanya bisa berdiri mematung di hadapan papanya yang sedang marah. "Matikan musiknya! Papa lagi kerja! Jangan bandel-bandel jadi anak bisa nggak sih! Nurut sama Mama!"
Arvan tetap diam tak berani melawan. Raut muka Sena sudah merah padam, rahangnya mengeras, dan matanya melotot. "Baru juga pulang ke rumah udah bikin masalah saja kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Geng 5A [TAMAT]
Humor[SUDAH TERBIT] Beberapa part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Setelah lima tahun lebih tidak bertegur sapa, Abra, Arvan, Arian, Arisha, dan Anin harus bekerja sama mengerjakan proyek 17 Agustus yang diberikan oleh bu RT mereka. Usai lulus...