#04
"Jadi, seperti yang sudah saya informasikan kepada orangtua kalian, RT kita akan memiliki rangkaian acara 17 Agustus tahun ini. Tanggal 15, 16, dan puncaknya adalah tanggal 17. Sebenarnya acaranya terintegrasi juga sama RW kita, jadi kalian akan berhubungan juga sama panitia dari RT lain." Bu Deva memulai pemaparan dan arahannya untuk kelima anak yang beberapa terlihat seperti ogah-ogahan.
Arvan sempat terkekeh mendengar penjelasan dari Bu Deva, "Niat banget sih Bu, kayak mau bikin konser aja. Sekalian undang Rossa biar pada nyanyi 'kumenangis' semua," celetuk Arva asal. Bahkan lebih terlihat seperti tidak menghormati Bu Deva.
Bu Deva sempat diam sejenak lalu meringis mendengar kalimat Arvan. Arisha langsung saja memberi banyak tatapan tajam kepada Arvan, namun tak diindahkan oleh Arvan. Yang ada, Arvan malah membuang muka dari Arisha.
"Ah! Arvan bercanda doang kok Bu, iyakan Van? Lagian keren juga lho Bu kalau bisa datengin Rossa di puncak acara." Anin berusaha mencairkan suasana kembali. Bahkan ia menepuk-nepuk kaki Arvan yang sedang ia luruskan. Namun, setelah tepukan dari Anin, Arvan langsung menyilakan kakinya.
"Silakan Bu, dilanjutkan, bagaimana tadi acaranya?" Abra juga ikut bersuara. Mencoba mengambil hati Bu Deva kembali. Sambil menampilkan senyum termaniskanya.
Akhirnya Bu Deva kembali memaparkan terkait teknis proyeknya. Meliputi diadakannya lomba-lomba, atau pun menghias RT, banyak mata acara yang diajukan oleh Bu Deva, tapi beliau juga pada akhirnya memercayakan itu semua pada mereka berlima.
Sekitar satu jam berlalu. Makanan di pos ronda juga sudah semakin menipis. Bahkan jajanan di depan Arian sudah kandas. "Makan mulu lo!" bisik Arisha yang sedari tadi tak henti melihat Arian mengunyah makanan.
Usai sudah pertemuan kelima anak yang mulai beranjak dewasa ini. Penjelasan dari Bu Deva sudah tersampaikan semua. Bu Deva akhirnya pamit undur diri setelah memberikan sedikit basa-basi. Meninggalkan kelimanya yang masih saling berdiam diri. Saling berpikir kiranya kalimat apa yang cocok untuk mengakhiri pertemuan ini.
"Jadi– "
Ketika Abra sudah mulai angkat bicara, kalimatnya malah dipotong oleh Arvan," Sssh! Diem lo." Telunjuknya mengacung ke arah Abra. Sontak Abra terdiam tak melanjutkan kalimatnya.
"Kenapa Van?" tanya Anin.
"Gini ya, mohon maaf sebelumnya. Gue sebenernya ngeiyain ini semua cuma biar bokap nyokap gue kagak ngamuk aje. Bukannya nggak mau atau gimana, sejujurnya gue ini lagi sibuk. Jadi, gue percaya kok, kalo lo berempat bisa handle ini semua. Semangat!" Arvan sudah akan pergi meninggalkan pos ronda, tapi tiba-tiba ada yang menahan tangannya.
"Apa?" tanya Arvan pada Arisha yang kini masih menggenggam tangannya.
"Nggak bisa gitu dong. Duduk lagi lo!" titah Arisha yang akhirnya dituruti oleh Arvan.
"Nggak bisa gimana? Gue udah bilang baik-baik kalau gue nggak bisa ikutan ini." Arvan menegaskan kembali persoal dirinya yang tak bisa ikut andil dalam proyek ini.
Arisha sudah memasang raut jengkel, "Lo kira yang terpaksa cuma lo doang?" kata Arisha sengit. "Gue punya segudang kerjaan yang harus dilakukan, dan malah kudu terjebak sama kalian? Terus lo seenaknya pergi gitu? Nggak, gue nggak terima!"
"Eh Ca, kerja apaansih? Jadi selebgram doang? Foto sana foto sini, pose gini pose gitu kagak ada sulit-sulitnya" balas Arvan santai malah membuat Arisha semakin naik darah.
"Enak aja lo! Lo pikir jadi selebgram itu gampang? Emang susah ngomong sama orang nggak populer kayak lo! Dan satu lagi, jangan manggil gue Ca, nama gue A-ri-sha!" balas Arisha sampai-sampai mengeja namanya untuk Arvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geng 5A [TAMAT]
Humor[SUDAH TERBIT] Beberapa part telah dihapus untuk kepentingan penerbitan. Setelah lima tahun lebih tidak bertegur sapa, Abra, Arvan, Arian, Arisha, dan Anin harus bekerja sama mengerjakan proyek 17 Agustus yang diberikan oleh bu RT mereka. Usai lulus...