🎐:: chapter one

4 1 0
                                    

Fajar mulai menampakan sinarnya dari ufuk timur. Suara kota yang mulai bising, dan sibuk dengan pekerjaan, mulai terdengar dari kamar kecil di apartemen changmun. Seorang gadis berambut pendek dan berwajah dingin telah rapih dengan seragam sekolahnya.

Yeeun berjalan keluar kamar, dan melihat bahwa belum ada yang bangun pada pagi hari ini. Sebenarnya tidak hanya pagi hari ini, namun hampir setiap pagi dia yang selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Yeeun berjalan ke dapur dan melihat bahan makanan dan hanya ada rumput laut, dan 2 mangkuk kecil nasi.

" Aish, apa yang harus aku buat hari ini?" tanyanya pada diri sendiri, dan lalu melirik ke arah jam. "Masih ada waktu, sebaiknya aku pergi ke minimarket sebentar."

Yeeun mengambil jaket berwarna biru pastel dari kamarnya, sebenarnya pada musim dingin sekarang semua orang lebih suka memakai coat atau blezer panjang. Namun, karena ia orang yang tidak mau susah, ia memilih memakai jaket. Jalanan masih terlihat sepi, namun suara bisingnya kota sudah mulai terdengar ditelinga.

Ya, sekarang masih jam setengah enam pagi, namun Yeeun mempunyai alasan kenapa ia selalu bangun lebih awal dari pada orang dirumah, dan sekarang ia menganggapnya sebagai kewajiban.

Saat sampai di minimarket, Yeeun mengambil dakgalbi instan, dan mengambil dua buah banana milk.

" Ah, apa lagi yang harus aku beli? Kenapa jadi mendadak lupa gini." Yeeun berpikir sejenak, dan ia langsung mengingat apa yang ia akan beli. " Shin ramyun, Dongpyo sangat suka itu." akhirnya ia mengambil barangnya, dan segera bergegas pulang, karena tiba tiba langit menunjukan suasana tidak bersahabat dan muram kepada bumi.

Sesampainya dirumah ia melihat Doyeon, kakak sulungnya sudah bangun dan duduk di ruang tv dengan muka masam.

" Cepat bikin sarapan, aku lapar." ujar Doyeon dengan sarkas.

Yeeun menjawabnya dengan malas, dan memasuki dapur. " Salah sendiri, kenapa kau bangun lebih awal hari ini. Menyusahkan."

" Cih, anak kurang ajar." Doyeon berdecih pelan, saat Yeeun berjalan ke dapur.

Di dapur, Yeeun membuat sarapan dua roll kimbab, dan dakgalbi yang ia beli tadi sedang dipanaskan. Shin Ramyun milik Dongpyo, ia sembunyikan di bawah lemari kompor, agar tidak dilahap oleh Doyeon.

Jam menunjukan pukul enam lewat lima belas pagi. Dan ia berangkat ke sekolahnya jam tujuh lewat lima belas nanti. Sarapan telah ia bawa kedepan, dan ibunya telah bangun. Mereka bedua sudah ada diruang tv, tapi Dongpyo belum menunjukan tanda tanda ia telah bangun.

" Dongpyo dimana?" tanya kepada mereka berdua yang sudah sibuk menyantap sarapan.

Sung Sihye, ibu Yeeun menjawab dengan nada membentak. " Aigoo, anak tidak berguna itu belum bangun? Biarkan saja, dia juga tidak akan mati kelaparan."

" Ah, eomma kenapa? Apa kau mabuk lagi tadi malam? Aish, benar benar." kata Yeeun frustasi, dan langsung menuju kamar kamarnya.

Kamar tidur di apartemen mereka hanya ada dua, dan satu kamar mandi. Yeeun tidur bersama Dongpyo, dan ibunya tidur bersama Doyeon.

Yeeun menyalakan lampu kamar, dan mematikan pendingin ruangan. Dia membangunkan Dongpyo dengan lembut. " Dongpyo-ya, bangun ini sudah hampir setengah tujuh pagi."

Dongpyo terbangun, dan mengangguk dengan matanya tertutup. " Nuna, kau belum berangkat?"

" Kalau nuna sudah berangkat, siapa yang akan bangunkan kamu? Cepat sana mandi, nuna akan menyiapkan seragam mu. Setelah rapih pergi ke ruang tv, sarapan sudah siap. Mengerti?" ujarnya panjang lebar, dan penuh sabar kepada adik yang dimatanya adalah seorang berlian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

More Than LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang