11. Anna Uhibbuki Fillah

1.3K 268 183
                                    

Voment sangat di harapkan, dan hargailah para penulis 💛

●●●
.
.
.
.

Sengaja berangkat pagi sekali, hari ini Dyandra memutuskan untuk masuk kerja, ia sudah duduk di barisan paling belakang, bukan di ruang rapat seperti biasanya, melainkan di ruang aula yang tempatnya sedikit lebih besar, Dyandra hanya berharap jika kehadirannya tidak terlalu menyorot dari arah podium,

Langkah kaki para petinggi pimpinan perusaha satu-persatu menaiki podium, dan duduk mengarah ke karyawan, Dyandra dapat melihat, lelaki bertumbuh tinggi masuk terkahir kali, yaitu Chandra,

Meskipun tempat Dyandra sedikit jauh dari tempat Chandra, Dyandra masih dapat melihat Chandra dengan jelas, Dyandra menatap lamat-lamat lelaki itu, memastikan setiap inci wajahnya jika yang di katakan kakaknya hanya sebuah candaan,

Ternyata kakaknya tidak bercanda, wajah lelaki itu memang nampak baik-baik saja, namun ada bekas luka keunguan di sudut bibirnya, jangan lupakan juga bulu halu di dagunya yang mulai tumbuh, rambutnya yang sedikit berantakan dan panjang, jika biasanya Chandra ke kantor berpenampilan rapi, kini tidak lagi, bajunya yang nampak kusut, wajahnya masam, lingkar mata hitam terlihat sangat jelas, menandakan betapa kacaunya lelaki itu,

"Tolong bagian depan di isi, dan yang duduk di belakang bergeser pindah ke depan"

Dyandra terbelalak, tidak sengaja manik mata Dyandra bertemu dengan manik mata suaminya, yang entah mengapa tatapan dingin dari suaminya berubah menjadi tatapan mendeduhkan, Dyandra merindukan tatapan itu. Namun, saat ini bukan saat yang tepat untuk saling melepas rindu, mengingat dirinya harus berpindah tempat menjadi duduk di barisan depan,

Jika seperti ini, percuma saja ia berangkat pagi-pagi, tidak ada gunanya jika harus mendapat duduk di bagian depan, rutuk Dyandra.

Secepat kilat Dyandra memutus kontak mata dengan lelaki itu, menyadari jika Chandra tengah memperhatikannya, ia segera beranjak pindah ke barisan depan sendiri,

Satu jam berlalu begitu cepat, tapi tidak dengan Dyandra, fokusnya tidak pada tempatnya, pikirannya kemana-mana, bahkan suara riuh pun tidak membuat Dyandra terganggu,

Dyandra merasa menyesal, kenapa ia tidak dengan gencar merayu bu Layla, agar segera di pindah tugaskan, ia tidak bisa lagi berada di dekat Chandra, beberapa hari yang lalu saat Dyandra mengambil cuti dadakan, ia sempat berbicara dari hati ke hati dengan Layla, merayunya. Tetapi, nampaknya tidak menghasilkan apapun, Dyandra tetap pada posisinya, sekertaris Chandra.

'Drrt'

Getaran ponsel membuyarkan lamunan Dyandra, melihat notofikasi pesan yang bertuliskan 'suami menyebalkan'

From Suami Menyebalkan :
Hari ke-7 tanpamu,
Semoga tiga hari segera berlalu,
Saya sungguh merindukanmu, Hon.

Sudut bibir Dyandra terangkat membentuk lengkungan tipis, setiap hari Chandra memang mengirimnya sebuah pesan, sampai hari ini Chandra masih mengirimkan pesan, tetapi Dyandra sengaja tidak membalasanya,

Bukan karena apa, Dyandra hanya takut jika sampai goyah dengan egonya, tapi nampaknya kali ini ia sudah kalah, Dyandra sudah memutuskan berniat kembali lebih cepat dari waktu sepuluh hari yang Chandra berikan untuknya, dan Dyandra ingin memberi Chandra sebuah kejutan.

.
.

Pikiran Chandra menerawang jauh, menyandarkan punggungnya di kursi sambil sibuk mengotak-atik ponselnya, berharap jika Dyandra membalas pesannya. Namun harapan hanya sebuah harapan, hanya centang biru yang Chandra lihat di sana sebagai tanda jika istrinya sudah membacanya, Chandra tersenyum tipis,

Assalamu'alaikum, Istriku. (Sequel of 'Assalamu'alaikum, Dyandra!') ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang