10. Yang Sebenarnya

1.2K 261 142
                                    

Voment sangat di harapkan, dan hargailah para penulis 💛

●●●
.
.
.
.

*part, dimana tidak ada moment ChanSoo, semoga kalian tidak bosen
❤💛

Tiga hari berlalu begitu saja dengan cepat, apa lagi yang di lakukan Dyandra selain melamun, mengurung diri di dalam kamar, juga kadang-kadang menangis,
Terselip rasa rindu kepada sahabatnya, dulu ketika Dyandra dan Hana masih belum menikah, keduanya akan saling melengkapi jika mempunyai masalah, namun kenyataanya sekarang berbeda, bukan hubungannya dengan sahabtnya saja yang renggang, namun hubungannya dengan Chandra juga seperti itu, Alloh benar-benar menguji Dyandra saat ini,

Mengabaikan pekerjaanya berhari-hari, memilih mengambil cuti meskipun harus potong gaji, pikirannya masih sama, yaitu kepada Chandra, suaminya masih mengiriminya pesan, namun selalu Dyandra abaikan. Terakhir kali Dyandra mendengar suara keributan kakaknya bersama suaminya di luar rumah, terbesit rasa khawatir jika sampai terjadi sesuatu hal kepada Chandra, mengingat Kafi suka sekali terpancing emosi apa lagi menyangkut perihal Dyandra, namun kenyataanya ego Dyandra lebih besar dari pada rasa khawatirnya,

"Adek..."

Suara bundanya membuyarkan lamunan Dyandra yang tengah berbaring malas-malasan menatap arah jendela kamar, kini ia membenarkan posisinya menjadi duduk saat melihat bundanya berjalan mendekat,

"Iya, bunda"

Bundanya mengelus surai Dyandra dengan lembut, "dek, bunda tahu jika semua ini bukan hal yang mudah untuk kamu, bunda sudah mendengar penjelasan dari nak Chandra, kali ini bunda ingin mendengar penjelasan dari kamu"

Dyandra tersenyum kecut, ia pikir setelah ia menikah, ia akan membahagiakan keluarga terutama bundanya, nyatanya setelah ia menikah, ia tetap menjadi beban pikiran bundanya, seperti saat ini,

"Adek ingin bercerai saja, bun" tiga hari Dyandra berpikir siang malam untuk mencari solusi masalahnya, mungkin bercerai pilihan yang tepat, mengingat perasaan Dyandra untuk Chandra belum terlalu dalam,

Dyandra menidurkan kepalanya di paha bundanya, sambil menyembunyikan air mata yang lolos begitu saja,

"Adek, tidak semua persalahan rumah tangga harus diselesaikan dengan perceraian, cukup bunda yang merasakan bagaimana sakitnya berpisah. Perceraian itu paling di benci oleh Alloh dek, juga di larang oleh agama kita"

Yuni berbicara dengan sabar, sedangkan Dyandra hanya mengangguk lemah,

"Coba berikan kesempatan kepada Chandra agar bisa menjelaskan, bicarakan baik-baik dek, bunda tidak mau kamu menyesal"

"Mas Chandra tidak mencintai adek, bun... dia mencintai wanita lain, dia terpaksa menikah dengan Dyandra karena di paksa sama papanya kan bun? Mas Chandra juga hanya kasihan kepada adek karena mempunyai trauma akan sebuah pernikahan"

Bundanya tersenyum mendengar perkataan Dyandra, seperti menemukan sebuah alasan dari masalah ini,

"Adek, itu semua tidak benar, adek mempunyai kesimpulan seperti itu dari siapa? Perandaian yang adek buat sendiri?" Jeda bundanya, "adek ingin tahu kebenarannya?"

Dyandra menggeleng, untuk apa mengetahui kebenaran jika yang ia dapat rasa sakit lagi,

"Memang benar hubungan kalian atas dasar perjodohan, tapi yang perlu adek tahu, sebenarnya dia telah datang menemui ayahmu langsung untuk memintamu, bahkan semua itu sebelum perencanaan perjodohan kalian di tetapkan"

Deg!

Kenyataan yang baru Dyandra ketahui cukup membuatnya terkejut, tapi apa mungkin, Dyandra masih sulit percaya, bisa saja bundanya memang berbicara manis karena bundanya terlalu menyukai sosok Chandra, yang katanya menantu idaman,

Assalamu'alaikum, Istriku. (Sequel of 'Assalamu'alaikum, Dyandra!') ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang