Kirana memang saat ini sudah berubah, dari segi penampilan bahkan cara berbicara.
Dan itu membuat Letta tambah membenci Kirana, pasalnya Arka menjauhinya.
Ralat.
Arka memang tidak pernah menganggap keberadaan Letta.
BRAKK
Letta mendorong Kirana hingga kepala Kirana terbentur ke dinding dan mengeluarkan darah.
Letta terus memukul, menendang, merobek baju seragam, bahkan menjambak Kirana yang sudah tak berdaya di lantai toilet.
Lalu Letta menyiram Kirana dengan air dan itu membuat Kirana merasakan perih dan sakit menjadi satu di kepalanya.
"Makanya jadi orang ga usah sok kecakepan!" Kata Letta lalu pergi meninggalkan Kirana yang berusaha untuk duduk tetapi ia tak kuat mengangkat kepalanya.
"A.. ayah Kirana ga kuat, bunda Kirana mau ikut kalian."kata Kirana dengan sisa sisa tenaganya untuk duduk tetapi tiba tiba penglihatannya memudar dan ia pun tak ingat apa apa lagi.
Ditempat lain Della dan Dewi bingung pasalnya Kirana izin ketoilet dari 30 menit yang lalu tetapi tidak kembali kembali ke kekelas. Bahkan hampir masuk jam istirahat.
"Ehh Del, yayang gue mana?" Tanya Devan yang asik mencontek buku Kirana.
"Nah maka dari itu gue sama Dewi bingung, Kirana kagak balik balik dari tadi." Jelas Della langsung membuat Arka menoleh. Dan tak lama ada yang berteriak meminta tolong.
"Tolong!! Ada yang pingsan di toilet!" Jerit anak cewe dengan ngos ngosan. Arka berlari kearah toilet wanita dan disana sudah banyak yang berkumpul. Arka menerobos kerumunan orang dan dia melihat keadaan Kirana yang mengenaskan.
Bagaimana tidak mengenaskan, darah mengalir dari kepala bahkan mengalir mengikuti air yang mengalir dari seragamnya yang sudah berlumuran darah, rambut rontok, muka lebam, baju robek.
Arka berjalan mendekati Kirana, memeriksa denyut nadinya dan ternyata sudah lemah. Dengan cepat Arka membopong Kirana, menerobos kerumunan orang dan membawa Kirana kerumah sakit.
"Ya Allah KIRANA!!" teriak Della yang melihat Kirana tak berdaya digendongan Arka.
"Cepet buka pintu mobil Lo bangsat!" Geram Arka saat pintu mobil Dewi yang susah dibuka.
Setelah pintu mobil terbuka Arka langsung meletakkan Kirana dikursi belakang dan disana sudah ada Della yang memangku kepala berlumuran darah Kirana.
Arka dengan cepat mengendari mobil Dewi. Ia takut, bahkan sangat takut terjadi apa apa kepada Kirana.
"De.. Della Kiran ga ku..kuahhaat." ujar Kirana dengan setengah sadarnya. Della menggeleng, ia menggenggam erat telapak tangan Kirana yang mulai dingin.
"Lo harus kuat Ran, Lo gabole lemah, Lo udah janji sama gue, Lo udah janji sama kita buat lulus bareng." Kata Della lalu terisak.
"ARKA CEPETAN!!" Teriak Della di sela sela tangisnya.
Dibelakang mobil mereka, ada anak Alaska yang mengikuti dari belakang. Dan tak lupa Dewi yang ditinggalkan padahal itu mobilnya.
15 menit perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah sakit, Arka dengan cepat membopong Kirana dan Kirana dimasukan di ruang UGD.
"Kiran Der, Kiran sakit." Lirih Della pada Dero yang memeluknya dari samping. Dero dan Della memang sedang dekat.
Dewi yang baru sampai bersama Bima langsung memeluk Della.
Arka terduduk kaku dikursi tunggu. Farhan menepuk pelan pundak Arka. Arka mendongak dan melihat Farhan yang kelihatan emosi.
"Gue minta Lo jauhin Kiran, karna dengan Lo Deket sama Kiran. Dia selalu dalam bahaya, gue minta Lo paham sama ucapan gue." Ucap Farhan tenang. Ia tak mau memperkeruh keadaan.
Tak lama dokter keluar dan dengan cepat Arka berjalan kearah dokter.
"Gimana keadaan temen saya dok?" Tanya Arka dengan cepat.
"Teman kalian kritis dan membutuhkan banyak darah." Kata dokter itu menjelaskan.
"Ambil darah saya dok." Kata Della yang berjalan gontai kearah dokter.
"Golongan darah yang dibutuhkan golongan --AB." Arka, Farhan, Dewi, Della, Dero, Bima, menegang ditempat. Pasalnya mereka tak memiliki golongan darah tersebut. Tapi....
"Ambil darah saya dok." Devan?? Ya Devan lah yang berbicara, dan Devan lah yang memiliki golongan darah --AB.
"Baik mari ikut saya mas." Kata suster yang disamping dokter. Devan mengikuti suster tersebut dengan tersenyum kearah teman temannya.
"Semoga darah gue cukup buat yayang Kiran." Kata Devan seraya tersenyum. Teman temannya sedikit lega dengan adanya Devan yang mau mendonorkan darahnya.
"Dimana Kirana?!" Teriak ibu Della yang baru sampai. Orang tua Della dikabari Dewi saat sedang berada diperjalanan mengantarkan Kirana tadi.
"Lagi ditangani dokter bun." Lirih Della. Dan tak lama Devan datang bersama suster yang membawa satu kantung darah.
30 menit kemudian....
Dokter keluar dengan senyum yang mengembang.
"Gimana dok keadaan anak saya?" Tanya ibu Della dengan cemas.
"Alhamdulillah, pasien dapat melewati masa kritisnya." Kata dokter tersebut dan membuat semua yang ada disana membuang nafas lega.
"Apa sudah boleh masuk?" Ujar ibu Della dan dokter hanya mengangguk lalu pamit pergi.
"Bergantian saja ya." Kata ibu Della, dan mereka hanya mengangguk.
10 menit ibu Della berada didalam dan tak lama pun keluar disusul Dewi dan Della.
"Gue titip Kiran bentar ya, ntar gue kesini lagi." Dan diangguki oleh anak Alaska.
Arka berjalan masuk kedalam ruangan dimana Kirana terbaling lemah dengan bantuan alat penompang hidup.
"Maaf." Lirih Arka seraya menggenggam tangan Kirana yang dingin.
"Maafin gue, gara gara gue Lo selalu dalam bahaya." Kata Arka dan meneteskan air matanya untuk pertama kalinya Arka menangis karena wanita.
"Gue bakal ngejauhin Lo, demi kebaikan Lo. Maaf kalo misalkan Lo sadar gue berubah." Kata Arka lalu berdiri mengusap kepala Kirana yang di perban.
Arka mengambil tangan Kirana lalu diciumnya tangan gadis lemah itu.
"Gue pamit Assalamu'alaikum." Kata Arka lalu berjalan kearah pintu. Sebelum keluar Arka melihat Kirana yang pucat dan tak berdaya, Arka menghapus air matanya lalu keluar.
"Giliran gue kan?" Tanya Devan dan diangguki oleh teman temannya.
Devan berjalan lalu masuk kedalam. Ia terdiam sejenak saat melihat gadis lemah tak berdaya yang penuh dengan selang penompang hidup.
"Hai yayang Kiran." Sapa Devan dengan senyumnya. Ia lalu duduk disamping ranjang tempat Kirana tertidur.
"Cepet sembuh ya, babang Devan ga bakal betah sekolah kalo ga ada yayang Kiran." Kata Devan lalu tersenyum pahit.
"Yayang Kiran inget ga sih, waktu pertama kita kenalan? Pasti yayang risihkan sama babang Devan? Haha babang Devan juga risih sama kelakuan babang Devan yang kayak gini." Devan menitikkan air matanya lalu tersenyum.
"Cepet sadar, sembuh, terus contekin babang Devan lagi ya." Kata Devan lalu mengusap pelan pipi pucat Kirana.
"Jangan kangen sama babang ya." Kata Devan lalu keluar. Setelah keluar Devan menangis sampai tersedu seduh.
"Kita doain aja semoga Kirana cepet sadar." Ujar Farhan dan diangguki oleh teman temannya.
Arka masih terdiam, ia bingung harus menjauh atau tetap didekat Kirana tetapi?? Ia takut peristiwa ini akan terjadi lagi.
Hah!! Arka rasanya ingin membantai, mengelupaskan kulit orang orang sudah membuat Kirana kritis saat ini.
_________________________________:(
Gimana sama part kali ini??
Author mau nangis pas ngetiknya😭
Kasih krisannya yaaa😁
Jangan lupa seperti biasanya awokawok 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
KIRANA [On Going]
Ficção Adolescente"Kenapa Arka jahatin Kiran! Kiran salah apa sama Arka! Kalo Kiran salah tolong kasih tau dimana letak kesalahan Kiran!"teriak Kirana lalu kelas hening dan dan hanya seringai Arka yang muncul. "Karna Lo udah godain bokap gue! Dan gara gara Lo nyokap...