Warning : KONTEN 18+! ANAK KECIL MENJAUH, YANG MERASA MASIH DI BAWAH UMUR, PERGI SEJAUH-JAUHNYA!.
.
.
.
.
Naruto terbangun, ia melihat sekelilingnya.
Kamar ini kecil, dengan perabotan yang terlihat sangat tradisional, tidak ada kaca, lemari, ataupun meja belajar seperti yang ada di kediaman megah Namikaze. Disini hanya ada kasur dan meja kecil, terlihat begitu sederhana tapi tidak memungkiri kenyamanan yang masih ada.
Naruto memegang jantungnya, ia mencoba mengaliri cakra ke seluruh tubuhnya, mengeryit saat ia merasakan tidak ada rasa sakit familiar yang selalu muncul setiap kali ia menggunakan kekuatannya seperti dulu.
Tidak mungkin racun yang ada di tubuhnya menghilang, jika tubuhnya bereinkarnasi, racun itu akan terus mengikutinya layaknya lintah yang tidak akan pernah pergi hingga ia bisa menghisap habis kekuatan inangnya, setelah kekuatan inangnya habis, maka secara perlahan tubuh orang itu akan membusuk, tidak perduli jika tubuhnya memiliki kekuatan dewa sekalipun.
Racun itu menempel pada jiwa seperti serangga parasit, berapa kalipun orang yang memiliki racun itu bereinkarnasi, racun itu akan terus menempelinya di setiap generasi, layaknya sebuah kutukan.
Tapi Naruto tak merasakan apapun, tidak ada sakit di jantung yang dulu selalu membuatnya hampir gila seperti ada ribuan ulat yang memakan jantungnya. Rasa sakit yang sangat mengerikan, semakin besar kekuatan yang di keluarkan inangnya, semakin besar pula racun itu menggerogotinya.
Naruto mulai berdiri, rambutnya yang dulu hanya sebatas leher, kini memanjang sampai ke pinggulnya, rambut keemasan yang dulu selalu di puja dengan keindahannya kini mulai menampilkan pesonanya. Rasanya seperti kemarin saat ia melahirkan seorang keturunannya, dan saat itu juga ia memenjamkan matanya tidur dalam mimpi panjang yang tiada akhir.
Naruto mendengus, jika tubuhnya tidak memiliki racun, maka Tsukuyomi pasti telah memindahkan racun itu ke tubuh anaknya.
Naruto bahkan tidak tau haruskah ia merasa marah atau sedih, ia terlalu lelah dengan semua ini, kehidupan dewa dan dewi terlalu menjijikan jika ia mengingatnya kembali, mereka orang-orang yang tidak memiliki perasaan.
Tapi siapa yang menyangka, sumpah yang ia katakan dulu benar-benar terjadi, ia kembali bereinkarnasi, dengan tubuh manusia, impian yang dulu selalu ia pendam dalam-dalam.
"Naruto kau sudah bangun?"
Suara Kushina menyadarkan lamunanannya, Naruto tersenyum lembut, wanita ini adalah ibunya seorang miko yang memiliki jiwa yang suci, tak heran jika roh Kitsune memilihnya. Sifatnya yang tegas sekaligus lembut membuat Naruto makin menyayanginya.
"Apa yang terjadi padaku ibu?..."
Kushina mencoba mengalihkan pandangannya dari rambut panjang Naruto, ia memeluk putranya dengan lembut.
"Kau pingsan, para tetua membawamu kesini, jiwamu tidak stabil beberapa saat.."
Suaranya terdengar lemah seperti habis menangis, pelukan Kushina makin erat, betapa takutnya Kushina saat mendengar Naruto lepas kendali di kuil Ise dan hampir membunuh Sasuke, untungnya para tetua dan para miko berhasil memisahkan mereka, tetapi akibat kekuatan Naruto yang berlebihan membuat dirinya pingsan dan jiwanya tidak stabil, akhirnya mereka memutuskan membawa Naruto kembali ke dalam kuil, kembali ke dalam ruangan pribadi Ameterasu.
"Ibu aku tidak apa-apa... berhentilah menangis..."
"Dasar anak nakal! Apa kau tidak puas membuat ibumu untuk tidak khawatir sehari saja?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Kami-sama
FanfictionNaruto dan Sasuke itu remaja tanggung yang tidak pernah akur, semua bahkan tau dengan kelakuan mereka berdua. Setiap bertemu pasti saling menghina dan baku hantam... Tapi bagaimana jika mereka berdua adalah Reinkarnasi dari Dewi Amaterasu dan Dewa S...