Bremm...
Sebuah motor terparkir di halaman sebuah sekolah elite SMA Tunas Bakti yang di tumpangi seorang siswa dan seorang siswi.
Adalah Harsya Putra Anggara dan Aurie Adeeva Syakila.
Yup, siswa siswi kebanggan SMA Tunas Bakti yang terkenal dengan segudang prestasi. Tak jarang mereka selalu terpilih mengikuti berbagai event untuk membanggakan sekolah mereka.
"Aku duluan ke kelas ya?" Tanya Aurie
"Iyaa, pulang sekolah aku tunggu di lapangan basket!"
"Ok!"
Aurie pun berlalu meninggalkan Arsya yang tengah asik berkutik dengan helmnya."Dor... Pagi² udah modusin anak IPS ajja lo." Heran Yudis.
"Ngaco lo."
"Gua heran dah , itu si Aurie anak ips betah amat di gantungin ama si Arsya manusia tengik satu ni?" Ledek Tara.
"Ribet amat lo berdua, masih pagi udah kek emak² komplek." Arsya pun berlalu meninggalkan Yudis dan Tara.
"Tau lo heboh amat." Ledek Tara, yang kemudian ikut berlalu meninggalkan Yudis seorang diri.
"Yee enak ajja tu anak main ninggalin gua, punya temen ga waras semua. Huftt... sabar Dis, orang sabar makin ganteng." Hiburnya pada diri sendiri.
Yudistira, Tara Pratama adalah bagian dari siswa kelas Xll IPA1 tak terkecuali Harsya Putra Anggara.
Pagi ini suasana ruang kelas Xll IPA1 begitu menegangkan, tepatnya pada jam pelajaran pertama yang di mulai dengan pelajaran Matematika Wajib.
"Pak Eka ga masuk guyss" Teriak Dipa dengan nada terngah-ngah.
"Yeayyy!" Teriak seisi kelas, kecuali Arsya yang sangat merasa kecewa. Bagaimana tidak, Matematika seperti telah menjadi karib bagi Arsya.
Di sisi yang berbeda, tepatnya ruang kelas Xll IPS1. Semua siswa tampak antusias mengikuti pelajaran Bahasa Jerman yang dibimbing oleh Frau Fiana, begitu Ia akrab di sapa.
Semenjak duduk di bangku kelas X, Aurie begitu tertarik terhadap budaya Jerman. Tidak heran Ia bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di negeri Jerman tersebut.
"Kerjakan latihan soal halaman 45-50 dikumpulkan minggu depan!" Jelas nya.
"Baik Frau!"
"Ok sampai disini dulu pertemuan kita pagi ini, tugasnya jangan lupa di kerjakan. Guten Morgen!"
"Guten Morgen Frau!" Jawab seisi kelas.
"Aurie, ikut Frau ke ruang guru!" Titah nya
"Baik Frau." Aurie berjalan di belakang Frau Fiana menuju ruang guru.
"Jadi Frau mau minta tolong, 1 bulan lagi sekolah kita akan mengikuti Olimpiade Bahasa Jerman untuk tingkat A1. Sementara waktu, Frau minta tolong sama kamu untuk ikut membimbing adik² kelas kamu dalam persiapan mereka mengikuti Olpimpiade, bagaimana?"
"Baik Frau, saya akan melakukan yang terbaik."
"Ok untuk jadwal latihannya Frau sudah atur 2 kali seminggu mulai hari ini, setelah pulang sekolah."
"Baik Frau."
"Ya sudah. Frau harap mereka bisa mengikuti jejak kamu untuk membanggakan sekolah kita."
"Pastinya Frau, saya akan berusaha untuk membantu Frau membimbing mereka."
"Baiklah sekarang kamu boleh kembali ke kelas!"
"Danke Frau!"
-----------------------------------------------------------"Ada apa Rie, Frau ngomong apa ke lo, lo ga di marah kan? Cepet cerita ke gua!" Tanya Aya panjang lebar.
Mazaya Putri Yuniar, siswi kelas Xll IPS1. Juga terkenal sebagai siswi yang cukup berprestasi di kelas. Tidak hanya itu, ia merupakan seorang sahabat Aurie Adeeva Syakila.
"Busett tu mulut atau rel kereta api, panjang bener?"
"Heheh sorry, gua kan penasaran."
"Yaa ga gitu juga!""Ululuuu ada yang ngambek uuu" Ledek Aya, yang membuat Aurie semakin kesal lalu pergi meninggalkan Aya.
"Eee buset gua di tinggalin dong. Woii tungguin gua Rie!"
"Bodok!"
Hay hay hay... Ketemu lagi ni sama author abal²an🤣 gimana tu cerita barunya, seru kan? Behh parah sii, jan lupa terus up kebersamaan SyaUrie yaa.
Dimaklumi ajja kan ya, kalo misalkan ceritanya masih super belepotan. Karna ini cerita fiksi perdana nya si author tengik ehe:)
Oyaa jan lupa buat mampir di cerita sebelah ya 'Curhatan dalam Diam'. Asekk, dari judul ajja behh parah. Tapi isinya mah, kepoin sendiri yio.
Ok dee happy reading!!!💙Liebe
AuliaRizka
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedetik dalam Kenangan
Teen FictionSeseorang yang super dingin, irit ngomong, cuek, ga gampang tertarik sama cewe, namun memiliki segudang prestasi dan bakat, adalah Harsya Putra Anggara. Begitu anggapan mereka tentang seorang Arsya. Meski demikian, para siswi SMA Tunas Bakti sangat...