~ Enam ~

0 2 0
                                    

Karena penasaran akan suara tersebut, Aurie pun mendongak dan mendapati seorang siswa yang tengah memeluknya untuk melindungi tubuh mungil Aurie dari tumpukan buku-buku.

"Ehhh...sorry!" Tutur Aurie sambil menjauhkan tubuhnya.

"Lain kali jangan maksa, kalo ga nyampe minta tolong sama orang disini!"

Tak menghiraukan ekspresi yang di tunjukkan Aurie, siswa tersebut pun merapihkan buku-buku yang terjatuh dan menempatkan nya kembali di rak buku.

"Waduhh...kalian ini ngapain buku-buku sampe berserakan gitu? Nambah pekerjaan saya saja kalian ini." Geram sang penjaga perpustakaan.

"Maa-"

"Maaf pak, nanti saya rapikan lagi buku-bukunya!" Perkataan Aurie di potong seenak nya oleh siswa tersebut.

Karena ulahnya, Aurie pun ikut merapikan buku-buku yang tergeletak bebas di lantai.

"Lo gapapa kan?" Tanya Aurie dengan ketus.

"Hmm tambah imut kalo lagi perhatian." Goda nya yang di balas pelototan dari Aurie.

"Raga Tresna Putra, Xll IPA3!" Tutur nya dengan mengajukan tangan pada Aurie.

Ketika Aurie hendak menyebutkan nama nya seperti yang di lakukan oleh Raga. Hal tersebut tak berhasil di lakukan nya.

"Lo Aurie Adeeva Syakila, siswi berprestasi dari kelas Xll IPS 1?" Tegas nya dengan tepat sasaran bak anak panah yang mengenai sasarannya.

"Ok, sekarang takdir sedang berlajan!" Tegasnya yang kemudian beranjak meninggalkan Aurie yang masih di hantui rasa penasaran.

"Udah sini duduk, nih kerjain tugas lo yang belom kelar!" Titahnya sudah seperti seorang guru.

Menyadari hal tersebut, Aurie pun bergabung bersama Raga dalam satu meja.

"Lo kok bisa tau nama gua? Udah gitu gua baru pertama kali liat lo disini!"

"Hadeh...udh kerjain dulu tugas lo!"

Aurie pun menurut, karena memang tujuannya di perpustakaan untuk menuntaskan tugas.
Sembari menunggu Arsya yang tengah mempersiapkan timnya untuk menghadapi pertandingan yang tak lama lagi.

"Kenapa, ada yang sulit soalnya?"

Tanya Raga yang memang sedari tadi duduk di sebelah Aurie dan memandanginya begitu lekat.

"Udah jangan maksa, kalo emang ga bisa biar gua bantuin!"

Entah apaa yang membuat Aurie tertarik untuk memandangi wajah Raga.

Paras tampan? Raga memang memiliki paras yang sebelas duabelas dengan Arsya. Begitu pikir Aurie.

"Kalo di pandangin terus gua ga kalah gantengnya kan dari Arsya?" Tanya Raga dalam posisi saling menatap satu sama lain.

Alhasil Aurie merasa terkejut, karena ia tertangkap basah tengah memandangi Raga diam-diam dengan begitu lekatnya.

"Bodoh bodoh!" Tutur Aurie dengan nada samar sambil menjitak pelan kepalanya sendiri.

"Udah gapapa kalo mau di pandang ajja terus, gua ga keberatan kok!"

Berkat perkataannya, Raga pun mendapat sebuah pelototan Aurie.

"Ni tugas yang lo ga bisa, udah gua kerjain. Lo pelajari sendiri di rumah, belajar yang bener jangan kebanyakan mikirin gua!" Titahnya lalu membereskan semua barang- barangnya.

"Dihh baru juga kenal, pd amat ni anak!" Batin Aurie.

"Udah gua cabut dulu, jangan khawatir ga bakal ketemu sama gua lagi. Kalo lo kangen sama gua, lo bisa dateng kesini lagi!" Goda Raga dengan memainkan alisnya.

Raga pun melenggangkan kaki nya keluar dari perpustakaan dan meninggalkan Aurie yang masih bermain dengan kebingungannya.

"Haduhh...gua lupa bilang makasi lagi!"

Ternyata Raga belum sepenuhnya berpaling dari ruang perpustakaan. Melainkan ia lagi-lagi memandangi sosok Aurie dari luar jendela perpustakaan.

"Hehh...dasar cewe gingsul!" Ucapnya.

-----------------------------------------------------------

Siang ini, sang mentari teramat antusias menemani sekaligus menyaksikan anak basket yang tengah berlatih dengan gigihnya di lapangan basket.

"Ok kita istirahat dulu!" Titah Arsya dengan nada terngah-ngah.

"Gua liat skill mereka lumayan ada peningkatan." Tutur Tara yang tengah duduk bersebelahan dengan Arsya.

"Hmmm!"

"Arsya?" Panggil seorang siswi yang tak lain adalah Aurie.

"Hadehh, lanjut bro gua ngadem tempat lain sama anak-anak."

Tara pun memberi kode pada Yudis dan anggota lain untuk mencari tempat lain.

"Udah selese tugasnya hmm?"

"Belum ehe..." Jawab Aurie yang kini terduduk di hadapan Arsya.

"Dasarr nona gingsul!" Ledek Arsya sambil mengacak-acak kecil rambut Aurie.

"Taraa..."

"Wihhh dapet minuman seger gratis ni?" Goda Arsya.

"Iyaa dong, ni minum!" Titah Aurie dengan sangat penuh perhatian.

"Waaa makasi nona gingsul!"

Mengingat-ngingat apa yang di katakan Raga, Aurie pun memandangi dengan begitu lekatnya wajah tampan yang dimiliki Arsya sambil menimbang-nimbang perkataan Raga.

Mendapati dirinya yang tengah di pandangi dengan begitu lekatnya, Arsya melirik ke arah Aurie.

Dan benar saja Aurie dengan begitu dalamnya meneliti setiap lekukan yang membentuk wajah Arsya.

"Huffff..." Arsya meniup pelan wajah Aurie yang tengah memandangi nya.

"Ihhh bau tau!"

"Kenapa? Dalem amat ngeliatin nya hmm?" Goda Arsya.

"Ihhh ngeselin!" Jawab Aurie sambil menggelitiki pelan perut Arsya.

Tak menghiraukan sekelilingnya, gelak tawa mereka pecah dan terdengar menggema di tengah-tengah lapangan.

"Bang mereka pacaran ga si? Tanya Diki, anggota basket kelas Xl.

"Menurut lo?"

"Padahal kalo di liat-liat ni bang, mereka tu cocok. Apalagi kalo lagi bareng gitu, behh terenyuh hati gua bang ngeliatnya."

"Alay lu!" Ledek semua anggota yang mendengar ucapan Diki.

"Ehemmm?"

Hay hay hay....Gimna ni udah wow wow belum...?🤣

Kalo masih belom wow, pantangin terus yaa jangan sampe kelewatan untuk part² berikutnya.😬

Nahh bacanya udah sampe part segini ni, jan lupa tinggalin jejak kalian yaa ada kolom vote atau comment!!!😆

Bagi yang belum baca mampir lagi yuk ke cerita sebelah 'Curhatan dalam Diam', isinya kepoin sendiri yaa eheh:b

Ok dee happy reading n keep health!!!🤗💙

NEXT???

Liebe
AuliaRizka

Sedetik dalam KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang