16. Mimpi

6 1 0
                                    

Aku tidak mengerti kenapa sejak mengenal dunia kepenulisan, jiwa menulisku sering meledak-ledak. Itu bertambah seiringan dengan kegiatan membacaku. Bahkan, hingga saat ini jiwa itu sering bergejolak saat aku menonton film ataupun drama.

Rasa ini, rasa ingin menuangkan pikiran kedalam tulisan. Mereka seringkali memenuhi pikiran hingga aku tak sanggup untuk menahannya. Lalu ketika berhadapan dengan laptop yang menyala, menampilkan layar kosong, pikiran-pikiran itu seakan lenyap entah kemana. Mereka menyebutnya writers block. Namun aku seringkali kembali berpikir, itu terjadi hampir setiap aku hendak melakukannya.

Aku tidak mengerti apakah aku memang tidak mempunyai bakat menulis sama sekali, atau memang aku tidak tahu caranya.

Lagi-lagi aku memiliki spekulasi untuk itu. Hanya saja ini mungkin normal untukku mengingat aku tak punya siapapun untuk berbagi ilmu kepenulisan. Tak ada penyemangat, tak ada dukungan, ataupun komentar. Aku melakukannya sendirian, benar-benar sendirian. Untuk masuk ke dalam grup yang berisikan penulis pemula saja aku tak bisa, aku terlalu malu. Itulah mengapa buku ini sangat sedikit pembacanya, karena aku terlalu malu untuk mempromosikannya. Aku hanya merasa, mungkin mereka akan menemukan sendiri bacaan kesukaannya.

Alasan lain adalah, aku tidak mau berekspektasi tinggi. Semakin aku mengeluarkan banyak tenaga, maka akan semakin besar harapan yang aku punya, aku benci jatuh dari ketinggian.

Aku hanya bermimpi untuk menulis ceritaku sendiri, menuangkan kisah hidupku kedalam tulisan yang dapat kubaca kapan saja, tentunya bersama orang-orang lain yang ingin tahu. Tidak seperti buku ini, seharusnya itu bisa lebih hidup.

Aku ingin menuliskannya, hingga akhir. Hingga tamat.

Aku sedang mengumpulkan keberanian, dan ilmu untuk itu. Siapapun yang membaca, tolong beri aku semangat. Hanya tunggu saja, ketika aku bebas untuk melakukan apa yang aku mau, aku akan melakukannya.

Juga, jika aku menuliskannya sekarang, aku masih belum menemukan akhir. Tolong tunggu hingga aku benar-benar mendapatkan akhir dari ceritaku. Cerita impianku. Tidak harus mulus, tujuanku hanya untuk mendapatkan keabadian dari kisah hidupku yang bisa ku ingat sepanjang hidupku. Semoga kelak aku sungguh bisa menuliskannya secara apa adanya, tanpa khayalanku.

Tidak apa jika tidak ada orang yang ingin membaca, hanya cukup aku. Aku tidak akan memaksakan.

Terdengar menyedihkan, namun aku sedang mencoba menghibur diriku sendiri. Karena, memang hanya aku yang dapat menenangkan diriku sendiri.

Andai saja aku punya...

Seseorang, yang dapat kujadikan 'support system' untukku. Untuk diriku sendiri.

Seseorang, yang dapat mengerti mauku. Keinginanku.

Maaf untuk 'ketidak-tahudirian' egoku.

(20 september 2020)

Sebuah cerita tanpa judul.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang