12 | Amara(h)

30 5 7
                                    

Vote-nya dulu :)
Kalo ada typo harus dimaklumin

.

Keluarga Adijaya dan satu makhluk buas bernama Alea tengah makan malam. Sedari tadi hanya ada suara dentingan antara sendok dan piring yang menggema. Keadaan seperti inilah yang Alea tidak suka. Canggung. Rasanya ia ingin pergi ke ruang dimana ada tv nya dan makan disana, oh ya jangan lupa dengan kaki yang terangkat. Nikmat banget kalau menurut Alea mah.

Suasana hening itu hilang ketika suara berat Lucas terdengar, dengan melontarkan satu permintaan kepada anaknya.

"Vin, lo besok sabtu nemenin Amara ke sekolahnya ya. Ada pentas dia."

Alvino menoleh, wajahnya seperti tidak terima. "Kenapa ga lu atau mamanya aja?"

"Orang dia maunya sama lo."

"Ya gue nggak mau."

"Lo harus mau."

"Kok lu maksa sih?!"

"Cuma ada dua pilihan," Lucas menatap Alvin, "temenin Amara pentas, atau gue sita semua fasilitas yang lo punya."

"Loh loh, ya nggak bisa gitu dong. Kok jadi disangkut pautin sama fasilitas sih? Nggak ada hubungannya! Pokoknya gue nggak mau. Nggak sudi gue nemenin dia."

"Yang beli semua fasilitas siapa? Gue. Jadi kapan pun gue berhak ngambil semua itu. Sekarang terserah lo, mau nemenin adek lo sendiri atau hidup tanpa fasilitas."

Tangan Alvino mengepal, ia sudah berada di puncak emosi kali ini. Mengapa ayahnya jadi suka memaksa seperti ini? Apalagi demi— Amara.

Merasa tidak terima, Alvino menoleh ke arah gadis kecil berambut pirang di hadapannya dan berkata, "Manja banget si lo! Orang tua lo 'kan ada kenapa harus sama gue?!"

"Vin," panggil Lucas lirih memperingatkan tapi tidak diindahkan oleh anak laki-lakinya.

"Lo tau diri seharusnya, apa-apa kok minta bokap gue. Inget, lo bukan siapa-siapa disini. Jadi, jangan banyak minta!" ujar Alvin setengah berteriak, rahangnya mengeras dan matanya menatap gadis berumur sekitar 6 tahunan itu dengan sorot tajam.

"Vin, turunin suara lo. Dia anak kecil." perintah Lucas masih mengontrol nada suaranya.

Alvin menatap Lucas dengan senyum smirk-nya. "Belain aja terus anak haram lo itu, gue emang udah nggak ada apa-apanya disini."

BRAK!

Lucas menggebrak meja dan berdiri. Menatap Alvin tajam, "Jangan mancing amarah papa, Vino."

"Gue nggak mancing, lu nya aja yang terlalu bela dan menjain anak haram ini sampai dia berani ngelunjak minta ini itu." balas mengalihkan tatapannya ke gadis kecil tadi.

"Cukup! Kamu keterlaluan, Vin. Dia masih kecil, nggak seharusnya kamu ngomong kasar ke anak kecil!" kata Lucas dengan gaya bicara aku-kamu. Jika gaya bicaranya sudah berbeda, itu tandanya ia sedang benar-benar marah.

Lucas adalah tipical orang yang asik dan gaul, jadi tidak heran jika sama anaknya saja pakai lo-gue. Tapi, jika ia sudah mengganti sebutan menjadi aku-kamu, itu berarti Lucas sedang marah. Ia akan menjadi lebih tegas ketika memperingati anaknya jika menggunakan aku-kamu.

"Emang siapa sih dia? Bukan anak lo juga 'kan? Di badannya juga nggak ada darah lo. Terus kenapa lo manjain dia?! Lo tahu gue nggak suka dipaksa. Tapi sejak anak ini nih, dateng ke rumah ini, lo jadi sering maksa gua! Capek tau nggak!" ucap Alvin semakin tersulut emosi.

"Bukan begitu, Vin. Maksud papa—"

"Bodoamat." potong Alvin lalu pergi dari ruang makan itu.

Lucas kembali duduk, ia memijat pelipisnya merasa pusing. Sedangkan Luna merasa bersalah dan tidak enak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASA JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang