Marah-marah adalah suatu perbuatan yang sebisa mungkin paling aku hindari sekalipun hatiku sedang kesal sekalipun.
"Kan Dinar udah ingatkan di chat juga, Mamaaa," ujarku frustasi. Iya, kemarin sore Papa dan Mama pinjam motorku untuk kondangan. Aku sudah bilang padahal kalau bensinku tinggal sedikit dan mewanti-wanti mereka untuk mengisi bensinnya kembali saat pulang.
Sayangnya, saat Mama dan Papa pulang aku sudah tidur jadi aku tidak tahu kalau ternyata mereka lupa mengisi bensinnya. Dan sekarang ketika aku akan berangkat kerja, bensinnya tak cukup.
"Iya, maaf, Mama sama Papa lupa. Udah kamu naik ojol aja nih ongkosnya Mama ganti."
Bukan masalah ongkos, tapi waktu. Kalau pesan ojek online kan tidak secepat seperti bawa motor sendiri. Aku harus menunggu driver-nya datang, belum lagi kalau posisi driver-nya jauh dari lokasiku maka bisa memakan waktu lebih lama lagi.
"Udah, gak usah." Aku tidak mengambil uang pemberian Mama lalu berjalan melewatinya keluar pagar.
"Nanti bensinnya Mama isiin di Mang Ade kalau udah buka, Din."
"Ya," sahutku sambil menutup pagar dan berjalan meninggalkan rumah.
Aku mengelus pelan dadaku sambil terus mengingatkan diri ini untuk bersabar. Aku tidak boleh datang ke daycare dalam suasana hati yang buruk, karena aku takut itu akan mempengaruhi diriku saat menghadapi anak-anak nanti di sana, tapi masalahnya kalau mood udah down gini gimana cara naikinnya lagi?
"Dinar?"
Kepalaku yang semula menunduk karena menatap layar ponsel untuk memesan ojek online seketika mendongak saat mendengar suara yang meski baru kukenal selama beberapa hari, tapi aku sudah menghafalnya.
"Eh, Mas Dirham," sapaku pada lelaki yang sudah rapi dengan celana panjang dan atasan kaus berkerah warna cokelat.
"Mau berangkat kerja?" tanyanya.
Aku mengangguk mengiyakan. "Mas juga?" tanyaku balik.
Mas Dirham menggelengkan kepalanya, "Enggak, saya masih ambil cuti. Ini mau ke rumah Mama di Tangerang. Kamu gak bawa motor?"
Harusnya sih aku bawa, tapi yaa apa daya? "Lupa isi bensin," jawabku.
"Terus ini kamu mau berangkat pakai apa?"
"Lagi mau pesan ojek online sih, Mas."
"Mau bareng saya aja?"
Kalau di film animasi, mataku saat ini pasti sudah mengeluarkan binar kerlap-kerlip saat mendengar tawaran Mas Dirham ini. Ya jelas mau lah!
"Ngerepotin gak, Mas?" tanyaku biar kelihatan sungkan padahal mah senang banget.
"Gak kok, kan sekalian saya juga mau pergi. Bentar ya saya keluarin mobil dulu," ujarnya kemudian mendorong pintu pagarnya agar terbuka lebar.
"Biar saya bantu, Mas."
"Eeh, jangan!" tolak Mas Dirham menghentikan gerakan tanganku yang hendak menarik pagar rumahnya.
"Ini berat, biar saya aja ya."
Ya ampun, Dilan?! Sekarang Dilan teh ganti nama jadi Dirham?
***
"Memang biasa berangkat jam segini?" tanya Mas Dirham begitu kami berdua sudah berada di dalam mobilnya.
"Iya, Mas," jawabku.
"Pagi banget ya. Kamu sudah sarapan?"
Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban. "Nanti di daycare bareng sama anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Dirham
RomanceDinar, seorang caregiver di sebuah daycare suatu hari diminta mendampingi Oca, seorang anak yang punya trauma besar karena ibunya. Kesabaran Dinar mendampingi Oca juga membuatnya mengenal Dirham, ayah Oca yang menarik Dinar untuk menjadi bagian dari...
Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi