"Halo, selamat datang, Mila. Kenalin nama Miss 'Miss Dinar'."
Aku menyalami seorang gadis kecil yang menurut data tertulis baru berusia empat tahun sebulan lalu. Gadis itu tampak malu-malu menyambut uluran tanganku. Dengan satu tangan yang masih berpegangan pada ujung bajunya, satu tangannya lagi ia gunakan untuk meraih jemariku dan menempelkannya ke keningnya.
"Mila mau ikut sama Miss gak? Di dalam banyak teman-teman yang lain loh!" bujukku. Gadis kecil bernama Mila ini dititipkan oleh ibunya ke daycare tempatku bekerja karena ibunya baru mulai bekerja hari ini dan Mila tidak ada yang menjaga di rumah karena ayahnya pun juga bekerja.
Keluarga yang lainnya pada ke mana?
Ya mana kutahu! Hey, netizen, gak semua hal harus kalian tahu ya! Ingat! Kita ini insan bukan Tuhan jadi kita gak usah lah sok tahu urusan semua orang.
Eeh, jadi kebawa emosi nih aku. Maaf ya baru awal aja udah barbar.
Gadis bernama Mila itu menatapku sesaat lalu kemudian menundukkan wajahnya dan menggeleng menolak ajakanku.
"Udah dibujuk segala macam dari tadi gak mau, Din," bisik Shifa, rekan kerjaku di tempat penitipan anak bernama 'Fun Daycare' ini.
Shifa bilang, sejak ibunya pergi tadi Mila tidak mau diajak masuk ke dalam. Ia hanya mau berdiri saja di ruang tunggu tempat terakhir ibunya meninggalkannya tadi.
Aku mengangguk mengerti dan dengan isyarat tangan memberitahu Shifa untuk melanjutkan pekerjaannya saja.
"Tolong ya, Din," ujar Shifa sebelum ia duduk kembali di mejanya untuk menginput data pendatang baru ke dalam sistem di laptop.
Kutatap gadis kecil di hadapanku yang nampak masih mengamati sekitarnya dengan tatapan waspada. Aku bisa memaklumi kegelisahan Mila karena ini adalah hari pertamanya di daycare kami. Berada di lingkungan baru tanpa satu pun orang yang dikenalnya pasti membuatnya merasa canggung atau takut.
Aku menekuk kedua lututku dan berjongkok di hadapannya. "Mila pegal gak berdiri terus? Duduk di situ yuk?" ajakku seraya menunjuk kursi panjang di bawah jendela berteralis besi.
Mila menggerakkan kepalanya ke bawah sekali yang kuartikan itu sebagai anggukkan. Aku pun menuntunnya dan membantunya untuk duduk. "Mila sudah makan?" tanyaku lagi dan gadis itu mengangguk.
"Wah, makan pakai apa? Miss tadi pagi makan sama telur, kalau Mila?"
"Sayur," gumamnya dengan suara yang sangat kecil sampai aku harus benar-benar mendekatkan kepalaku ke wajahnya untuk bisa mendengarnya.
"Sayur? Mila suka sayur ya?" tanyaku lagi dan gadis itu mengangguk pelan.
"Sama dong! Miss juga suka makan sayur. Mila suka sayur apa?"
"Sop."
"Miss juga suka itu sayur sop. Apalagi sama wortel. Mila suka juga gak?"
"Suka."
Oke mulai ngalir nih interaksi kami, walau jawaban Mila masih sangat minimalis seperti rumah idaman masa kini. Tak apa, setidaknya ini berarti Mila sudah mau membuka mulutnya untuk bicara denganku.
"Kalau kentang, suka juga gak?" tanyaku lagi dan Mila mengangguk.
"Hm, apa lagi yaa? Kalau kubis?"
Kali ini Mila terdiam.
"Mila tahu kubis gak?" tanyaku lagi.
Gadis itu mendongak menatapku dan menggelengkan kepalanya. Finally! Setelah sekian kali aku mengajaknya bicara tapi gadis ini lebih tertarik memandangi lantai, akhirnya sekarang ia mau melihat ke arahku juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Dirham
RomansaDinar, seorang caregiver di sebuah daycare suatu hari diminta mendampingi Oca, seorang anak yang punya trauma besar karena ibunya. Kesabaran Dinar mendampingi Oca juga membuatnya mengenal Dirham, ayah Oca yang menarik Dinar untuk menjadi bagian dari...
Wattpad Original
Ada 14 bab gratis lagi