(1) Pagi yang tak seperti biasanya.

47 6 1
                                    

     TUHAN ITU MAHA BAIK, PERCAYA SAJA TAKDIRNYA. -Sang Mawar Putih yang ingin mekar


Pagi ini seorang gadis mungil bangun dalam kondisi mata yang sembab, gadis itu semalaman begadang karena menyelesaikan bacaan novel favorit nya.
"Mawarrrrr" teriak perempuan paruh bayah dari lantai bawah.
"Iya buuu" gadis itu setengah berteriak, tetapi tetap saja suaranya tak terdengar.

Ya, gadis itu bernama Mawar. Selalu bertingkah aneh tetapi menyenangkan, sang ratu novel dan primadona di sekolah.
Pukul 06:00, Mawar merasa tidurnya belum cukup. Ketika ingin melanjutkan tidurnya, suara langkah kaki ibunya terdengar sedang menaiki tangga. Dengan gerakan cepat Mawar bangun dan langsung berlari untuk membuka pintu karena jika ibunya yang mengetuk, suara ketukannya bisa terdengar oleh tetangga ditambah ibunya yang cerewet bisa menambah kebisingan jika harus membangunkan Mawar.
Nilam Permatasari, sang wonder woman bagi Mawar. Seseorang yang mampu merawat Mawar dan adiknya selama 10 tahun lamanya seorang diri.

"Eh ibuu" ucap Mawar seraya memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Malah senyam-senyum, cepetan siap-siap"
"Iya bu, ini juga mau mandi" ucap Mawar seraya berjalan masuk kearah kamar mandi.

-----

"Bu, Mawar gak usah sarapan dirumah yah soalnya udah telat nih" ucapnya sambil menuruni anak tangga menuju Nilam yang sedang sibuk di dapur.
"Nggak kok, sarapan aja dulu"
"Yaudah, emang ibu lagi masak apa?" tanya nya dengan nada penasaran.
"Kan seperti biasa sayang, nasi putih sama telur mata sapi setengah matang kesukaan kamu"

Dari kecil, Mawar suka sekali makan telur mata sapi setengah matang ala ibunya. Entah kenapa dia sangat memfavoritkan makanan sederhana itu.
"Telur kok di jadiin favorit, kayak gue dong pizza, bakso, nasi goreng" tiba tiba terdengar suara anak remaja berusia 15 tahun dari kamar.
"Ih apaan lu bocah ingusan" ledek Mawar.
"Sorry yah, umur gue udah 15 tahun sistt udah melepas masa-masa bocah hahaha"

Dia Rifal, adik laki-laki Mawar. Satu-satunya laki-laki yang Mawar percaya tidak akan pernah menyakiti perempuan seperti ayahnya. Mengingat tentang ayahnya Mawar sering kembali mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu, kejadian yang membuatnya tidak pernah mau percaya kepada laki-laki kecuali adiknya.

-MAWAR POV-
Aku Mawar, hidup ku selalu diselimuti dengan hal-hal aneh. Bagaimana tidak? Nama ku pun aneh, nama panggilan dengan nama lengkap saja bedanya jauh apalagi hidup ku yang sudah berjalan sepuluh tahun tanpa sosok yang biasa kalian sebut ayah. Nama lengkap ku Nirwana Sabrina, aneh bukan? Kata ibu, nama itu dikasi ayah. Kenapa bisa aku di panggil Mawar? Karena Sabrina artinya mawar putih, dan itu bunga kesukaan ibu. Umur ku sudah 18 tahun, sudah bisa dibilang umur yang matang untuk bisa berfikir lebih dewasa lagi. Tetapi nyatanya, aku masih saja selalu berfikir hidup ini tidak adil bagi ku. Tetapi sudahlah, itu semua sudah diatur. Jalani saja ikuti alurnya dan nikmati prosesnya, insha Allah Tuhan akan memberi kita yang terbaik.

-----

"Fal, nggak sekolah lu?" tanya Mawar.
"Kagak lah, orang gue hari sabtu libur" jawab nya seraya menjulurkan lidahnya dengan maksud mengejek Mawar.
"Anak Smk mahh bebas yah, yaudah jangan banyak cincong. Jangan bikin rusuh lu dirumah, jagain ibu. Gue berangkat dulu"

Ibu Nilam hanya terkekeh melihat kelakuan kedua anaknya yang hampir setiap hari saling usil, tetapi jika jauh mereka berdua akan saling merindukan. Hmm sungguh persaudaraan yang manis hehehe.
"Assalamualaikum ibu, Mawar berangkat yah" sambil mencium tangan ibu nya.
"Hati-hati yah"

-----

Jarak rumah ke sekolah Mawar cukup jauh, bisa memakan waktu 20 menit jika menaiki kendaraan umum. Tetapi hari ini Mawar membawa kendaraan pribadi yaitu motor kesayangan Rifal yang dia beri nama Alex. Dasar aneh, berhubung hari ini Rifal libur makanya Mawar memakai motor Rifal. Kalau hari biasa Mawar akan diantar oleh ibunya memakai mobil ibunya atau menaiki kendaraan umum yaitu angkot jika ibunya sedang libur kerja, bukan karena Rifal tak mau mengantarnya. Tetapi arah sekolah Mawar dan Rifal berbeda, Mawar juga tidak mau menyusahkan ibunya jika ingin meminta motor untuk dirinya. Dia punya prinsip, apapun yang dia inginkan harus dari hasil jerih payah nya sendiri.

PERFECT ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang