(9) Perasaan itu

3 1 0
                                    


Dia merasa gelisah. Sedari tadi hanya mondar-mandir tak karuan sambil berpikir,

"Aku chat nggak, ya?"
"Aku mulai duluan nggak ya? Dia nanggepin nggak ya?"

Perlahan, ia membuka ruang obrolan dengan perempuan yang sudah diincarnya sejak lama.

Ah, melihat profile picture-nya saja ia bisa dibuat tersenyum. Wanita itu memang memiliki kemampuan memikat hatinya, setiap hari, dan rasa itu terus bertambah.

Ia menghela napas.

Kontak nggak ya?
.....chat
.....nggak chat
.....chat
.....nggak chat

Dia menimbang-nimbang segala kemungkinan, kemudian mendesah kesal. Diletakkannya kembali ponselnya diatas kasur. Tubuhnya berbaring. Ia menengadah. Langit-langit kamarnya kosong melompong, seperti hatinya.

Perlahan, ia menyadari. Perempuan itu sudah jatuh dipelukan kakak kandungnya sendiri. Jahat, itulah kata yang terbesit dibenaknya.

-----

Pagi ini Adit sudah bersiap untuk mencari kekasihnya, Mawar. Ini adalah hari kedua ia diJogja, Adit berharap hari ini tak sesuram hari kemarin. Ia sudah bisa menghapus Karen dari hatinya, dan ia juga siap menerima segala resiko yang ada.

Adit berdiri disebuah penginapan, seperti tak ada kehidupan disana. Ia melangkahkan kakinya menuju pos satpam.

"Assalamualaikum pak" sapa Adit kepada security yang sedang menikmati secangkir kopinya.
"Iya mas, ada perlu apa?" tanya bapak itu.
"Ada yang nginep disini atas nama Mawar nggak pak? Dari Jakarta"
"Tunggu sebentar mas" ucapnya lalu mengambil sebuah buku catatan, kemudian mencari nama yang disebutkan oleh Adit.

"Nggak ada mas"
"Kok nggak ada ya pak?"
"Mungkin temennya mas, bukan nginep disini"
"Di Gps handphone saya lokasinya pas disini pak"
"Coba masnya liat sendiri, siapa tau saya yang saya lihat. Maklum sudah tua hehehe" ucap pak security cengingiran seraya memberi Adit buku itu. Adit baru ingat, di name tag seragam sekolah Mawar tertulis Nirwana Sabrina. Barulah ia tau kalau Mawar memang sedang ada dipenginapan itu.

"Terima kasih yah pak, boleh saya masuk?" tanya Adit.
"Sama-sama mas, silahkan"

-----

Tokk.. tok.. tok..
Sudah tiga kali mengetuk pintu tetapi tak ada balasan dari dalam, Adit memutuskan untuk menelfon Mawar saja.

"Heii anak gadis, dimana kamu?"
"Dikasur" jawabnya malas.
"Baru bangun?" tanya Adit sembari duduk dikursi taman yang ada didepan penginapan itu.
"Iya..."
"Keluar gihh, aku ada ditaman depan sini"
"Hahh sejak kapan?" tanya Mawar terkejut, kemudian melompat dari kasurnya melihat kearah jendela. Dan benar, ada Adit disana sedang melambaikan tangannya seraya tertawa kecil.

Mawar segera mencuci mukanya dan mengeringkannya dengan handuk. Ia berjalan dimana Adit sedang duduk sembari menatapnya dengan tatapan ingin menertawainya.

"Apaan?!" tanya Mawar yang tengah berdiri dihadapan Adit sambil melipat kedua tangannya diatas dada.
"Nggak, cuma mau jalan-jalan aja disini" jawab Adit tak ayal.
"Bilang aja mau jemput aku"
"Yahh keegeran deh bocah, sini duduk" ucapnya lalu menepuk-nepuk kursi disebelahnya.

"Kok kamu bisa sampai kesini?" tanya Mawar dengan raut wajah serius.
"Hati aku yang bawa aku kesini" jawabnya sambil menatap kedua mata dihadapannya itu.
"Malah becanda nih om-om" Mawar sudah berani mencubit pinggang Adit, sampai Adit meringis dibuatnya.
"Aww, sakit tau!"
"Biarin, siapa suruh becanda?" tanya Mawar memutar bola matanya malas.
"Yaudah aku jawab serius deh, kan waktu kamu tidur tuh diatas mobil. Pas kita berangkat dari Jakarta, aku nyambungin GPS hp kamu ke hp aku"
"Nakalll!" Mawar melotot kearah Adit, Adit hanya terkekeh pelan melihat tingkah gadisnya itu.

PERFECT ROSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang