{ Chapter 2 }

14 3 0
                                    

Tentang Sunny

Untukmu perempuan dengan senyum indah dan menawan,
Aku tidak tahu apa yang membedakan dirimu dengan perempuan lain diluar sana,
Tapi ku rasa, ada yang lain saat aku memilih sekedar melihat untuk meyakinkan diri bahwa aku tidak memiliki rasa.
Ya, rasa yang bahkan aku sendiri pun sedikit geli menyebutnya.

~ dhika ~

•••


Cuaca pagi di kota London begitu menyenangkan. Membuat hampir seluruh orang melakukan segala kegiatannya dengan bahagia.

Aji melangkahkan kakinya pelan menuju universitas. Karena jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat ia tinggal, maka aji memilih untuk berjalan sambil menikmati pemandangan yang entah suatu hari nanti apa masih bisa ia nikmati kembali.

Langkahnya terhenti sesaat setelah sampai di tujuannya ketika melihat perempuan dengan nama lengkap Sania Auristela. Entah mengapa, dirinya lebih suka menyebut perempuan itu dengan nama sunny, meski hanya saat ia sendiri. Ya, matahari. karena baginya, Sania seperti matahari yang selalu cerah dan memberikan kebahagiaan pada orang disekitarnya.

Sania yang baru saja keluar dari perpustakaan melihat keberadaan Aji, Teman satu jurusannya. Hanya teman. Dan hanya kata selamat pagi yang terucap dari bibir Sania, cukup membuat Aji mensyukuri paginya.

"Selamat pagi, Aji." Sania melangkah bersemangat menghampiri Aji yang terdiam di tempatnya berpijak. Perempuan yang menyukai hijab model pashmina itu kini memakai pakaian yang tampak serasi dengan Aji. Sama-sama menggunakan jaket jenis Levis dan bawahan bewarna hitam. Meski tanda kutip, Sania memakai rok dan Aji memakai celana.

"Pagi."

"Kamu terlalu serius Aji. Cobalah untuk lebih santai berbicara. Setidaknya padaku. Aku tidak suka melihatmu berbicara kaku seperti itu,"

"Aku mungkin coba lain kali,"

"Bersegeralah, aku menunggu waktu dimana kamu tidak menjadi patung baik dalam berbicara maupun berperilaku."

"Ya, tunggu saja."

Di pertengahan jalan Sania merasa meninggalkan sesuatu. Ia pun izin kembali ke perpustakaan dan mempersilahkan Aji untuk memasuki kelas lebih dahulu.

"Maaf Aji, sepertinya ada sesuatu yang tertinggal di perpustakaan tadi. Kamu datang saja ke kelas lebih dulu. Soal omonganku tadi, aku minta maaf, jangan terlalu dipikirkan. Kamu dan apa adanya dirimu sudah cukup. Sampai jumpa nanti."

Belum sempat Aji selesai mempertimbangkan akan mengantar Sania atau tidak, Sania lebih dulu pamit dengan tergesa-gesa. Entah apa yang tertinggal, Aji pun tidak tahu. Aji memilih untuk tetap melangkahkan kakinya menuju kelas. Soal teman? Aji rasa ia tidak terlalu membutuhkan nya.

           ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Untuk seorang yang humble seperti Sania, rasanya cukup mudah untuk memiliki teman. Setelah tiga jam ia cukup dipusingkan karena materi-materi yang memang cukup asing, kini ia telah berada di kantin universitas dengan Chelsea. Teman dekat nya yang berasal dari Singapura. Meski berbeda negara juga agama, namun mereka tetap menjunjung tinggi nilai solidaritas dan sikap menghargai satu sama lain.

Sania membuka kotak bekal yang ia bawa. Bukannya tidak ada uang, ia hanya takut makanan yang dijajakan di kantinnya berasal dari bahan yang haram. Walaupun tetap ada label halal karena disini mahasiswa muslim cukup banyak, setidaknya uang jajan yang ia dapat bisa ia hemat untuk kebutuhan mendadak lainnya.

"What did you bring today, Sania?" Chelsea bertanya sambil memakan kentang gorengnya.

"Just plain fried rice. I woke up late this morning, I don't think I'm feeling well,"

"OMG Sania! You have to go to the doctor immediately. Come on, I'll accompany you, immediately. Hurry up Sania," Chelsea berkata dengan panik, sedangkan Sania hanya tertawa kecil.

"Calmdown baby. I'm okay. Don't panic like that. You're too much."

"Sorry Sania, I'm just worried."

"It's okay. Thank you for caring about me. Now you better finish your food immediately. I'll gather with you this afternoon."

"You said you weren't feeling well. Just permission not to come."

"Can't. I feel bad for permission. After all, this meeting is only once a week, isn't it. And it's only brief."

"Up to you."

Jam klasik dengan warna perak ditangan Aji menunjukan pukul 3 lewat 15 menit. Itu berarti seharusnya ia sudah telat 15 menit dari ketentuan awal pertemuan permasa. Mahasiswa baru itu terlihat sangat santai tanpa memedulikan waktu yang seakan mengejarnya. Namun, tidak sengaja ia melihat Sania yang tengah dikerubungi mahasiswa lain. Penarasaran apa benar itu sunny nya atau bukan, Aji melangkah menuju kerumunan itu. Matanya membulat lebar, sunny nya pingsan dan tidak ada seorangpun yang bergerak cepat menolong.

Aji mau tidak mau mengangkat tubuh mungil Sania dan berlari memanggil taxi. Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan dilarang agama, namun, ia hanya sebatas menolong bukan?

Tanpa memedulikan tatapan tatapan di sekitarnya, ia tetap membawa tubuh Sania dalam dekapannya. Beruntung ada sebuah taxi tanpa penumpang melaju melintasi universitas. Dan Aji dengan cekatan segera membawa Sania ke rumah sakit terdekat.

"Sunny, kamu harus tetap menjadi matahari. Maka dari itu, tolong jangan meredup."

•••

Carita Cinta RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang