{ Chapter 10 }

7 1 0
                                    

Aku gak tau mau bilang apa, lain kali saja
~dhika~

•••

Gilang melirik jam di pergelangan tangannya. Ia mengajak mereka pergi makan siang. Halal Restaurant menjadi pilihan mereka. Restoran dengan gaya klasik khas Britania kuno memberikan kesan mewah sekaligus nostalgia secara bersamaan. Bangunan dua lantai dengan pilihan outdoor dan indoor juga musholla kecil menarik minat pengunjung walaupun tidak berasal dari agama Islam. Sesuai dengan namanya, menu yang disajikan adalah menu halal dengan bahan dasar daging sapi, daging domba, daging ayam, dan daging dari hewan halal lainnya.

"Welcome. Please select the menu." seorang pramusaji muda mendekati meja mereka dan memberikan daftar menu ditangannya.

"Ya, thank you," ucap Sania.

"You are a Moslem?"

"Ya Alhamdulillah." Sania tersenyum manis.

"MasyaAllah, where are you from?" tanya pramusaji itu.

"I'm from Indonesia, and you?" jawab Sania.

"I am originally from Turkey. I came here because I was given a job to be a waiter at this Muslim restaurant."

"Wow great. I'm glad to hear it."

"What do you want to order, Sania?" tanya Gilang.

"You just order ahead," jawab Sania.

"We finished first when you were cool chatting." itu bukan suara Gilang, melainkan suara Aji yang berbicara dengan tatapan lurusnya.

"I'm sorry to bother you." Pramusaji itu merasa bersalah.

"It is okay." Gilang berujar.

"Ya, it's okay. I don't know why I'm even happy to listen." Chelsea menimpali.

"Ya, it's oke. do not feel guilty." ucap Aji.

"It's okay. I'm Sania." Sania memperkenalkan dirinya.

"I'm Latif. Nice to meet you." Jawab pramusaji itu.

"Nice to meet you too. This is our order." Sania menyerahkan buku menu yang sudah selesai ditulis.

"Oh ya, i'm sorry. Please wait a moment." Latif, pramusaji itu tersenyum. Pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Sania, lihat dia. Wajahnya tertekuk sejak tadi." Gilang kembali menggoda.

"Wajahku memang seperti ini kalau kalau kamu lupa," ujar Aji.

"Hahahaha. Kalian lucu sekali." Chelsea tertawa."Gilang jangan seperti itu terus kasihan Sania."

Sania mencebik. Dia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan membuka pesan yang baru saja masuk.

From : Uma
Assalamualaikum
Lagi apa neng? Uma kangen

To : Uma
Wa'alaikumussalam
Eneng lagi jalan-jalan disini Uma sama temen-temen. Uma sama Aba gimana? Sehat kan disana?

From : Uma
Wah Alhamdulillah kalo Eneng seneng. Aba sama Uma sehat neng. Neng jaga kesehatan ya, kalo sakit langsung bilang sama Uma

To : Uma
Iya atuh Uma. Siap. Salam buat aba ya Uma. Sama aa firman juga bilang adiknya ini rindu

From : Uma
InsyaaAllah ya neng. Aa kamu mah sibuk katanya nyusun apa teh namina ripki, sitsi, naon neng namanya?

To : Uma
Skripsi maksudnya Uma?

From : Uma
Nah eta. Katanya sebentar lagi lulus. Alhamdulillah kalo iya mah Uma seneng dengernya. Kamu juga neng cepetan pulang ya

To : Uma
Doain aja ya uma biar sekolahnya Eneng cepet selesai

From : Uma
Aamiin. Yaudah Uma mau masak dulu ya assalamualaikum

To : Uma
Wa'alaikumussalam

"Chattan sama siapa?" Aji bersuara.

"Hah? Sam-ma sama Uma. Eh, ibu aku maksudnya,"

"Oh."

"Silahkan pesanannya. Selamat menikmati."

"Thank you."

"Yang nganter bukan Latif, Sania." Gilang menegur. Sania tersadar dari lamunannya.

"Iya ka Gilang aku juga tau."

"Tuh liat yang disebelah udah ditekuk mukanya."

Sania mendengus. Memilih melanjutkan makannya daripada meladeni Gilang yang terus-menerus menggoda.

•••

Carita Cinta RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang