{ Chapter 7 }

6 2 0
                                    

•••

Pendekatan? Anggap saja begitu.
~dhika~

"Sania, besok kamu ada acara?" Selesai kelas, Sania memasukkan buku-buku ke dalam tasnya. Tiba-tiba Aji datang dan bertanya hal yang membuat Sania berpikir lama.

"Hah?"

"Oh, hmm ..., Maksudku aku ingin berkunjung  ke Trafalgar Square besok. Kebetulan kan besok libur, aku mengajakmu karena kamu teman yang paling dekat denganku sementara ini. Tapi kalau kamu tidak mau tidak apa," tutur Aji.

"Hmm ..., Sebenarnya aku sudah punya rencana untuk jalan dengan Chelsea, tapi-" belum selesai Sania berbicara, Aji sudah memotong perkataannya.

"Baiklah kalau kamu tidak bisa tidak apa." Sambung Aji.

"Bukan seperti itu Aji. Ya ampun, aku bahkan belum selesai bicara, maksudku aku akan ikut denganmu karena aku dan Chelsea juga belum tau akan pergi kemana. Kamu gak masalah kan aku ajak Chelsea?" tanya Sania.

"Of course. Tentu. Ajak saja. Aku tunggu kabar baik darimu, terimakasih."

"Iy-ya."

"Oh ya satu lagi Sania. Kamu hati-hati." Aji berucap sambil berjalan menjauh.

Sania terdiam. Berusaha mencerna keadaan. Tidak ada angin ataupun hujan, Aji bertingkah laku seolah mereka teman baik.
Sania mengeluarkan ponsel dari tasnya. Mencari kontak Chelsea untuk bertemu di taman tempat biasa mereka belajar bersama.

"Hi sania. What's wrong?" suara perempuan disana terdengar pelan.

"Is your class finished?" tanya Sania.

"Yes, why?"

"I'll be waiting for you in the normal garden. I already know where we're going tomorrow,"

"Really? okey honey wait yes,"

"It's up to you Chelsea. Hurry up."

Saat sedang berjalan sendirian, Sania mendengar ada seseorang yang memanggil nama dirinya.

"Hai Sania." Sania menoleh ke arah belakang. Terlihat Gilang, kakak tingkat nya yang berjurusan Bisnis juga satu negara dengannya berjalan mendekat.

"Hai ka Gilang."

"Kamu mah kemana?"

"Aku akan pergi ke taman di depan sana,"

"Aku boleh ikut?"

"Hah? T-tapi aku akan menemui temanku yang lain. Tidak apa?"

"Laki-laki atau perempuan? Banyak?"

"Hahaha. Tidak hanya satu dan itu perempuan."

"Oh ya Tuhan. Ku kira kamu akan bertemu dengan teman laki-laki mu. Kalau benar aku tidak mungkin ikut dan hanya menjadi nyamuk saja."

Sania terkekeh,"Tidak mungkin ka Gilang. Aku tidak punya teman laki-laki."

"Benarkah? Aku kira kamu dan Aji mempunyai hubungan,"

Sania membulatkan matanya. Menatap ke arah Gilang dan bertanya, "Kenapa kakak bisa berpikir begitu?"

"Kemarin aku ingin membantumu waktu kamu pingsan, tapi ternyata Aji lebih dulu membawamu ke rumah sakit. Dari raut wajahnya, dia terlihat seperti sangat khawatir pada keadaanmu saat itu,"

"Mungkin dia hanya panik aja ka,"

"Ya mungkin. Mungkin panik, karena perempuan yang disukanya terlihat tidak berdaya."

"KA GILANG."

Gilang berlari menjauh sambil tertawa. Gilang memang orang yang humoris dan humble. Itu mengapa Sania menganggap Gilang seperti kakaknya sendiri.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sesampainya di taman Sania duduk dengan kursi menghadap ke arah kolam ikan kecil. Gilang memilih duduk di samping nya, karena kursi yang ada dimeja itu hanya terdapat tiga buah. Dan yang pasti satu kursi dihadapan mereka untuk Chelsea. Si cerewet yang sangat suka menggoda Sania.

"Kamu mau minum apa Sania? Aku akan belikan,"

"Oh benarkah? Terimakasih banyak. Tolong belikan aku air putih dingin saja itu sudah lebih dari cukup,"

"Kalau hanya air putih aku bisa membelikanmu ratusan botol bahkan." Sombong Gilang.

Sania mencibir,"Terserah ka Gilang, kaum rich yang sombong."

"Hahahaha," tawa Gilang meledak. Gilang meletakkan tas hitamnya dan bertanya pada Sania minuman apa yang temannya suka agar Gilang bisa juga membelikannya.
"Kalau temanmu itu suka minum apa?"

"Teman? Oh Chelsea. Dia suka minum soda. Belikan saja soda dengan kaleng warna hijau. Kakak pasti tau."

"Oh iya tunggu sebentar. Aku titip tas ku. Jangan rindu ya,"

"UP TO YOU MR.GILANG."

•••

Carita Cinta RaharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang