Setelah libur cukup lama akhirnya Sania kembali masuk di semester yang baru. Soal kesehatan aba, Firman mengabari kalau semakin hari keadaan aba semakin baik, walaupun tidak bisa untuk pulang ke rumah. Aba pun sudah mengetahui perihal penyakit yang sebenarnya. Dan dengan segala ketabahan aba menerima ujian itu dengan lapang dada.
“Sania, i miss you so much,” ujar Chelsea sambil berlari hendak memeluk Sania.
“Miss you too.” Sania membalas pelukan Chelsea.
"Looks like you are happy?" tanya Chelsea.
"No. Just your feelings," jawab Sania.
"Really? Okey."
"Sania, Chelsea." Seseorang berteriak jauh memanggil nama mereka.
"Sania, there is your boyfriend." Chelsea berbisik.
"Chelsea, Aji is not my boyfriend," sanggah Sania.
"But he likes you and it looks like you too."
"Oh don't start." Sania memutar bola matanya malas.
"This for you." Aji datang dengan membawa sesuatu ditangannya.
"For?" ucap Sania bingung.
"Yes, I give this to you. Take it. "
"Oh okay, thanks."
"For me not there?" Chelsea memelas.
"Oh yeah, almost forgot. This for you." Aji memberikan bungkusan lain yang sama persis dengan Sania pada Chelsea.
"I'll go ahead, bye."
"Bye."
"Next time I have to be with you often to get free food."
"Oh my God Chelsea."
"Just kidding Sania, let's go to the park."
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Berbulan-bulan Sania menjalani hari dengan kehadiran Aji di hidupnya. Tidak bisa dipungkiri kalau ada sesuatu aneh yang ia rasakan tiap berdekatan dengan Aji. Chelsea bilang itu artinya dirinya sudah menyukai Aji. Namun, Sania selalu mengelak seolah itu hanya perasaan nyaman biasa.
Mata pelajaran hari ini sudah berakhir. Aji mengajak Sania untuk ke taman kampus dulu sebelum pulang. Meski bingung, Sania memilih diam tidak bertanya.“Nih.” Sania memberikan air mineral pada Aji.
“Apa?” tanya Aji bingung.
“Minum buat kamu, masa kamu terus yang kasih aku.”
Aji terkekeh. “Makasih ya.”
Sania tersenyum sambil mengambil tempat duduk berhadapan dengan Aji.
“Sebenernya ada yang sama kamu, tapi aku harap setelah denger ini kamu gak menjauh dari aku.”
“Mau ngomong apa? Kayaknya serius banget.”
“Aku ...,” ucapan Aji terpotong karena bunyi ponsel Sania.
Ponsel Sania berdering. Tertera nama Aa Firman di layarnya. Dengan perasaan campur aduk Sania mengangkat telepon itu.
“Assalamu’alaikum Aa”
“Innalillahi, aba masuk rumah sakit lagi?”
“Stadium akhir?”
“Ya Allah Aa. eneng langsung pulang sekarang”
“Aa! Aba itu ayah eneng juga. Aa gak berhak ngelarang eneng pulang”
“Iya, eneng paham. Maaf bentak Aa”
“Iya Aa. Waalaikumussalam"
“Ji, aba masuk rumah sakit lagi. Aku harus pulang ke indonesia sekarang.” Sania meneteskan air mata nya.
“Aku ikut kamu.” Meski ragu Sania mengijinkan Aji ikut pulang dengannya.
Di dalam pesawat Sania masih dalam kecemasan. Aji pun tidak bisa melakukan apapun selain memastikan Sania baik-baik saja.
“Aba, ya Allah.” Sania menatap aba yang terbaring lemah dari luar pintu ruangan.
“Tenang neng. Yang kuat. Banyakin doa ya.” Firman mengelus pundak adiknya.
Uma melihat ke arah Aji. “Neng, saha eta?”
“Eta teh Aji. Yang waktu itu eneng cerita,” Jawab Sania.
“Saya harap kamu pulang aja,” uma berujar tidak suka.
“Uma?”
“Saya minta kamu pergi dan jangan deketin Sania lagi.”
Aji yang menyadari hadirnya tidak diinginkan memilih pergi. “Iy-ya. Saya pamit, assalamu’alaikum.”
“Uma teh kunaon? Aji baik sama eneng.” Sania berujar tidak suka.
“Tapi uma gak suka sama dia! Uma harap kamu gak berhubungan sama dia.” bentak uma.
“Eneng teh nteu ngerti sama uma.”
Sania berlari mengejar Aji. Aji sudah sangat baik padanya. Rasa bersalah hadir di hati Sania.
“Sania!”
Firman mengelus pundak uma. “Uma, udah biarin dulu Sania. Kita fokus sama aba dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Carita Cinta Rahara
RomanceCinta adalah anugerah dari sang kuasa untuk tiap-tiap makhluknya. Semua orang berhak untuk jatuh cinta tanpa perlu meminta izin pada siapa dia melabuhkan hatinya. Ternyata rasa cinta juga berlaku pada Aji dan Sania, sepasang makhluk adam dan hawa ya...