Pagi ini mendung disertai rintik-rintik. Shaun dan Syifa sedang duduk-duduk santai di balkoni apartemen mereka di Lyon, Perancis. Ada teh jahe hangat dan biskuit yang menemani mereka.
"Mereka nggak tau perjuangan kita itu gimana, Kak. Dikira mudah apa? Misalnya nih. Mereka bilang, enak yaa Syifaaa, lulus, nikah, eh malah kuliah bareng sama suami ke Perancis" Syifa memulai ocehannya setelah menyeruput teh.
"Trus kamu bilang apa ke mereka?,"
"Aku bilang begini, kalian nggak tau perjuangan aku. Mental aku. Apa kalian sanggup dicemooh? Sanggup banting tulang? Sanggup ikut ini ikut itu? Sanggup aktif? Harus memahami perasaan orang tua? Belum lagi masyarakat sekitar? Belum lagi harus berhenti dari sekolah. Menyakitkan. Beraaat. Kalo kata Dylannya Milea..., biar aku ajaaaa...,"
"Hahaha...,"
"Iya. Dikira enak nikah muda,"
Syifa mengingat teman-temannya yang memandangnya iri atas apa yang dia lewati. Tapi dia cepat menasehati mereka agar mereka tidak gegabah dalam mengambil suatu keputusan.
"Kamu nyesal?,"
"Bukan begitu maksudnya, Kak Shaun. Aku mikirnya tuh jangan sampe mereka berpikiran bahwa apa yang kita lewati ini adalah hal yang mudah. Mungkin situasinya kan berbeda. Bukannya sombong atau gimana. Ya..., karena aku yakin aja sama Kakak. Kenapa nggak? Yakin kalo aku bisa melewatinya. Meski yaa..., kadang-kadang ada bisikan-bisikan yang melemahkan."
Shaun mengusap-ngusap kepala Syifa. Dia sangat tahu perjuangan istrinya itu. Di usianya yang sangat muda, Syifa sanggup melalui tantangan-tantangan hidup. Dia jadi ingat pesan mamanya suatu pagi bahwa jangan sampai dirinya mengecewakan Syifa.
Cause anywhere with you feels right
Anywhere with you feels like
Paris in the rain
Paris in the rain
Shaun De Syif
THE END
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAUN DE SYIF
Ficção AdolescenteBerawal dari keisengan teman sekolahnya, Rumi, Syifa mengenal Shaun. Shaun yang sebenarnya menyukai Syifa ini lalu ingin mengenal Syifa lebih dekat. Diapun bersedia mengantarjemput Syifa ke les balet dengan motornya. Sikap Shaun yang perhatian dan p...