11. Curiga

2K 197 32
                                    

"....... Ak"

"........... Kak"

"Kakak!"

Lican terkejut saat wajah Dion tiba-tiba sudah berada didepannya. Matanya menatap ke sekeliling dengan linglung. Ah ya, dia akan makan malam bersama keluarganya kini.

"Apa ada yang menganggumu Sayang? Kenapa kamu melamun seperti itu?" Vaye, yang semula tengah menyiapkan makanan bersama pelayan pribadi Lican segera menghampiri putra sulungnya dengan wajah khawatir. Beberapa tahun sebelumnya juga Lican selalu begini, senang melamun seperti pikirannya tidak pernah ada bersamanya.

Dion juga menatap khawatir kakaknya. Padahal saat mereka datang tadi kakaknya itu masih baik-baik saja, wajahnya terlihat ceria malah. Kenapa saat mereka tengah menunggu kedatangan sang ayah kakaknya itu tiba-tiba mulai melamun?

Jangan bilang.....

"Kakak bertemu dengannya ya"

Dengan raut wajah dingin, Dion mulai menebak. Tangannya yang memegang lengan Lican semakin mengerat, rasanya sakit hingga Lican dengan susah payah berusaha melepaskan diri dari cengkaraman itu.

"Dion, apa yang kau lakukan? Kau tidak boleh memperlakukan kakakmu seperti itu!"

Mendengar teriakan ibunya, Dion akhirnya melepaskan genggaman eratnya. Matanya masih menatap lekat Lican, seakan berusaha melihat kenyataan dari cerminan mata kakaknya.

"Aku baik-baik saja Mom. Sebelumnya aku hanya memikirkan pekerjaan kantorku. Dion juga, kau tidak perlu khawatir. Tanganku malah sakit akibat perbuatanmu"

Melihat bahwa dia merusak kunjungan makan malam keluarganya, Lican segera memberi alasan dengan sedikit nada merajuk di akhirnya. Tahu bahwa dia tidak akan menang melawan kekeras kepalaan kakaknya, Dion menghela nafas lalu mengambil tangan kakaknya dengan lembut. Dengan hati-hati dia mengusap bekas memerah di tangan putih itu. Wajahnya masih terlihat sedikit tidak rela, Lican yakin setelah ini adiknya pasti akan melakukan sesuatu setelah melihat tingkah anehnya tadi.

Yah, Lican memang berbohong tadi. Sejujurnya dia memang memikirkan Kayle. Dia jelas tidak melewatkan beberapa ekspresi penyesalan lelaki itu saat dia bicara. Lican memang berusaha berbaikan lagi dengan alphanya, namun kadang dia tidak bisa menahan beberapa kalimat pedas yang tanpa sengaja keluar begitu saja dari mulutnya. Seharusnya Lican senang kini Kayle berinisiatif sendiri mendekatinya seperti ini. Namun jauh di lubuk hatinya, Lican masih takut Kayle akan meninggalkannya. Kayle bisa kapan saja pergi dan memilih Omega lain, sama seperti yang dia lakukan beberapa tahun yang lalu.

Pertarungan antara perasaan senang dan kasihan membuatnya bimbang, sampai tanpa sadar dia melamun dan membuat adiknya curiga seperti tadi.

"Sayang, kau tahu bahwa kapanpun ada masalah, kau bisa meminta bantuan kami bukan? Memimpin perusahaan saja sudah melelahkan Lican. Sekali-kali, mintalah bantuan kami untuk masalahmu. Daddymu pun pasti senang jika anak manisnya ini meminta bantuan padanya" ujar Vaye mengingatkan.

Mendengar ucapan Vaye, Lican tersenyum kecil. Setelah kekacauan yang dia sebabkan beberapa tahun yang lalu, bagaimana mungkin Lican tega membebani mereka lagi dengan masalah kecilnya? Untuk saat ini Lican belum siap mengatakan bahwa alphanya kembali berusaha berbaikan denganya. Lican belum siap untuk membuat keputusan besar seperti itu.

Masih jelas di ingatannya, betapa sedih wajah ibunya saat tahu Lican baru saja ditolak oleh alphanya sendiri. Belum lagi daddynya dan Dion, mereka mengamuk hebat sampai dirinya dan sang mon harus berjuang mati-matian untuk membuat keduanya tidak melakukan tindakan gegabah. Lican saat itu hanya ingin pergi, menata dirinya sejenak sebelum kali ini memutuskan untuk kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please Notice Me Mr.Alpha! (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang