4. Permintaan Tolong

1.5K 174 1
                                    

"Huft huft"

Lican merasa kupingnya berdengung hanya karena mencoba lari di lapangan saat ini. Keringatnya keluar begitu banyak, wajah putihnya sampai begitu merah karena tubuhnya dipaksa tetap berlari sejauh ini. Lican bahkan merasa kakinya mulai bergetar, tapi egonya terus saja berteriak bahwa dia harus bisa menyamakan kecepatan lari Kayle yang berada jauh didepannya. Kakinya kembali dipaksakan melangkah, dia bahkan bersikap tuli pada kedua bodyguard nya yang sudah meminta agar dia berhenti lari saja.

Kepala Lican semakin pening saat dia terus memaksa kakinya untuk melangkah. Nafasnya memberat, memang hanya keajaiban yang bisa membuat anak yang tidak pernah berolahraga sedikitpun itu berlari sejauh ini. Langkahnya semakin oleng, Lucan hampir sama jatuh langsung ke tanah jika tangan seseorang tidak segera menahan tubuhnya.
Lican mendongkak untuk melihat wajah tampan Kayle yang menatapnya marah. Kuping Lican terlalu berdengung untuk bisa mengerti apa yang pria itu katakan. Tapi Lican bisa menebak, pasti kakak kelasnya itu tengah memarahinya kini.

"Tuan Muda!"

Lican kembali menoleh saat dua bodyguardnya berlari panik ke lapangan kini. Lican malah semakin merekatkan dirinya pada Kayle, tubuhnya semakin melemas hingga Kayle mau tidak mau harus menggendongnya kini.

"Jangan-hah, hah pulang....... Hah, hah, Daddy hah bisa khawatir" Lican mencoba bicara dengan nafas yang tersegal. Anak itu menatap Kayle dengan pandangan memohon. Daddy dan mommynya seratus persen akan melarangnya ikut klub lari lagi jika dia pulang dalam kondisi buruk seperti ini.

"Ck, dasar menyusahkan"

Tidak peduli sekalipun bodyguard Lican mendengar ucapannya, Kayle menggerutu kesal. Lelaki itu berlari untuk membawanya ke UKS sekolah. Kedua bodyguard Lican mengikutinya dibelakang. Sesampainya disana, Kayle segera menurunkan Lican di ranjang UKS. Pria itu hendak pergi begitu saja, saat tangan lemas Lican tiba-tiba saja menahan bajunya.

"Maaf......" ujar Lican pelan. Kayle menatapnya datar, sama sekali tidak berkomentar atas apapun yang diucapkan Omega manis itu.

"Lican tidak bermaksud menghina Kak Kayle....... Maafkan Lican...... Kak Kayle, Lican mohon maaf...."

Kayle menatap wajah sedih itu lama, hatinya sedikit terasa diremat sebelum dengan kasar ia mencoba membuang perasaan itu. Lelaki itu mendengus sebagai gantinya, “Lupakan saja” ucapnya singkat sebelum keluar ruangan. Bodyguard Lican masuk tidak lama kemudian, namun mereka tertegun saat melihat tuan mudanya telah berbaring dengan senyum kecil kini.

Kayle sudah tidak lagi marah padanya. Pemikiran itu saja sudah cukup untuk membuat Lican tenang dan akhirnya tertidur karena kelelahan.

*****

"Aku pulang….."

Vaye yang mendengar suara ceria putranya segera menghentikan kegiatannya dan menghampiri anaknya dengan senyum. Wajah menawan yang selalu bersih itu kini sedikit kotor, mungkin karena habis berlari di lapangan sebelumnya.

"Mommy………"

Vaye tersenyum lebar saat Lican memeluknya erat. "Mandi dan ganti pakaianmu, baru setelah itu kita makan malam" ujarnya seraya mengelus rambut putranya lembut. Lican mengangguk semangat, dia memang baru kembali saat sore hari saat ini.

Dalam perjalanannya ke kamar, Lican berhenti berjalan saat adiknya menghalangi  jalannya sambil bertopang pinggang. Lican merengut kesal, bisa tidak sih adiknya ini tidak menganggunya selama satu hari saja?

"Kakak terlambat" tuduh Dion langsung. Matanya menatap tajam sang kakak yang mendengus lelah, terlalu malas untuk menanggapi Dion yang selalu berlebihan kepada Lican.

Please Notice Me Mr.Alpha! (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang