25 Tahun Kemudian.
Kerajaan Gwanghaegun.
Sang penguasa Kerajaan Gwanghaegun, Raja Oh Donghae, sedang duduk melamun menatap kosong pada hamparan padang rumput yang telah mengering di halaman depan istananya.
Hatinya resah melihat rumput yang semakin mengering dan tanah yang semakin tandus. Semua terlihat coklat dan gersang.
Helaan napas lelah keluar dari hidung mancungnya. Para pengawal dan Penasihat Kerajaan yang saat ini sedang menemaninya berdiri menatap halaman istana pun hanya bisa menatap iba pada Sang Raja dan keadaan istana yang semakin memprihatinkan.
" Shindong-ah.." Panggil Raja Donghae pada penasihat kepercayaannya. Sang penasihat bergegas mendekat dan sedikit membungkuk.
" Ya, Jeonha?" Sahut Shindong sambil sedikit membungkuk menghadap sang Raja.
" Apa yang harus kulakukan sekarang? Ini diluar kuasaku.. Musim tetap tidak berubah meskipun aku telah menyelenggarakan banyak ritual dan do'a bersama.." Raja Donghae menghela napas berat. " Apakah Kerajaanku sedang dikutuk? Apakah ini sebuah hukuman untukku? Aku merasa tidak berguna sebagai seorang Raja.." Raja Donghae terlihat begitu putus asa.
Shindong benar-benar merasa iba pada Rajanya.. Dia tau sudah seberapa banyak usaha yang telah dilakukan Sang Raja untuk menyelamatkan kerajaannya. Tapi semua itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Hujan tetap enggan untuk turun membasuh tanah gersang Kerajaan Gwanghaegun dan bantuan pun tetap sulit didapatkan.
" Jeonha, tidak ada kutukan atau hukuman yang sedang menimpa Kerajaan ini. Anda adalah Raja yang baik dan bijaksana.. Ini bukan salah Anda, jika hujan tidak kunjung turun.. Seperti yang Anda katakan, ini diluar kuasa Anda, Jeonha.."
Raja Donghae kembali menghela napas. " Lalu, apakah kini yang bisa aku lakukan hanya melihat rakyatku menderita dan perlahan mati kelaparan karena ladang yang mengering dan hewan-hewan yang mati? Aku bahkan telah meminta bantuan pada Kerajaan lain yang pernah kita bantu sebelumnya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau membantu ku.." Raja Donghae menghela napas, kecewa. " Kini aku sadar jika mereka hanya akan datang padaku disaat mereka membutuhkanku dan akan lari saat aku membutuhkan mereka.."
Shindong pun merasa kesal saat mengingat masalah itu. Benar-benar menjijikkan saat menyadari bahwa Kerajaan lain seolah sengaja tutup mata dan telinga saat Rajanya meminta bantuan pada mereka. Padahal sebelumnya Raja Donghae selalu membantu Kerajaan mereka saat mereka mengalami kesulitan. Apakah mereka sengaja? Ingin melihat Kerajaan Gwanghaegun hancur, hingga mereka bisa dengan mudah mengambil alih wilayah Kerajaan Gwanghaegun ini? Licik sekali jika itu memang benar.
Gwanghaegun memang hanya Kerajaan kecil dengan kawasan yang tidak terlalu luas, tapi lahannya dulu begitu subur dan memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Itu sebabnya Kerajaan nya tergolong makmur. Tapi sayangnya, musim kemarau mengubah semua itu. Kini Kerajaan Gwanghaegun telah menjadi kawasan tandus dan gersang.
Kerajaan membutuhkan bantuan pakan, pangan dan air untuk rakyat serta ternak mereka. Tapi sayangnya tidak ada Kerajaan yang mau memberikan itu semua.
" Jeonha, setidaknya dari musibah ini Anda jadi tahu kebusukan mereka.." Ujar Shindong.
" Kau benar.." Raja Donghae mengangguk setuju. " Setidaknya, jika nanti Kerajaan ku bisa bertahan dan bangkit kembali. Aku tahu mana yang bisa kupercaya dan mana yang tidak untuk kuajak bekerja sama.."
" Hamba yakin Kerajaan ini bisa bertahan dan bangkit kembali, Jeonha.." Sahut Shindong.
Raja Donghae tersenyum. " Terima kasih, Shindong-ah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince(s)'s Heart
FanfictionOh Sehun adalah seorang Pangeran dari Kerajaan Gwanghaegun. Dan Park Chanyeol adalah seorang Pangeran dari Kerajaan Yeongjo. Mereka dipersatukan dalam ikatan pernikahan karena titah sang Raja. Pangeran Chanyeol menentang perjodohan tersebut, tapi...