Na Jaemin.
Pemuda berketurunan bangsawan ini selalu nampak anggun dan cantik dengan paras manisnya. Ayahnya yang berkelas sosial tinggi merupakan blaster Korea-Eropa. Karena itu mereka dikenal sebagai keluarga kaya dengan kedudukan tinggi yang sangat dihormati di Korea Selatan. Bahkan Ibu Na Jaemin yang pure dari Korea Selatan, terkadang mengikuti adat Eropa yang merupakan tanah kelahiran sang suami. Meski tak kolot, kedua orang tua Jaemin masih menyukai tentang perjodohan. Perjodohan antara keluarga petinggi dengan petinggi lainnya. Hingga pernikahan keduanya akan menjadi awal penggabungan perusahaan yang luar biasa pesat. Klise memang, tapi inilah yang terjadi. Perjodohan antara Na Jaemin dan Lee Jeno.
Saat ini Jaemin tengah berjalan dengan anggun memasuki sebuah Cafe; mengabaikan loncengan bel diatas pintu utama. Jaemin dengan pakaian mahalnya menjadi sorotan tersendiri bagi perpasang-pasang mata di sekitarnya. Pemuda itu memang tampak Modis, ia memakai kemeja putih dengan celana bahan berwarna merah maroon bergaris. Begitupun jas yang berwarna senada, tersampir apik pada kedua bahunya. Tangannya terangkat ketika seorang pelayan mendekati, mencoba memberitahu jika ia akan memesan nanti.
Beberapa saat kemudian, senyum Jaemin terbit saat seorang gadis bertubuh mungil berjalan pelan menuju ke arahnya. Gadis itu berkulit putih dengan wajah cantik, tipe-tipe gadis yang butuh perlindungan dengan segala kekurangannya.
"Duduklah." Jaemin mempersilahkan dengan senyum tipisnya. "Pesanlah sesukamu. Makanan disini terkenal lezat."
Gadis di hadapan Jaemin ini mengangguk pelan, membuka buku menu dengan berbagai harga tinggi yang mematoknya. Jaemin kembali mengangkat tangannya memanggil pelayan, menyebutkan dua pesanan yang sama karena gadis di depannya tidak tau akan memesan apa. Setelah pelayan itu pergi, Jaemin kembali menatap gadis di hadapannya dengan jemari bertaut. Beberapa cincin berlian tampak cantik melingkar pada jari tengah dan jari manis milik Jaemin. Menunjukkan derajat seorang Na Jaemin yang sesungguhnya, membuat gadis itu merasa kecil. Jaemin benar-benar tampak menawan dengan pakaian mahalnya serta perhiasan yang tak kalah mahal dengan pakaiannya. Leher jenjang pemuda cantik itu juga terpasang kalung emas putih yang bandulnya tersembunyi di balik kemejanya.
Sempurna.
.
.
.
"Jaemin-ssi.. sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"
"Makanlah dulu. Aku ingin kau mencicipi makanan disini." Lagi-lagi Jaemin memberi senyum tipis ketika pesanan mereka datang dengan cepat.
Jaemin kembali dengan sifat anggunnya, memakai pisau dan garpu itu dengan cara yang elegan. Lagi-lagi gadis itu merasa kecil.
"Jaemin-ssi."
"Baiklah. Siyeon-ssi." Jaemin meletakkan garpu dan pisaunya di samping piring setelah mengunyah dan menelan sepotong beef, menatap Siyeon dengan tatapan santainya.
"Aku akan bekerja sebentar lagi. Jadi bisa kau percepat?"
"Tinggalkan Jeno."
Siyeon terdiam. Ia merasa tertohok karena perintah Jaemin yang terdengar mutlak. Ia tau ia hanyalah gadis miskin yang tidak punya apa-apa selain hati dan rasa cintanya untuk Jeno. Jika dibandingkan dengan Jaemin, tentu saja Siyeon berbeda sangat jauh. Tapi Siyeon selalu percaya, karena Jeno mencintainya. Begitupun dirinya.
"Aku tidak bisa."
"Kenapa?"
"Kami saling mencintai."
Jaemin membasahi belah bibirnya yang tiba-tiba kering, jemarinya semakin bertaut kuat hingga cincinnya menekan kulit tangannya.
"Aku tau..
..tapi kau tidak bisa bersamanya. Orang tua Jeno tak suka padamu."
"Aku juga tau. Tapi aku yakin, suatu saat kami bisa bersatu."
Jaemin mencebik. "Aku.. hanya tidak ingin kau terluka. Kau tidak mempunyai apapun untuk melawan orang tua Jeno. Dan aku... tidak bisa membantumu. Karena aku juga mencintai Jeno."
Siyeon berdecak tak percaya. "Aku percaya pada Jeno."
"Kau menunggu hingga Jeno melepas seluruh asetnya untuk bersamamu?"
Siyeon mengernyit menatap Jaemin. "Apa maksudmu?"
"It's not a drama Siyeon-ssi. Jeno tidak semudah itu untuk melepaskan seluruh aset dan keluarganya hanya untukmu..
..karena itu, tinggalkan Jeno."
Sret!
Keduanya terkejut saat Jeno tiba-tiba datang dan menarik tangan Siyeon. Matanya menatap manik Jaemin dengan tajam.
"Jangan pernah mengurusi urusanku Jaemin." Desis Jeno.
"Ini juga urusanku." Tegas Jaemin.
"Tapi Siyeon adalah urusanku. Jangan pernah menemui kekasihku lagi." Ancam Jeno, kemudian berbalik dengan menarik Siyeon untuk keluar dari Cafe.
Jaemin menghela nafas, tak mempedulikan tatapan tanya dari para pengunjung di sekitarnya. Beruntung hari ini pengunjung tak terlalu ramai. Jaemin berdiri dari kursinya, membenahi jas yang masih tersampir pada kedua bahunya kemudian meraih kunci mobil di atas meja. Sekali lagi, dengan langkah anggunnya Jaemin meninggalkan Cafe.
.
.
.TBC
Aku nyoba buat remake ceritaku sendiri (lagi) dari pair lain. Mungkin aja ada yang tertarik:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Drama [NOMIN]
FanfictionCOMPLETE✔ [Drama] [Hurt/comfort] [Romance] ▪ Tidak selamanya pihak wanita atau submissive yang lemah dan miskin akan menang dalam sebuah panggung. Mendapatkan cinta yang utuh dan hidup bahagia bersama pria kaya yang rela meninggalkan segalanya hanya...