Chapter 14

12.5K 1.2K 90
                                    

Persalinan normal










1 Tahun Kemudian.

Jaemin hamil besar, usia kehamilannya sudah menginjak tiga puluh enam minggu. Tinggal menunggu satu sampai empat minggu lagi untuk melahirkan dengan cukup bulan.

Saat ini pemuda manis itu sedang menyiram tanaman hias di halaman belakang. Sejak bulan pertama kehamilan, Jaemin gemar sekali mengoleksi beberapa macam bunga hias. Karena hobi barunya itu Jeno sempat memekik antusias karena mengira bayinya berjenis kelamin perempuan. Tapi sayangnya harapan Jeno pupus ketika ia membawa Jaemin untuk melakukan USG pada bulan kelima kehamilan, jenis kelamin mereka laki-laki. Ya. Mereka, karena Jaemin hamil bayi kembar. Jeno tersenyum lebar setelahnya, tak apa bukan bayi perempuan, yang terpenting ia akan memiliki dua bayi sekaligus. Membayangkannya membuat Jeno gemas.

"Jaemin?"

Jaemin menoleh ke belakang, senyumnya mengembang lebar melihat Ibunya berdiri di samping pintu kaca yang menghubungkan rumah dengan halaman belakang. Ia meletakkan gembornya di atas papan susun, dekat pot bunga kecilnya kemudian melangkah mendekati sang Ibu.

"Kenapa Mama tak menghubungiku dulu?" Tanya Jaemin setelah memeluk Ibunya.

"Untuk apa menghubungimu dulu, lagipula Mama tidak perlu izin untuk mengunjungimu."

Jaemin mendengus geli. "Memang tidak ada yang melarang Mama mengunjungiku. Tapi bagaimana jika aku tidak ada di rumah?"

"Mama akan menunggu lalu meneleponmu. Kau tidak mungkin pergi jauh karena Jeno tidak akan mengizinkan." Balas Mama Na ringan, terasa mengejek bagi Jaemin.

"Ck! Dasar Mama."

Keduanya duduk santai di atas sofa ruang tengah, tanpa perlu menjamu dengan minuman atau beberapa camilan. Mama Na selalu menolak karena ia bukan tamu, ia selalu mengatakan jika dirinya masih sanggup untuk mengambil minuman atau makanan yang diinginkannya.

"Bagaimana cucuku? Apa rewel?" Tanya Mama Na sembari mengelus perut besar putranya.

"Tidak terlalu. Hanya saja sepertinya sesekali mereka bertengkar di dalam sana, membuat kulit perutku bergerak tak beraturan."

Mama Na tertawa gemas. "Ooh Mama tidak sabar untuk melihat mereka, pasti mereka memiliki wajah yang tampan. Seperti Daddynya."

"Aku hanya berharap salah satu dari mereka menuruni wajahku."

"Kalau mereka menuruni wajahmu, mereka tidak akan tampan Jaemin." Ujar Mama Na mencibir.

"Mama selalu menurunkan moodku."

"Hehe.."

.

.

.

.

.

Tepat jam delapan malam Jeno tiba di halaman rumahnya, ia memakirkan mobilnya di garasi kemudian masuk ke dalam rumah seraya menenteng tas kerja dan jasnya yang tersampir pada lengan. Sampai di ruang makan ia melihat istrinya tengah menata beberapa masakan bersama Bibi Jung. Bibir tipisnya menarik senyum saat matanya bertabrakan dengan mata sang istri.

"Sudah datang?" Jaemin mendekati Jeno, mengambil alih tas dan jas milik suaminya lalu menggiring lelaki itu untuk duduk pada salah satu kursi meja makan.

"Makanlah dulu."

Jeno mengangguk setelah mengecup sekilas bibir Jaemin. Keduanya makan bersama dengan percakapan ringan. Mereka tidak pernah mengangkat topik panjang yang mengganggu acara makan mereka.

Not a Drama [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang