"Apa ini?" Jaemin menyentuh slayer biru pada lehernya dengan sebelah alis yang terangkat.
"Slayer tentu saja." Jawab Hyunjin santai.
"Aku juga tahu." Jaemin berdecak. "Kenapa kau memakaikannya padaku?"
"Hanya ingin."
Jaemin merotasikan bola matanya malas. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku dengan tangan yang terlipat, kaki jenjangnya juga bertopang seraya menatap lurus ke depan.
"Bagaimana?"
"Apanya?" Sahut Jaemin tanpa menoleh.
"Jalan-jalannya."
"Ini bukan jalan-jalan. Ini duduk."
"Auh~ lama-lama aku bodoh juga."
Jaemin mengulum senyumnya, "Baru sadar?"
"Tapi aku tak peduli. Yang terpenting aku masih bisa menafkahimu."
"Tck! Gombalan macam apa itu."
"Aku tidak menggombal. Memang kau lihat wajahku ini penuh dusta?"
"Ya. Dan aku akan ikut bodoh jika percaya padamu."
"Tidak asik."
Jaemin memejamkan matanya, merasakan sapuan angin pada wajahnya dan menghiraukan Hyunjin. Udara malam ini cukup sejuk dan menenangkan. Tidak sia-sia juga Jaemin mengikuti Hyunjin. Sedikit dingin sebenarnya, tetapi Jaemin suka, ia juga bisa merasakan poninya yang bergoyang hingga menampakkan dahinya.
"Kau ingin ku cium?"
Jaemin membuka matanya cepat, menoleh pada Hyunjin yang sudah memasang cengiran lebarnya. "Kau gila?"
"Ahahahaha!" Hyunjin tertawa terpingkal sambil memukuli pahanya sendiri. "Kau menutup matamu dengan damaaiii sekali. Jadi aku berpikir kau ingin ku cium."
"Ayo pulang." Jaemin membali tak menghiraukan Hyunjin, ia berjalan meninggalkan area taman menuju mobil Hyunjin. Jaemin ingin tidur saja.
"Hei tunggu. Tck! Kau memang tidak pernah mau bercanda denganku." Hyunjin menggerutu sambil berjalan di samping Jaemin. "Kunci mobil kan aku yang membawanya."
"Aku bisa naik taksi."
"Eih! Jangan begitu. Anak perawan tidak boleh pulang sendiri."
"Aku tidak perawan."
"Ha?" Hyunjin memberhentikan langkahnya, menatap Jaemin tak percaya.
"Dengan guling." Lanjut Jaemin dengan senyum kecilnya, bahkan kakinya masih tetap melangkah. Tak mempedulikan Hyunjin yang memberhentikan langkahnya.
"Ah! Dia bisa melucu juga." Kekeh Hyunjin kemudian segera menyusul Jaemin menuju mobil.
.
.
.
"Ibumu sudah tidur?" Tanya Hyunjin yang mengikuti langkah kaki Jaemin menuju lantai dua.
"Mungkin. Ini sudah malam."
"Benar. Ini sudah malam kan? Berarti aku harus tidur."
"Kalau begitu pulang saja."
"Kau kan bilang ini sudah malam. Harusnya kau menawariku untuk menginap."
"Boleh."
"Benarkah?!" Pekik Hyunjin, mata sipitnya melebar dengan binar-binar pada retina hitamnya.
Jaemin membalikkan badannya ketika sampai di depan kamarnya. Menatap Hyunjin yang masih berbinar. "Tentu saja. Kau bisa tidur dengan supir keluargaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Drama [NOMIN]
FanfictionCOMPLETE✔ [Drama] [Hurt/comfort] [Romance] ▪ Tidak selamanya pihak wanita atau submissive yang lemah dan miskin akan menang dalam sebuah panggung. Mendapatkan cinta yang utuh dan hidup bahagia bersama pria kaya yang rela meninggalkan segalanya hanya...