Chapter 10

11.7K 1.3K 159
                                    

Suara pip beberapa kali dari layar password pintu apartemen berbunyi. Berhasil menekan beberapa angka disana, Jaemin segera membuka pintu baja itu dan masuk ke dalam. Melepas sepatunya terlebih dahulu, kemudian kakinya melangkah bergegas ke arah ruang tamu. Pikirannya kalut, penuh dengan kepergian Hyunjin yang tiba-tiba bahkan tanpa ucapan salam padanya. Beruntung ia sering ke apartemen milik Hyunjin, bahkan lelaki itu memberitahu passwordnya dan tak merubahnya hingga saat ini. Baru saja kaki Jaemin ingin melangkah ke arah kamar Hyunjin tetapi terhenti karena maniknya lebih dulu menemukan sebuah kertas putih yang penuh dengan kalimat panjang. Diatasnya ada sebuah vas kecil yang mengganjal, mencegah agar kertas itu tak berpindah dari tempatnya.

Jaemin sedikit mengernyit, memindahkan vas kecil disana untuk mengambil kertas dibawahnya, lalu mendudukkan dirinya pada salah satu sofa. Keningnya masih berkerut ketika maniknya bergerak ke kanan kiri untuk membaca deret kata yang tertulis disana.


Hai Jaemin.
Aku yakin kau pasti menemukan kertas ini, kupikir aku menjadi cenayang sekarang haha.

Maaf, aku tidak berpamitan padamu. Tapi ini yang terbaik menurutku. Bukan sok puitis, sungguh, aku hanya melakukan hal yang menurutku benar.
Drama sekali memang, tapi kau tau? Hidupku bahkan seperti drama yang memiliki beribu-ribu episode.

Jaemin..
Sekali lagi aku minta maaf, entah kenapa aku tidak sanggup untuk berbicara langsung padamu. Aku takut menangis.
Jangan mengejek! Aku serius!

Sekarang jam berapa ya? Hmm, aku tidak bisa memprediksi kau membaca surat ini jam berapa.
Aku memilih pergi karena aku tau kau tidak mencintaiku.
Hari dimana kau bertemu dengan Jeno, kau digendong Jeno, atau Jeno meminta waktu empat belas hari untuk memutuskan semuanya.
Aku tau semuanya, maaf karena sudah mengikuti kalian.
Yang pasti kau jangan menyalahkan dirimu sendiri, tidak ada pihak yang bersalah disini.

Oh iya, jika kau ingat, aku pergi ke Jepang. Aku tidak bisa mengatakan dimana aku akan tinggal dan aku berharap kau tidak mencoba mencari informasi tentangku karena aku butuh waktu sendiri.
Hei, aku juga manusia kau tau?
Aku tidak ingin berbohong.
Aku sakit hati, tentu saja.
Sangaaatt sakit, hingga aku tidak mampu bertemu denganmu lagi.
Disini aku akan menangis dan berteriak sepuasku.
Nanti... setelah hatiku sudah pulih, aku akan bertemu denganmu lagi.
Apa kau akan mengatakan aku cupu? Ah biarkan saja, aku tidak peduli.
Yang terpenting aku sudah menciummu untuk menuntaskan rasa cemburuku ketika Jeno menciummu.

Satu lagi, eh atau dua? Tiga? Hehe

Jeno masih mencintaimu Jaemin. Sangat. Kau harus percaya itu.

Aku memberitahu Jeno atas kepergianku dan menitipkanmu padanya.
Dan dengan baiknya, Jeno memelukku sambil berterima kasih.
Bahkan Jeno memberikanku salah satu foto masa kecilmu.
Sepertinya aku tidak salah jika meninggalkanmu dengan Jeno, apalagi kau masih mencintainya.

Aduh tanganku sakit, sepertinya suratku sampai disini saja.
Aku janji akan menemuimu dengan pasangan baruku nanti.
Aku akan memamerkannya padamu hehe.

Sampai jumpa Jaemin.
Aku berharap kau akan selalu berbahagia bersama Jeno.



Jaemin menghela nafas kasar, tangannya terjatuh ke atas pahanya setelah selesai membaca surat panjang dari Hyunjin. Ia bahkan belum sempat meminta maaf pada Hyunjin dan lelaki itu sudah pergi jauh tanpa salam perpisahan. Mungkin Jaemin mampu untuk menyuruh orang menyelidiki keberadaan Hyunjin dan mencuri nomor barunya. Tetapi itu tidak mungkin, Hyunjin sudah berkorban hingga terbang ke tempat jauh untuk melepaskannya. Sangat jahat rasanya jika ia masih mengusik dan tak membiarkan Hyunjin menyibukkan diri untuk melupakannya.

Not a Drama [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang