Ide cerita ini muncul setelah mendengar lagu Mendarah dari Nadin Amizah.
Perempuan itu baru saja mendarat di Bali. Pulau sejuta keindahan, kata orang-orang Jakarta. Baru kali ini Anggika menapakan kakinya di Pulau Dewata untuk suatu hal. Tetapi, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya untuk memberi penghargaan diri sendiri, setelah sidang tugas akhirnya selesai.
Mungkin Ia akan mencoba massage dan spa di Ubud, berkunjung ke Bali Bird Park, Tegalalang atau pelosok Ubud lainnya. Mendengar Kuta, Ia belum tertarik sama sekali. Pasti sumpek, pikirnya. Mungkin Ia akan berkunjung kesana apabila titipan dari teman-temannya Ia lunasi. Setibanya Ia di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Ia menggeret koper birunya dan mencari tumpangan. Ketika Ia keluar dari pintu kedatangan domestik, banyak para guide menaikkan papan nama untuk menjemput tamu wisatawan dari berbagai daerah lokal dan internasional. Menurutnya, perkembangan pariwisata di Bali sudah lebih baik semenjak pandemi berakhir.
"Taksi, mbak?" tawar salah satu supir taksi yang sudah sepuh. Sifat Anggika yang gampang terenyuh itu mengiyakan ajakan itu tanpa banyak mikir. Selain dirinya tidak mau ribet pula mencari taksi yang lain. Tapi, di sisi lain, apakah si Bapak kuat menyetir dari Kuta menuju Ubud?
"Saya sudah biasa, Mbak. Dari Bandara ke Kintamani saja pernah kok," ujarnya. Anggika tidak tahu, lebih jauh Ubud atau Kintamani. Tapi, kedengarannya itu jauh. Mobil taksi ini cukup nyaman, ditambah dengan gaya menyetir si Bapak tidak ugal-ugalan seperti supir taksi pada umumnya --yang membuat Anggika pusing setengah mati.
Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam lebih, ditambah kemacetan yang melanda area Sanur. Anggika sejak tadi ijin beristirahat kepada Bapak Tua itu karena perjalanan udara memang cukup melelahkan. Anggika tak lupa mengucapkan terima kasih telah diantar selamat sampai tujuan dan memberi tip banyak agar bisa dipakai untuk beli makanan. Bapak itu senang sekali.
Anggika menggeret kopernya ke sebuah rumah yang berpagar puri khas Bali. Meski cuaca panas menyentuh angka 37.5 derajat celcius, tapi mata terasa sejuk karena suasana begitu asri. Jantungnya berdebar, karena Ia ingin bertemu dengan seseorang yang sudah tak Ia temui 10 tahun lamanya.
Yang pernah jadi bagian keluarganya.
Yang pernah jadi pelindungnya sebelum Papanya masuk ke dalam hidupnya.
Ia tak bicara sebelumnya pada seseorang yang Ia sebut Ayah ini, kalau dia berkunjung ke Ubud. Dia ingin memberikan kejutan dan membuktikan bahwa Bundanya telah merawatnya dengan baik sekali.
Sosok yang rambutnya telah tumbuh beberapa helai uban itu muncul dari pintu, membawa sekantong sampah yang hendak Ia taruh di depan rumah. Tampak sehat dan tetap tampan seperti dulu saat masih muda. Mereka saling tatap --lelaki itu mencoba mengingat siapa perempuan yang sedang menatapnya. Dan Anggika sudah menahan genangan air matanya dan ingin sekali segera memeluknya.
Ini cerita tentang rumah yang berbeda..
"Ayah? Ini Anggika."
-Bersambung-
-Anggika Kanigara Pradnyaswari as Anggika
Profil singkat:
Anak tunggal dari Fajar Alfian dan Kinara Pradnyaswari. Kehadirannya membuat dunia orang tuanya terasa lengkap. Anak satu-satunya yang sangat disayangi. Masa kecilnya bisa dibilang berwarna karena Ayah dan Bundanya selalu ada untuknya. Ia tak pernah kekurangan kasih sayang sejak lahir.
Namun, di usianya menginjak 5 tahun, Ayah dan Bundanya memutuskan berpisah. Untuk anak seusianya saat itu, Ia belum paham apa itu perpisahan. Sampai Ia menginjak remaja, mendengar semua cerita yang terjadi pada orang tuanya, membuat Ika (panggilan kecilnya) memutuskan komunikasinya dengan Fajar dalam waktu yang cukup lama.Tetapi, dia masih beruntung memiliki Papa dan Bunda yang begitu menyayanginya dan mendidiknya menjadi pribadi yang baik; namun tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Mendarah
FanfictionKetika melepaskan juga arti dari Mencintai. Cerita tentang rumah yang berbeda. Setelah sekian tahun lamanya, Anggika Kanigara Pradnyaswari; yang tidak pernah menemui ayah kandungnya, akhirnya berhasil mengalahkan egonya. Kinara; Ibu Kandungnya, meny...