A Pieces of Heart

742 47 8
                                    

• Sepotong Hati •
@chyjunie

Yeonjun POV.

●○●○●○●○

Menghela napas pelan. Bertanya perlahan. Berusaha memutus canggung lima menit terakhir, “Apa kau baik-baik saja?”

Soobin mengangkat kepalanya, mengangguk.

“Apa kau baik-baik saja?” Soobin balik bertanya pelan.

Yeonjun tertawa getir. Menggeleng.

Diam sejenak. Sungguh hatinya tidak baik-baik saja sekarang.

Bulan purnama menggantung di angkasa. Senyap? Tidak juga. Suara debur ombak menghantam cadas dibawah sana, terdengar berirama. Tetapi pembicaraan ini membuat sepi banyak hal. Hatinya. Mungkin juga hati Soobin.

Rumah makan yang terletak persis di jurang pantai eksotis ini tidak ramai. Hanya terlihat satu dua pengunjung membawa keluarga mereka makan malam. Bukan musim liburan, sepi. Kami duduk berhadapan paling pinggir. Menyimak selimut gelap lautan di kejauhan.

“Maafkan aku.” Soobin menggigit bibir. Tertunduk lagi.

Yeonjun menatap wajahnya lamat-lamat.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan. Semua sudah berlalu. Tertinggal jauh di belakang.” Yeonjun menelan ludah. Berusaha menjawab bijak—dia tahu itu bohong, Pura-pura bijaksana.

Hening lagi sejenak.

“Sungguh maafkan aku.” Soobin menyeka sudut-sudut matanya, “Aku tidak pernah tau akan seperti ini jadinya.”

Yeonjun menggeleng. “Kau tidak harus meminta maaf. Meskipun seharusnya kau tahu, sehari setelah kau memutuskan pergi, aku lelah membujuk hatiku untuk tegar. Tetapi percuma, menyakitkan. Kalimat itu mungkin benar. Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga membawa sepotong hatimu. Soobin, kau pergi. Dan kau membawa lebih dari separuh hatiku.”

“Maafkan aku.” Suara Soobin bahkan kalah dengan desau angin. Matanya mulai basah menahan tangis.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan.” Yeonjun mendongak, menatap purnama. Berusaha mengusir rasa sesak yang tiba-tiba menyelimuti hati.

“Kau tahu, di tengah semua kesedihan itu, setidaknya saat itu akhirnya aku menyadari, aku tidak akan pernah bisa melanjutkan hidup dengan hati yang tersisa separuh. Tidak bisa. Hati itu sudah rusak, tidak utuh lagi. Maka aku memutuskan membuat hati yang baru. Ya, hati yang benar benar baru.”

Hening lagi sejenak.

Soobin mengangkat kepalanya, bertanya ragu ragu, cemas, “Apakah di hati yang baru itu masih tersisa namaku?”

.
.
.
.

Setahun silam, ditempat yang sama.

Bedanya tidak ada kesedihan di sana. Yeonjun mengeluarkan kotak cincin batu bulan itu.

“Aku tahu ini bukan permata.” Tersenyum, “Hanya cincin sederhana, berhiaskan batu bulan, simbol tanggal kelahiranmu. Apakah kau suka?”

Soobin mengangguk. Tersenyum amat manis. Menjulur kan tangannya. Mencoba memasangkan cincin tersebut. Sumringah menatap wajahku.

“Itu akan manjadi cincin pernikahan kita.”

Kalimat itu meluncur begitu saja. Yeonjun lupa kalau selama sebulan terakhir merencanakan banyak hal. Menyiapkan prolog dan kalimat pembuka yang indah. Malam itu, menatap wajah indah Soobin, kalimat itu meluncur begitu saja.

Dreamstory ㄴYeonbinㄱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang