"Jangan berusaha jadi penghapus untuk luka yang lo ukir sendiri."
***
"Kamu nggak gerah pake baju tebal begitu?"
Dengan sekali gerak, Aurora sontak melirik sweater rajut yang ia kenakan. Setelahnya pandangan Aurora berpindah pada seorang pria yang tengah mengendalikan kemudi mobil di sampingnya, pria berpenampilan rapi dengan kemeja kantor dan dasi yang menambah kematangan wibawanya.
Tristan Liam, orang baru yang berhasil mengisi kembali hati Aurora - menggantikan tempat Cakra.
Pria yang Aurora temui delapan bulan lalu di acara party teman kampusnya, kedatangannya membuat sesuatu di dalam diri Aurora hidup kembali, setelah dua tahun hubungannya dan Cakra kandas, dan Aurora melalui hari bersama kesepian yang amat ia benci.
Ah, salah. Lebih tepatnya, Aurora sengaja menyepikan diri agar jauh dari Cakra yang selalu memaksa untuk mengisi hari-harinya.
Pada saat yang suram itu, Aurora tak ingin bertemu dengan cinta manapun lagi, karena menurutnya, siapapun perannya, siklus jatuh cinta tetap sama dan berulang. Datang membawa rekahan bunga, lalu menghilang dengan cara yang menciptakan trauma. Cintanya dibawa pergi, tapi kenangan dan rasa sakit yang tertinggal sangat menyiksa diri.
Anehnya, di hari kehadiran Tristan, Aurora melihat harapan. Seakan semesta sengaja menyuruhnya datang membawa kembali semua yang Aurora butuhkan. Hingga detik ini, pria itu menjadi sosok yang selalu ia inginkan.
"Buka aja sweaternya, Sayang. Aku bisa peluk kamu kalau kedinginan," seloroh Tristan.
Mata dengan bulu mata lentik itu tak sekalipun berpaling dari wajah tenang Tristan, walau pandangan Tristan tak tertuju padanya, tapi ia tahu bahwa pria itu memerhatikannya.
"Kalau mau peluk itu langsung bilang, nggak usah modus nyuruh buka sweater!" Aurora menyandarkan kepalanya pada tangan Tristan yang selalu sibuk memutar setir mobil.
Tristan melirik Aurora singkat, diakhiri dengan seulas senyum kecil. "Badan kamu itu cantik banget, Ra. Jangan ditutupin terus," ucap Tristan lagi, kali ini membuat dahi Aurora mengernyit.
"Tristan, kok ngomongnya gitu?"
Entah apa yang salah pada ucapan Tristan, yang jelas hal itu sangat menganggu pendengaran Aurora. Alih-alih menjaganya, mengapa Tristan malah menyuruh Aurora memamerkan kecantikannya?
"Kamu sayang sama akunya beneran, kan?"
tanya Aurora, dengan tegas Aurora mengangkat kepalanya, menyorot kedua mata Tristan, meminta penjelasan.Tristan tertawa kecil, lanjut mengacak pelan puncak rambut Aurora. Pria itu kebingungan, apa yang terjadi pada gadisnya, hingga ucapan sederhana dijadikan hal besar olehnya? Padahal Tristan bukan bertindak keterlaluan, ia hanya bicara.
"Beneran, Sayang," jawab pria itu seadanya.
"Cowok kalau sayang sama pasangannya pasti pengennya melindungi, menjaga perempuannya dari pandangan cowok lain." Aurora menggerutu, entah mengapa gadis itu sangat tidak terima dengan kalimat Tristan tadi.
"Barusan itu, kamu seakan-akan mempersilahkan aku untuk dapet tatapan buruk dari laki-laki lain!"
Tristan mengangkat kedua alisnya, tak sangka jika Aurora akan benar-benar marah. Padahal menurutnya, ucapan sepele seperti tadi sangat tidak relevan untuk diributkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX BE MINE
Novela Juvenil"Tidak semua masa lalu yang jadi penjahatnya." Sampai detik ini, masa lalu seringkali dijadikan tokoh antagonis dalam setiap cerita, dia yang selalu disalahkan, kemudian dirindukan. Pada kisah ini, kalian diajak untuk menahami, bahwa masa lalu bukan...