《2》MENGENAL CAKRAWALA

539 67 25
                                    

"Buat apa ada perlombaan kalau lo udah punya pemenangnya sejak awal? Lagi pula, cinta bukan ajang persaingan."

_Cakrawala Samudra_


Jika ditanya, tempat apa yang paling nyaman? Maka, sembilan dari sepuluh orang akan menjawab hal serupa. Tempat dimana mereka bisa dengan leluasa menunjukkan jati dirinya, tanpa dihakimi, tanpa dinilai, tanpa dipaksa bersandiwara, dan tanpa hal apapun yang mengikat suara.

Bagi Cakra, inilah tempatnya, salah satu daerah kecil di kota Bandung. Tak ada hal spesifik untuk menjelaskan apa alasannya, ia hanya senang ketika menginjak bagian bumi persinggahannya, karena di sini, Cakra menemukan dunianya.

"Obeng gue hilang kemana?"

"Tuyul gen Z udah gak nyopet duit kah? Perkakas digerogotin!"

Ocehan siang bolong itu terlontar dari seorang pria yang tangannya telah dilumuri cairan oli. Erland Aghar Rajalingga, salah satu montir di bengkel milik Cakra, sekaligus salah satu teman sehidup segilanya Cakrawala Samudra.

"Kalo mata lo gak digunain, mending sumbangin. Mubazir!" sahut pria tinggi yang berjalan acuh sambil melempar obeng buronan Erland.

Geovandra Dewangga, laki-laki yang seringkali dianggap dingin oleh para wanita, padahal jika dibedah lebih dalam, otak gilanya bisa melampaui Cakra. Dia manusia kedua dari dua sahabat Cakrawala Samudra.

"Lah, kunci inggris gue mana?"

PLAAAKK

"Sarua waé maneh gé! Ah si goblok! ( Sama aja lo! Bodoh!)" pekik Erland setelah sukses menggeplak kepala belakang Dewangga.

"Ale! Kunci inggris gue dimana?" teriak Dewangga.

"Di Inggris!" celetuk Cakra tanpa wujud, alias pria itu menjawab dari dalam ruangan.

Hingga pada akhirnya tubuh gagah itu muncul dari tempat persembunyian, berjalan petantang-petenteng menghampiri para pegawainya. Sebelah tangannya membawa sebuah kotak kayu yang di dalamnya terisi alat-alat perkakas lengkap.



"Kurang apa gue jadi bos, hah?" ucap Cakra, lalu meletakan kotak itu di hadapan Erland dan Dewa. "Kekurangan gue cuma belum balikan doang!" lanjut pria itu dengan nada miris.

Dewa dan Erland mendadak saling pandang. Seakan telah mendapatkan kesepakatan lewat telepati, mereka mengangkat kedua tangannya secara bersamaan.

"Congor kami gak salah, ketua!" seru Dewangga.

"Mana yang belum lo berdua kerjain?" tanya Cakra, matanya menyapu beberapa motor yang hendak diservice.

"Jangan repot-repot, Le. Lo nonton aja sambil makan bakwan," kata Erland.

"Kami lebih suka gaji double  ketimbang ditawarkan keringanan, Le." Dewangga menjilat bibirnya setelah air liur melompat keluar dari mulutnya, ikut menunjukkan rasa eksaitednya.

"Minimal kalo ngebacot jangan ampe mancrot, Nyet!" ledek Cakra, sebelah bibirnya terangkat, menunjukan setengah bagian gigi putihnya. Cowok itu menyelupkan telapak tangannya ke cairan oli, kemudian mengusap kasar wajah Dewangga dengan bahagia. Merubah Dewangga menjadi sekte pulu-pulu tertampan se-asia.

EX BE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang